Oleh Muhammad Erla Sumarno
Dalam pandangan saya, kualitas keterampilan serta karakter bangsa merupakan dasar yang esensial untuk menghadapi tantangan geopolitik yang semakin rumit bagi Indonesia. Di tengah perubahan global yang berlangsung cepat, mulai dari persaingan kekuatan besar, perubahan iklim, inovasi teknologi, hingga sengketa wilayah, Indonesia sebagai negara kepulauan yang strategis perlu memiliki sumber daya manusia yang tidak hanya terampil, namun juga memiliki karakter yang kuat. Menurut saya, ketahanan suatu bangsa tidak hanya dapat dibangun melalui kekuatan militer atau ekonomi, tetapi juga harus diperkuat oleh kualitas manusia yang mampu memahami perubahan zaman dan melihatnya sebagai peluang, bukan ancaman.
Dalam hal keterampilan, saya berpendapat bahwa Indonesia harus memacu penguasaan kompetensi yang sesuai dengan era global sekarang. Pertama, keterampilan digital merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Di zaman di mana informasi bergerak sangat cepat, kemampuan literasi digital bukan hanya sekedar keterampilan dalam menggunakan perangkat teknologi, melainkan juga berkenaan dengan kemampuan memahami dinamika informasi, melawan informasi yang salah, dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Ancaman geopolitik sekarang tidak hanya terjadi dalam bentuk konflik bersenjata, tetapi juga dalam bentuk perang informasi dan dunia maya. Oleh karena itu, bagi saya, setiap warga negara perlu memperoleh pemahaman dasar mengenai keamanan digital agar tidak mudah terpengaruh oleh propaganda atau manipulasi informasi yang bisa merusak persatuan nasional.
Kedua, kemampuan berpikir kritis juga merupakan hal yang penting. Saya meyakini bahwa suatu bangsa yang mampu bertahan dari tekanan global adalah bangsa yang warganya dapat menilai setiap isu dengan objektivitas, analisis yang baik, dan tidak mudah terpengaruh oleh emosi. Tantangan geopolitik sering kali disampaikan dengan narasi yang mempengaruhi opini publik ke arah tertentu. Dengan kemampuan berpikir kritis yang baik, masyarakat dapat lebih bijak dalam memfilter informasi dan memahami kepentingan yang tersembunyi di balik berbagai peristiwa global. Ini, menurut saya, akan membangun kewaspadaan bangsa, bukan dalam bentuk ketakutan, tetapi sebagai kesiapan intelektual.
Ketiga, keterampilan diplomasi warga semakin relevan saat ini. Dalam pandangan saya, diplomasi saat ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau diplomat, tetapi juga masyarakat pada umumnya. Media sosial dan ruang publik global memberi kesempatan bagi setiap orang untuk menjadi representasi bangsa. Ketika warga dapat berkomunikasi dengan sopan, terbuka, dan cerdas, citra Indonesia di tingkat internasional dapat meningkat. Selain itu, kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, akan mendukung posisi Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip politik luar negeri bebas dan aktif, ingin menjadi penghubung dalam perdamaian.
Namun, bagi saya, keterampilan tanpa diimbangi dengan karakter bangsa yang kuat akan kurang berarti. Karakter ini adalah yang memastikan bahwa keterampilan dimanfaatkan untuk tujuan yang tepat dan memberi manfaat bagi bangsa. Karakter pertama yang sangat penting adalah integritas. Dalam menghadapi persaingan geopolitik, sebuah bangsa dapat dihormati jika memiliki prinsip-prinsip yang jelas. Integritas bukan hanya soal kejujuran dalam birokrasi atau pemerintahan, tetapi juga harus dimiliki oleh setiap individu. Ketika masyarakat menjunjung tinggi nilai kebenaran, tidak mudah terprovokasi, dan tetap berpegang pada etika dalam interaksi, maka stabilitas sosial akan lebih terjaga.
Karakter kedua yang perlu ditegakkan adalah persatuan. Indonesia sangat rentan terhadap upaya untuk memecah belah karena keragaman yang sangat besar. Kompetisi geopolitik terkadang memanfaatkan kerentanan internal suatu negara untuk melemahkannya. Oleh karena itu, karakter kebangsaan yang menghargai perbedaan, mengutamakan dialog, dan memelihara solidaritas sosial. Mempertahankan solidaritas sosial adalah kunci utama agar bangsa tetap kuat. Menurut pendapat saya, persatuan tidak hanya sekadar semboyan, tetapi merupakan komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan, meskipun ada perbedaan pandangan atau keputusan politik.
Sifat adaptif juga sangat krusial saat ini. Dunia sedang mengalami perubahan cepat yang sering kali sulit diprediksi, sehingga bangsa yang dapat bertahan adalah yang mampu beradaptasi dengan cepat. Dalam pandangan saya, kemampuan beradaptasi adalah tentang terus-menerus belajar, berani mencoba hal-hal baru, dan fleksibel terhadap perubahan. Dengan sifat adaptif ini, Indonesia tidak hanya akan menjadi pengamat dalam dinamika global, tetapi juga dapat mengambil bagian secara aktif, kreatif, dan inovatif dalam merespons perkembangan di dunia.
Selain itu, karakter gotong royong juga menjadi kekuatan khas bagi Indonesia. Dalam konteks geopolitik kini, banyak negara menghadapi perselisihan internal akibat meningkatnya individualisme. Indonesia memiliki kekayaan sosial yang berbentuk budaya kerjasama yang telah terjalin sejak lama. Nilai gotong royong ini bisa diwujudkan dalam beragam bentuk kolaborasi, baik di antara masyarakat, lembaga pemerintah, sektor swasta, maupun komunitas internasional. Dalam menghadapi masalah strategis seperti perubahan iklim, keamanan energi, dan krisis pangan, gotong royong bisa menjadi pendekatan yang memperkuat ketahanan bangsa.
Akhirnya, menurut pandangan saya, kemampuan Indonesia untuk menjawab tantangan geopolitik tidak hanya tergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusianya. Ketika keterampilan dan karakter saling beriringan keterampilan sebagai kemampuan teknis dan intelektual, sementara karakter sebagai dasar moral dan identitas—maka bangsa ini dapat memiliki posisi tawar yang unggul di tengah dinamika geopolitik global.
Indonesia memiliki potensi yang besar, baik dari aspek demografi, sumber daya alam, maupun letak geografis. Namun, semua ini hanya akan berarti jika didukung oleh individu-individu yang kompetitif, bermoral, dan menyadari peran strategis mereka dalam menjaga kedaulatan. Saya percaya, tantangan geopolitik yang dihadapi Indonesia bukan hanya ancaman, tetapi juga kesempatan untuk menunjukkan bahwa bangsa ini dapat berdiri tegak sebagai negara yang besar, berdaulat, bermartabat, dan dihormati. Melalui kombinasi yang kuat antara keterampilan dan karakter, Indonesia bisa bergerak lebih percaya diri dalam menghadapi dunia yang terus berubah.
Biodata Penulis:
Muhammad Erla Sumarno saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Jakarta, Jurusan Matematika.