Oleh Ahmad Cristiano Nuah
Karakter, yang merupakan keseluruhan perilaku, nilai, dan sikap seseorang, adalah fondasi penting dalam kehidupan individu. Pembentukannya tidak hanya terjadi di dalam institusi keluarga atau sekolah secara formal, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial di sekitarnya, terutama di lingkungan kelas. Lingkungan kelas, dalam konteks ini, berfungsi sebagai sebuah miniatur masyarakat tempat anak menghabiskan sebagian besar waktu belajarnya, berinteraksi, dan bertumbuh. Esai ini akan membahas secara mendalam bagaimana komunitas sekitar, khususnya lingkungan kelas, memiliki peran sentral dan krusial dalam pembentukan karakter anak, baik dari segi positif maupun negatif.
Refleksi Pengalaman Awal: Transformasi dari Keterasingan ke Keterbukaan
Pengalaman pribadi penulis menegaskan betapa kuatnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan individu. Pada masa kanak-kanak, penulis mengalami kesulitan signifikan dalam berinteraksi sosial; penulis adalah individu yang sangat tertutup. Keterasingan ini, sayangnya, sering disalahartikan oleh teman sebaya sebagai keanehan, yang pada akhirnya memicu perlakuan ejekan dan hinaan, terutama saat pertama kali memasuki Sekolah Dasar (SD) kelas 1.
Keadaan ini menempatkan penulis dalam kesulitan besar. Bahkan ketika guru mencoba mendekat dan berkomunikasi, reaksi penulis hanyalah diam membisu karena rasa gugup yang berlebihan. Kondisi ini berlangsung selama beberapa tahun, hingga kemudian sebuah titik balik terjadi saat penulis duduk di kelas 4 SD. Kedatangan seorang murid pindahan ke dalam kelas menjadi katalisator perubahan. Kehadiran teman baru ini secara perlahan membuka pintu bagi penulis untuk berinteraksi dan menjalin pertemanan.
Perubahan karakter dan kemampuan sosial ini terus berlanjut. Penulis kemudian mampu diajak berbicara oleh orang lain, bahkan menerima tawaran bimbingan belajar tambahan dari wali kelas. Proses interaksi sosial yang sehat ini berlanjut hingga jenjang SMP. Dari pengalaman transformatif ini, penulis menyadari sebuah kebenaran fundamental: perubahan karakteristik seseorang sangat ditentukan oleh dinamika lingkungan kelasnya. Lingkungan yang mendukung dapat membawa manfaat besar, tidak hanya bagi perkembangan pribadi anak tersebut, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya.
Anatomi Pengaruh Lingkungan Kelas terhadap Karakter
Lingkungan kelas adalah ekosistem sosial yang kompleks. Di dalamnya, anak-anak tidak hanya belajar materi pelajaran, tetapi juga meniru, mengobservasi, dan menginternalisasi norma-norma perilaku dari teman sebaya mereka. Penulis mengamati secara spesifik bagaimana lingkungan ini dapat mengubah karakter yang sudah dimiliki seorang anak.
Ambil contoh kasus umum mengenai kedisiplinan. Penulis sering menjumpai teman-teman yang memiliki kebiasaan menunda pekerjaan rumah (PR). Tugas ditunda hingga hari-H, bahkan baru dikerjakan di sekolah sesaat sebelum kelas dimulai. Akar masalah perilaku ini bukan semata-mata berasal dari individu anak tersebut, melainkan dari norma kolektif yang tercipta di dalam kelompoknya. Ketika mayoritas teman di sekitarnya melakukan hal yang sama—menunda dan mengerjakan tugas secara tergesa-gesa—kebiasaan buruk ini menjadi terlegitimasi dan ditiru.
Kasus ini merupakan ilustrasi nyata dari pembentukan karakter melalui lingkungan, namun sayangnya, ini adalah contoh dari pembentukan karakter yang buruk. Kebiasaan menunda tugas adalah cerminan dari kurangnya disiplin dan tanggung jawab. Hal ini sangat ditekankan oleh penulis sebagai perilaku yang tidak boleh dibiarkan, karena dapat berpotensi menimbulkan sikap-sikap tidak disiplin terhadap tugas atau tanggung jawab di masa depan.
Landasan Teori: Karakter dan Lingkungan Sosial
Secara akademis, pembentukan karakter memiliki dasar yang kuat. Isnaini (2013) mendefinisikan Karakter sebagai perilaku yang didasari oleh nilai-nilai manusia yang mencakup hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, lingkungan, diri sendiri, dan Negara. Karakter adalah kompas moral seseorang, dan oleh karena itu, sangat penting karena menentukan bagaimana seseorang ingin dilihat dan diterima di lingkungannya.
Gunadi (2017) memperkuat argumen ini dengan menyatakan bahwa lingkungan sosial merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan seseorang. Lingkungan tidak hanya berfungsi sebagai arena interaksi, tetapi juga sebagai sarana efektif untuk mengembangkan kemampuan sosial dan emosional anak.
Secara implisit, lingkungan kelas turut andil dalam pembentukan karakter. Jika lingkungan tersebut positif, ia akan membentuk karakter yang konstruktif dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya, lingkungan yang buruk akan memberikan dampak negatif yang mendalam, tidak hanya merusak karakter anak saat itu, tetapi juga mempersulit upaya perbaikan karakter anak di kemudian hari. Hal ini sejalan dengan temuan Pakaya & Posumah (2021) bahwa perilaku dan kedisiplinan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat aktivitas sehari-hari dilakukan.
Bahaya Lingkungan Negatif: Kasus Perundungan
Pentingnya pendidikan karakter menjadi semakin mendesak ketika dihadapkan pada ancaman dari lingkungan negatif, seperti perundungan (bullying) yang marak terjadi di lingkungan sekolah. Perundungan dapat secara drastis mengubah karakter seorang anak. Anak yang awalnya ceria dan bahagia, dapat berubah menjadi pendiam dan tertutup akibat tekanan mental yang ditimbulkan oleh perundungan dari teman-teman kelasnya.
Perubahan karakter akibat perundungan ini harus dilihat sebagai masalah kolektif. Penulis menegaskan bahwa permasalahan ini merupakan tanggung jawab orang-orang di sekitarnya yang menyebabkan perubahan karakter pada anak, bukan semata-mata tanggung jawab anak korban. Lingkungan, oleh karena itu, harus turut serta aktif dalam membentuk karakter anak yang baik, bukan sebaliknya.
Fenomena lingkungan negatif dapat dilihat dari kelas-kelas yang dipenuhi anak-anak yang kesulitan menaati tata tertib. Mereka adalah kelompok yang suka mengejek, berkata kasar, dan berkelahi, dan sering kali mereka berkumpul dengan individu yang memiliki karakter serupa. Lingkungan semacam ini menciptakan siklus perilaku buruk yang sulit diputus. Hal ini dapat ditemukan di banyak lingkungan, menunjukkan bahwa karakter buruk dapat menular dan menguat melalui interaksi dalam kelompok.
Solusi dan Penutup: Mendorong Pendidikan Karakter
Melihat tantangan yang ada, penulis menawarkan solusi yang terfokus: Pendidikan Karakter harus diterapkan secara sistematis dan serius. Pendidikan karakter perlu ditekankan sejak dini sebagai strategi preventif. Melalui pendidikan ini, anak-anak yang bermasalah dapat diarahkan, dan lingkungan negatif dapat dihindari.
Langkah ini dianggap krusial demi kemajuan bangsa Indonesia. Dengan menekankan pendidikan karakter, anak-anak dipersiapkan untuk memiliki jiwa kepemimpinan dan disiplin sejak dini, yang pada akhirnya mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman, damai, dan suportif. Penerapan Pendidikan Karakter yang komprehensif adalah aspek penting yang harus dilirik oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan demi membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter mulia.
Daftar Rujukan:
- Gunadi, A. A. (2017). Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Imajinasi Anak. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(2). https://doi.org/10.24176/re.v7i2.1215
- Isnaini, M. (2013). Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Madrasah. Al-Ta Lim Journal, 20(3), 445–450. https://doi.org/10.15548/jt.v20i3.41
- Pakaya, I., & Posumah, J. H. (2021). Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Pendidikan Masyarakat Di Desa Biontong I Kecamatan Bolangitang Timur Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Administrasi Publik, VII (104), 11–18.