Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Antara Mitos dan Medis: Ketika Kejang Disangka Kesurupan

Masih percaya kejang itu kesurupan? Saatnya meluruskan mitos dan memahami penjelasan medisnya.

Oleh Muyassaruh Mutiara Arman

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak masyarakat yang masih kesulitan membedakan antara kondisi medis dan keyakinan terhadap mitos. Salah satu hal yang paling sering disalahpahami adalah kejang. Di lingkungan pedesaan, masih banyak masyarakat yang kental dengan budaya mistis. Kejang kerap dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis seperti kerasukan, gangguan makhluk halus, atau energi negatif. Batas antara mitos dan medis sering kali kabur di mata masyarakat. Ibarat tembok triplek yang kehujanan. Sedikit sentuhan, langsung jebol ke dunia mistis. Hal ini sangat membahayakan nyawa pasien yang mengalami kejang, yang seharusnya mendapat pertolongan pertama dari medis, namun yang terjadi karena pemahaman mitos ini pasien mendapat penanganan yang salah.

Kejang Disangka Kesurupan

Pertanyaannya adalah kenapa sesuatu yang bersifat medis seperti kejang sering kali dianggap mistis oleh banyak orang? Yuk kita cari tau sama sama alasannya.

1. Kejang Jarang Dilihat Langsung oleh Banyak Orang

Kejang merupakan suatu kondisi yang jarang atau bahkan tidak pernah dilihat secara langsung oleh banyak orang. Sehingga mereka kurang termotivasi untuk mencari tahu terkait masalah kejang. Kurangnya pengetahuan terkait kondisi ini mengakibatkan ketika baru pertama kali melihat orang kejang, mereka tentu panik. Tidak mengerti apa yang sedang terjadi sebenarnya dan tidak tahu harus melakukan apa. Ditambah dengan kurangnya sosialisasi kesehatan kepada masyarakat memperburuk kondisi ini. Logika medis langsung kalah telak dengan imajinasi horor.

2. Literasi Kesehatan Masih di Bawah Standar KKM

Minimnya literasi terkait dunia kesehatan. Banyak faktor penyebab di balik permasalahan literasi ini. Sulitnya mengakses perpustakaan di daerah pedesaan. Perpustakaan biasanya berada di pusat kota atau kabupaten, sehingga masyarakat di daerah yang jauh dari kota atau kabupaten harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk bisa mengakses perpustakaan.

Minimnya minat membaca masyarakat juga turut menjadi penyebab permasalahan ini. Rendahnya literasi kesehatan membuat masyarakat sulit membedakan mana gejala medis dan mana hal yang dianggap mistis.

Memang sekarang dunia sudah modern. Informasi dapat dengan mudah diakses lewat gawai atau internet. Namun, kemudahan ini tidak selalu dimanfaatkan dengan bijak. Banyak masyarakat yang justru lebih sering menerima informasi dari media sosial tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu.

Informasi kesehatan yang benar sering kali kalah laris dengan video “orang kejang karena disantet mantan pacar”. Akibatnya, muncul berbagai kesalahpahaman tentang kesehatan. Pada akhirnya memperkuat pandangan mistis terhadap penyakit.

3. Budaya Mistis Masih Kuat dan Diwariskan Turun-temurun

Pengaruh budaya dan kepercayaan terhadap hal-hal mistis masih melekat pada pemikiran masyarakat. Sehingga hal-hal yang jarang ditemui dan dianggap tidak wajar akan langsung dikaitkan pada hal-hal mistis. Banyak orang belum tahu bahwa kejang bisa terjadi karena faktor medis seperti epilepsi, demam tinggi, atau kelelahan berat, sehingga reaksi tubuh yang tiba-tiba sering dianggap hal gaib atau mistis.

Dalam dunia medis, kejang merupakan gangguan mendadak pada aktivitas listrik otak yang menyebabkan perubahan pada perilaku, gerakan, sensasi, atau tingkat kesadaran pada seseorang. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, di antaranya yaitu demam tinggi, epilepsi, genetik, infeksi sistem saraf, tumor otak, dan lain-lain.

Ketika orang sekitar kita mengalami kejang, kita dapat memberikan pertolongan, yaitu memberikan pertolongan pertama. Pertama kita harus menenangkan diri sendiri terlebih dahulu. Karena kalau yang menolong panik, maka yang butuh pertolongan bukan satu orang saja tapi dua orang sekaligus. Lalu langkah selanjutnya yaitu menjauhkan benda-benda berbahaya di sekitar, longgarkan pakaiannya, jangan memasukkan benda ke mulut penderita dan membaringkan penderita dalam posisi miring untuk mencegah tersedak. Segera hubungi layanan darurat medis jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau terjadi berulang kali.

Dari pengalaman tersebut, dapat kita ambil pembelajaran, bahwa pengetahuan memang menjadi kunci untuk mengubah cara pandang. Selama literasi kesehatan masih rendah, mitos akan terus hidup di tengah masyarakat. Karena itu, penting bagi kita, terutama generasi muda, untuk lebih terbuka terhadap informasi medis yang benar dan tidak mudah percaya pada hal yang belum terbukti. Dengan begitu, antara mitos dan medis bisa berjalan beriringan tanpa saling menyesatkan. Karena pada akhirnya, tidak semua yang bergerak aneh itu kesurupan. Kadang tubuh hanya membutuhkan istirahat, bukan ruqyah.

Biodata Penulis:

Muyassaruh Mutiara Arman saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Prodi Pendidikan Ekonomi.

© Sepenuhnya. All rights reserved.