Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Menguatkan Karakter Generasi Z melalui Pendidikan Islam di Era Digital

Ayo telusuri peran dakwah digital dalam memperkuat akhlak Generasi Z. Pelajari cara Pendidikan Islam beradaptasi dengan arus teknologi ...

Oleh Arini Alfa Auneva Tsuroyya Enha

Di tengah derasnya arus digital dan media sosial, generasi Z tumbuh dengan lingkungan yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Bagi sebagian remaja internet, smartphone dan platform online seperti Instagram, Tiktok, dan Youtube bukan sekadar media hiburan tetapi juga ruang untuk belajar, bergaul bahkan membangun identitas diri. Kemudian muncul pertanyaan, "apakah pendidikan Islam masih relevan dalam membentuk karakter remaja di era yang serba cepat ini?"

Generasi Z cenderung multitasking, cepat menyerap informasi dan mudah berpindah dari satu konten ke konten lain. Oleh karena itu, proses pembelajaran termasuk pembelajaran agama tidak lagi hanya berlangsung di masjid, sekolah atau majlis taklim melainkan juga dari influencer, video singkat, podcast dakwah atau komunitas daring.

Menguatkan Karakter Generasi Z melalui Pendidikan Islam di Era Digital

Sebuah kajian menunjukkan bahwa dakwah digital menjadi salah satu sarana baru yang efektif untuk membentuk pola pikir keagamaan remaja. Namun dunia digital tidak selalu ramah, media sosial juga dipenuhi konten negatif seperti pergaulan bebas, kekerasan, pornografi, ujaran kebencian yang mudah diakses tanpa batasan. Algoritma media sosial bahkan sering menciptakan ruang gema yang membuat remaja sulit keluar dari pola pikir tertentu. Dalam situasi ini, nilai-nilai islam seperti adab, akhlak, kejujuran dan tanggung jawab justru menjadi semakin penting untuk diperkuat. Pendidikan islam perlu menghadirkan pendekatan baru yang lebih dekat dengan keseharian digital generasi Z tanpa kehilangan esensi ajarannya.

Dakwah digital hadir sebagai peluang besar. Melalui platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan WhatsApp, pesan keagamaan dapat disampaikan dengan cara yang kreatif, visual, dan mudah diakses kapan saja. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa semakin sering remaja mengakses konten dakwah digital, semakin baik literasi keagamaan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa media digital bukanlah ancaman bagi Pendidikan Islam, melainkan jembatan untuk menyampaikan nilai-nilai agama dengan cara yang lebih relevan dan diminati remaja masa kini. Untuk memaksimalkan perannya, Pendidikan Islam perlu mengadopsi strategi yang sesuai dengan karakter generasi Z.

Konten agama dapat dikemas dalam bentuk video pendek, infografis, kutipan inspiratif, atau refleksi ringan mengenai kehidupan sehari-hari. Langkah ini penting karena remaja lebih menyukai konten singkat dan visual dibandingkan teks panjang. Selain itu, literasi digital Islami harus menjadi bagian penting dalam Pendidikan Islam agar remaja mampu membedakan mana konten yang benar dan sesuai ajaran, mana yang menyesatkan, sekaligus membekali mereka etika dalam bermedia sosial. Meski demikian, interaksi langsung tetap tidak boleh ditinggalkan. Dakwah digital seharusnya menjadi pelengkap, bukan pengganti, dari pembinaan karakter yang berlangsung melalui keluarga, sekolah, pesantren, dan komunitas. Keterlibatan orang tua dan guru sangat dibutuhkan untuk mendampingi remaja dalam menggunakan media sosial secara sehat dan bertanggung jawab. 

Tanpa pendampingan, remaja dapat mudah tersesat dalam arus konten yang tak terbatas. Tentu saja, dakwah digital memiliki tantangan. Validitas konten, penyebaran ajaran yang keliru, dan misinformasi agama menjadi masalah nyata di media sosial. Karena itu, literasi agama dan literasi media harus berjalan seiring agar remaja tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mampu menilai, memahami, dan mengkritisinya secara tepat. Pada akhirnya, generasi Z tidak hanya menjadi pengguna media sosial, tetapi juga memiliki potensi besar menjadi agen kebaikan di ruang digital. Dengan bekal iman, akhlak, dan literasi digital Islami, mereka dapat menjadikan dunia maya sebagai ruang dakwah, berbagi kebaikan, dan membangun komunitas positif. 

Pendidikan Islam di era digital bukanlah sesuatu yang ketinggalan zaman, melainkan jembatan yang menghubungkan nilai-nilai luhur dengan cara hidup modern yang dinamis. Harapannya, generasi muda bukan hanya menjadi pribadi yang “melek digital”, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, akhlak yang baik, dan kemampuan memanfaatkan teknologi sebagai sarana kebaikan. Jika pendidik, keluarga, dan lingkungan bersinergi, maka karakter Islami akan tetap tumbuh kuat meski berada di tengah arus digital yang tak pernah berhenti bergerak.

Biodata Penulis:

Arini Alfa Auneva Tsuroyya Enha saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.