Oleh Makhel Faiq Asy’ari
Di tengah dunia pendidikan yang semakin penuh kompetisi, keberhasilan sering kali diukur dari angka, peringkat, dan gelar akademik. Namun, realitas sosial justru memperlihatkan ironi, yaitu tidak sedikit orang berpendidikan tinggi yang terlibat dalam berbagai pelanggaran etika, baik di ruang akademik maupun di tengah masyarakat. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang sebenarnya kemana arah pendidikan: apakah ilmu yang dipelajari benar-benar bisa membentuk manusia yang lebih baik?
Dalam tradisi pendidikan Islam, persoalan ini telah lama mendapat perhatian serius. Islam tidak memandang ilmu sebagai sekadar alat untuk meraih status sosial atau kesuksesan duniawi, tetapi sebagai amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab moral. Oleh sebab itu, pendidikan Islam menempatkan adab sebelum ilmu sebagai prinsip utama dalam proses belajar.
Makna Adab dalam Pendidikan Islam
Adab dalam Islam tidak hanya berarti sopan santun secara lahiriah. Ia mencakup bagaimana cara berpikir, bersikap, dan menempatkan segala sesuatu sesuai dengan hak dan kedudukannya. Syed Muhammad Naquib al-Attas menjelaskan bahwa adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap tatanan realitas dan kebenaran, sehingga seseorang mampu bersikap adil terhadap dirinya, orang lain, ilmu, dan Tuhan (Al-Attas, 1980).
Dalam konteks pendidikan, adab menjadi fondasi kesiapan seorang penuntut ilmu. Tanpa adab, ilmu berpotensi melahirkan kesombongan dan terjadi penyalahgunaan. Sebaliknya, dengan adanya adab, ilmu akan membuahkan kebijaksanaan, kerendahan hati, dan kemanfaatan sosial.
Landasan Teologis: Adab sebagai Perintah Ilahi
Penekanan adab sebelum ilmu dalam pendidikan Islam bukan semata hasil konstruksi pemikiran ulama, melainkan memiliki landasan teologis yang kuat dalam Al-Qur’an dan hadis. Al-Qur’an sejak awal menekankan pentingnya sikap tunduk dan beretika dalam menerima kebenaran. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Ayat ini mengajarkan adab fundamental dalam menuntut ilmu, yaitu sikap rendah hati dan tidak tergesa-gesa dalam menyikapi kebenaran. Dalam pendidikan, adab ini tercermin dalam sikap hormat kepada guru, kesungguhan belajar, serta kesadaran bahwa ilmu memiliki sumber dan batas.
Al-Qur’an juga menegaskan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari kepintaran semata, tetapi dari kualitas ketakwaan dan akhlaknya:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”(QS. Al-Hujurat: 13)
Ketakwaan inilah yang menjadi ruh adab. Ilmu yang tidak melahirkan ketakwaan berarti kehilangan nilai substansialnya.
Rasulullah ﷺ sendiri menegaskan bahwa inti dari risalah Islam adalah pembentukan akhlak. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menunjukkan bahwa pendidikan dalam Islam sejak awal berorientasi pada pembinaan karakter. Ilmu pengetahuan bukan tujuan akhir, melainkan sarana untuk membentuk manusia berakhlak.
Teladan Ulama Klasik: Ilmu Selalu Disertai Akhlak
Prinsip adab sebelum ilmu tercermin jelas dalam praktik pendidikan para ulama klasik. Imam Malik dikenal sangat menekankan adab dalam proses belajar. Dikisahkan bahwa seorang ibu menyuruh anaknya mempelajari adab Imam Malik terlebih dahulu sebelum mengambil ilmunya (Az-Zarnuji, 2003).
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din menegaskan bahwa ilmu yang tidak melahirkan kerendahan hati justru berbahaya. Menurutnya, ilmu sejati adalah ilmu yang mampu membersihkan hati dan mendekatkan manusia kepada Allah (Al-Ghazali, 2005).
Kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Az-Zarnuji bahkan secara khusus membahas etika penuntut ilmu, mulai dari niat belajar, sikap terhadap guru, hingga cara memanfaatkan ilmu agar membawa keberkahan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tradisi Islam, pendidikan tidak pernah dilepaskan dari dimensi moral.
Ilmu Tanpa Adab: Sebuah Peringatan
Pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif berisiko melahirkan manusia yang cerdas tetapi kehilangan arah. Ilmu tanpa adab dapat berubah menjadi alat pembenaran ego, kekuasaan, bahkan kerusakan sosial.
Islam memandang ilmu sebagai amanah. Oleh karena itu, adab berfungsi sebagai pagar agar ilmu tetap digunakan untuk kebaikan. Inilah sebabnya pendidikan Islam tidak memisahkan antara penguasaan ilmu dan pembentukan karakter. Keduanya berjalan seiring dan saling menguatkan.
Relevansi Konsep Adab dalam Pendidikan Kontemporer
Di era modern, konsep adab sebelum ilmu justru semakin relevan. Maraknya kasus ketidakjujuran akademik, menurunnya etika komunikasi di ruang belajar, serta krisis keteladanan menunjukkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya menyentuh dimensi nilai.
Pendidikan Islam menawarkan pendekatan yang lebih holistik. Tujuan akhirnya bukan sekadar melahirkan lulusan cerdas, tetapi manusia beradab. Peserta didik tidak hanya diajarkan apa yang harus diketahui, tetapi juga bagaimana bersikap terhadap ilmu dan sesama.
Jika prinsip adab ini diintegrasikan secara konsisten, pendidikan akan melahirkan generasi yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara moral dan spiritual.
Kesimpulan
Penekanan pendidikan Islam terhadap adab sebelum ilmu bukanlah bentuk penolakan terhadap kemajuan pengetahuan. Sebaliknya, ia merupakan upaya menjaga agar ilmu tetap berada pada jalur kemanusiaan dan ketuhanan. Adab menjadi kompas moral yang menuntun arah penggunaan ilmu. Di tengah tantangan pendidikan modern, prinsip ini layak untuk dihidupkan kembali. Pendidikan yang menanamkan adab sejak awal akan melahirkan generasi yang berilmu, rendah hati, dan bertanggung jawab. Inilah esensi pendidikan Islam: mendidik manusia agar cerdas sekaligus beradab.
Referensi:
- Al-Qur’an al-Karim.
- Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad. Beirut: Mu’assasah ar-Risalah.
- Al-Attas, S. M. N. (1980). The Concept of Education in Islam. Kuala Lumpur: ABIM.
- Al-Ghazali, A. H. (2005). Ihya’ Ulum al-Din. Beirut: Dar al-Fikr.
- Az-Zarnuji, B. I. (2003). Ta’lim al-Muta’allim Thariq at-Ta’allum. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
- Nata, A. (2016). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
- Langgulung, H. (2003). Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Biodata Penulis:
Makhel Faiq Asy'ari saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.