Oleh Naila Keira Farrasita
Lagu dari album ke-2 FSTVLST yang berjudul “Gas” sering menghadirkan sensasi yang sulit dijelaskan. Lagu ini muncul dalam berbagai ruang dan suasana. Beberapa kali lagu ini terdengar di panggung kecil, ruang kreatif, ataupun playlist coffee shop. Setiap kali lagu ini diputar, suasananya terasa berbeda. Ada energi kolektif yang muncul begitu ritmenya berjalan.
Fenomena ini membuat banyak orang bertanya. Mengapa lagu “Gas” terasa kuat dan sugestif? Mengapa pendengar langsung terpanggil ikut menyanyikan bagian reff? Pertanyaan kecil ini sering muncul setelah menonton penampilan langsung FSTVLST. Momen itu biasanya ditandai suara publik yang mulai bersorak. Namun alasan di balik kekuatan lagu ini perlu dibahas lebih jauh. Konteks sosial juga berperan besar dalam kekuatan “Gas”. FSTVLST dikenal sebagai band alternatif dengan basis pendengar setia. Konser mereka dipenuhi energi semangat yang kuat. Kebersamaan itu muncul dari budaya gigs yang intim dan penuh solidaritas.
Lagu “Gas” sering diputar pada momen-momen tertentu. Banyak ruang kreatif menjadikan lagu ini pemanas suasana. Di Yogyakarta, lagu ini sering terdengar karena inilah tempat lahirnya band FSTVLST. Dalam banyak kesempatan, “Gas” diputar sebagai pemicu adrenalin. Bagian reff dari lagu ini menjadi titik yang paling magis. Liriknya yang berbunyi “Berjalan tak seperti rencana, adalah jalan yang sudah biasa, dan jalan satu-satunya, jalani sebaik kau bisa“ selalu dinyanyikan ribuan suara sekaligus. Penggalan lirik tersebut menciptakan rasa kebersamaan mendalam. Banyak pendengar menyebut momen itu sebagai pelepasan energi.
Cerita penggemar mendukung argumentasi ini. Seorang penonton pernah menulis di Twitter bahwa lagu “Gas” menjadi anthem-nya pada hari Senin. Di hari senin ia tak pernah absen mendengarkan lagu “Gas” untuk menjadikannya semangat dalam memulai hari. Ia juga menulis seakan-akan terseret oleh aliran energi semangat dari lagu itu. Banyak orang yang memutar “Gas” sebelum bekerja, banyak juga yang memutarnya saat merasa kehilangan motivasi dan bahkan memutarnya saat mengendarai motor malam-malam. Dari cerita-cerita itu, “Gas” menjadi semacam pemicu mental. Ia bekerja layaknya tombol yang menyalakan semangat. Fenomena ini menandakan aspek magis dari lagu tersebut.
Lirik lagu menjelang akhir juga mempunyai makna yang sangat mendalam bagi sebagian orang termasuk saya. Dalam lagunya Farid Stevy sang vokalis menciptakan lirik yang sangat membuat daya bersyukur setiap harinya. “Sudah sejauh ini jalannya satu capai yang tidak pernah terkira, mengingat bagaimana mulanya jauh sudah rentang dari yang terbayang.” Bagi saya lirik ini memberikan pengingat untuk sampai di titik ini adalah sebuah pencapaian yang harus dibanggakan dengan banyaknya perjalanan pahit dan manis yang telah dilewati.
Dalam konser atau ruang dengar kecil, “Gas” selalu memiliki daya tarik tersendiri. Lagu ini bekerja sebagai penghubung energi antara pendengar dan suasana. Ketika intro sudah mulai terdengar, kita serasa didorong untuk ikut bergerak. Dan mungkin di situlah letak keajaibannya. Sebuah lagu yang tidak hanya dinikmati, tetapi juga dirasakan sepenuhnya.
Biodata Penulis:
Naila Keira Farrasita saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Ekonomi, di Universitas Sebelas Maret.