Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Lemahnya Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan karakter tak cukup hanya lewat nilai akademik. Yuk pahami tantangan, penyebab, dan pentingnya membangun karakter siswa di era digital.

Oleh Nidhya Risthy Ramadhani

Pendidikan karakter merupakan sebuah proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk serta meningkatkan nilai-nilai moral, etika, dan sikap positif di dalam diri para siswa. Hal ini bukan hanya menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan akademik, tetapi juga berkaitan dengan perkembangan kepribadian, perilaku baik, dan akhlak yang baik. Dengan pendidikan karakter, diharapkan para siswa bisa tumbuh menjadi individu yang bijak, beriman, taat, berbudi pekerti yang tinggi, dan bertanggung jawab. Di Indonesia, pendidikan karakter memiliki sejarah yang panjang serta cukup rumit. Sejak masa kemerdekaan hingga sekarang, pendidikan karakter telah mengalami banyak perkembangan dan tantangan yang terkait dengan konteks sejarah, politik, sosial, budaya, dan ekonomi. Selain itu, pendidikan karakter di tanah air juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar, seperti ideologi negara, agama, budaya setempat, globalisasi, kemajuan teknologi, serta perubahan dalam masyarakat.

Lemahnya Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan karakter generasi saat ini menghadapi tantangan yang rumit, terutama dengan munculnya berbagai tantangan baru yang disebabkan oleh perkembangan teknologi dan globalisasi. Generasi saat ini tumbuh dalam lingkungan yang kaya informasi dari berbagai sumber, baik yang bersifat positif maupun negatif. Hal tersebut mempengaruhi cara mereka memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter. Salah satu ciri utama pendidikan karakter bagi generasi ini adalah pengaruh yang kuat dari media sosial dan konten digital. Mereka sering terpapar pada konten yang tidak selalu mendukung pembentukan karakter yang baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter perlu mengintegrasikan pendekatan yang cermat terkait penggunaan yang bijak terhadap teknologi dan media sosial agar generasi penerus dapat menyaring informasi dan memilih konten yang positif. Pendidikan karakter perlu disesuaikan agar relevan dengan perkembangan nilai-nilai dalam konteks global. Para pendidik harus mengeksplorasi aspek pluralisme, toleransi, dan multikulturalisme agar dapat membina kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang semakin beragam. Hal ini mengharuskan pendidikan karakter untuk lebih terbuka dan berfokus pada nilai-nilai universal yang menghargai perbedaan. Perkembangan teknologi juga tak dapat diabaikan dalam menciptakan kondisi pendidikan karakter yang sesuai dengan generasi penerus. Teknologi harus digunakan secara efektif bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi juga untuk mendukung proses pembelajaran nilai-nilai karakter, seperti melalui platform pendidikan online yang menyediakan konten karakter yang interaktif dan menarik bagi generasi digital ini. Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter dalam mempersiapkan generasi penerus untuk menghadapi tantangan di masa depan semakin meningkat. Oleh karena itu, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan pemerintah berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter, baik melalui penyusunan kurikulum yang inklusif maupun pelatihan untuk para pendidik. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, tetap ada kesadaran dan upaya nyata untuk memperbaiki kondisi pendidikan karakter yang akan membentuk generasi penerus.

Pendidikan sebenarnya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan peserta didik dalam hal akademis, tetapi juga untuk membangun karakter dan kepribadian yang baik. Namun, kenyataan yang kerap terlihat dalam dunia pendidikan menunjukkan bahwa upaya pendidikan karakter belum sepenuhnya efektif. Berbagai isu seperti rendahnya kedisiplinan, minimnya tata krama, hingga kurangnya rasa tanggung jawab peserta didik menjadi indikasi bahwa pendidikan karakter masih harus menghadapi banyak rintangan. Pendidikan karakter berfungsi krusial dalam membentuk sikap, etika, dan tindakan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, kolaborasi, pengertian, dan penghargaan seharusnya diintegrasikan melalui proses pengajaran di sekolah. Akan tetapi, dalam kenyataannya, pendidikan sering kali lebih fokus pada pencapaian akademis ketimbang perkembangan sikap dan tingkah laku. Sebagai akibatnya, banyak siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi namun kurang mampu memperlihatkan tindakan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang baik.

Lemahnya pendidikan karakter dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satu faktornya adalah metode pembelajaran yang masih fokus pada hasil ujian dan pencapaian kurikulum. Para guru sering kali diharuskan menyelesaikan materi pengajaran, sehingga waktu untuk menanamkan nilai-nilai karakter menjadi sangat terbatas. Di samping itu, dampak lingkungan dan kemajuan teknologi juga berperan penting. Penggunaan perangkat dan media sosial yang tidak terkontrol dapat memengaruhi sikap dan perilaku siswa, seperti menurunnya rasa empati, meningkatnya individualisme, dan berkurangnya interaksi sosial yang positif. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kurangnya kerjasama antara sekolah dan orang tua. Apabila pendidikan karakter di sekolah tidak didukung oleh lingkungan keluarga, maka nilai-nilai yang diajarkan menjadi kurang konsisten. Dampak dari lemahnya pendidikan karakter dapat terlihat dalam berbagai permasalahan di sekolah, seperti meningkatnya pelanggaran tata tertib, kurangnya rasa hormat kepada guru, hingga munculnya konflik antarsiswa. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia, karena peserta didik tidak hanya dituntut cerdas, tetapi juga berakhlak dan bertanggung jawab.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Sekolah perlu mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam setiap aktivitas pembelajaran, tidak hanya melalui mata pelajaran tertentu, tetapi juga melalui keteladanan guru dan budaya sekolah yang positif. Guru berperan penting sebagai teladan bagi peserta didik, sementara orang tua diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai karakter di rumah. Selain itu, pembiasaan perilaku baik, kegiatan keagamaan, serta penguatan komunikasi antara sekolah dan keluarga dapat menjadi langkah strategis dalam membangun karakter peserta didik. Kelemahan dalam pendidikan karakter adalah masalah serius yang harus mendapatkan perhatian bersama. Pendidikan yang baik tidak hanya dilihat dari pencapaian akademis, tetapi juga dari keberhasilan dalam membentuk siswa yang memiliki karakter, etika, dan kemampuan untuk hidup harmonis dalam masyarakat. Dengan demikian, peningkatan pendidikan karakter harus menjadi elemen penting dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.

Biodata Penulis:

Nidhya Risthy Ramadhani saat ini aktif sebagai mahasiswi di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.