Oleh Novia Firzanah
Perkembangan teknologi telah mengubah cara mahasiswa berinteraksi, belajar, dan membangun identitas dirinya. Akses informasi yang cepat, budaya digital yang semakin cair, serta dominasi media sosial dalam kehidupan sehari-hari menjadikan mahasiswa berada dalam arus perubahan moral yang dinamis. Di tengah fenomena ini, pendidikan Islam hadir sebagai rujukan nilai yang mampu menjadi fondasi spiritual, etis, dan intelektual dalam menghadapi era teknologi. Artikel populer ini disusun menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu dengan menelaah buku, artikel akademik, dan laporan ilmiah yang relevan dengan pendidikan Islam, literasi digital, dan pembentukan karakter mahasiswa (Moleong, 2021).
Pendekatan kepustakaan dipilih karena mampu memberikan kerangka teoritik yang kokoh dan memperlihatkan bagaimana pendidikan Islam secara konsisten menawarkan solusi nilai dalam konteks perkembangan digital yang cepat (Mahfudz, 2023). Artikel ini tidak hanya mendeskripsikan tantangan yang dihadapi mahasiswa, tetapi juga menunjukkan bagaimana nilai, prinsip, dan metode dalam pendidikan Islam tetap relevan dalam membentuk karakter generasi digital.
Bagaimana Tantangan Era Teknologi Mempengaruhi Karakter Mahasiswa?
Karakter mahasiswa saat ini dipengaruhi oleh intensitas interaksi digital yang sangat tinggi. Teknologi memberi manfaat seperti akses ilmu yang luas, fleksibilitas belajar, dan peluang kreativitas, namun juga membawa risiko seperti distraksi, konsumsi informasi instan, budaya viral yang dangkal, dan tergesernya nilai moral dalam kompetisi eksistensi digital (Hakim, 2022). Mahasiswa menghadapi tekanan untuk selalu tampil, dinilai oleh “likes” dan komentar, serta mengikuti tren digital tanpa filter nilai yang kokoh.
Dalam konteks inilah, pendidikan Islam bertugas mengembalikan arah perkembangan diri mahasiswa menuju keseimbangan antara akal, hati, dan perilaku. Nilai-nilai seperti amanah, ikhlas, adab, tanggung jawab, serta literasi moral menjadi penting untuk mencegah mahasiswa larut dalam arus digital yang cepat berubah (Fauzan, 2022). Teknologi bukan dihindari, melainkan dimanfaatkan secara etis.
Apa Peran Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Merawat Jiwa Digital Mahasiswa?
Pendidikan Islam mengajarkan konsep tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) sebagai fondasi pembentukan moral yang berkelanjutan. Dalam konteks dunia digital, konsep ini berkaitan erat dengan kemampuan mahasiswa mengelola emosi, niat, dan perilaku saat berinteraksi melalui teknologi. Misalnya, ketika menghadapi perdebatan di media sosial, nilai sabar dan tabayyun menjadi pegangan untuk tidak mudah terprovokasi atau menyebarkan informasi yang salah (Suryadi, 2024).
Selain itu, konsep adab dalam Islam memandu mahasiswa untuk menjaga etika komunikasi digital, bersikap santun, tidak melakukan ujaran kebencian, dan menghindari konten yang merugikan dirinya maupun orang lain. Nilai amanah dan tanggung jawab turut mendorong mahasiswa lebih selektif dalam menyampaikan informasi serta menghormati privasi orang lain dalam ranah digital (Rahmawati, 2023). Nilai-nilai pendidikan Islam bertindak sebagai kompas moral bagi mahasiswa agar tetap stabil di tengah derasnya arus budaya digital.
Bagaimana Pendidikan Islam Dapat Dibangun dalam Kehidupan Digital Mahasiswa?
Penguatan nilai-nilai pendidikan Islam dapat dilakukan melalui pendekatan pedagogis, spiritual, dan sosial. Secara pedagogis, dosen atau pendidik dapat mengintegrasikan literasi digital dan etika Islam dalam proses pembelajaran, misalnya melalui analisis kasus perilaku digital dan diskusi nilai-nilai Islam yang relevan. Secara spiritual, mahasiswa didorong untuk menjaga rutinitas ibadah yang mampu memperkuat kontrol diri dan ketenangan batin saat menghadapi tekanan digital (Mahfudz, 2023).
Secara sosial, pembudayaan lingkungan kampus yang beradab, humanis, dan kolaboratif dapat membantu mahasiswa menjaga perilaku moral. Kegiatan organisasi, komunitas dakwah kampus, atau kelompok diskusi dapat menjadi ruang refleksi mengenai penggunaan teknologi secara sehat dan bermoral. Merawat jiwa digital bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga ekosistem pendidikan yang membimbingnya.
Bagaimana Pendidikan Islam Membantu Mahasiswa Mengelola Informasi Secara Etis dan Kritis?
Mahasiswa hidup dalam era information overload, sehingga kemampuan memilah informasi menjadi kebutuhan. Konsep tabayyun mengajarkan mahasiswa untuk memverifikasi sumber, menghindari sikap tergesa-gesa dalam membagikan informasi, dan tidak mudah terprovokasi. Rahmawati (2023) menjelaskan bahwa literasi digital berbasis nilai Islam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dengan tetap mempertahankan akhlak dalam bermedia. Mahasiswa yang memahami prinsip tabayyun cenderung lebih bijak, tidak emosional dalam interaksi digital, dan mampu mengelola opini secara objektif. Selain itu, kemampuan ini mendorong mahasiswa untuk menjadi agen penyebar informasi yang positif, bukan sekadar konsumen pasif.
Apa Peran Refleksi Spiritual dalam Menjaga Kesehatan Jiwa Digital Mahasiswa?
Refleksi spiritual memiliki fungsi besar dalam menenangkan mental mahasiswa yang rentan stres akibat tekanan akademik dan paparan digital. Kegiatan seperti muhasabah, dzikir, membaca Al-Qur'an, dan shalat membantu menata emosi serta meningkatkan kontrol diri. Mahfudz (2023) menyebutkan bahwa mahasiswa yang secara rutin melakukan refleksi spiritual menunjukkan disiplin digital yang lebih baik, tidak mudah terjebak dalam kecanduan media sosial, serta memiliki ketahanan psikologis yang lebih stabil. Aktivitas spiritual ini juga mendorong mahasiswa untuk menginternalisasi nilai etis, sehingga keputusan yang diambil dalam dunia digital lebih bijak dan sesuai prinsip Islam.
Kesimpulan
Pendidikan Islam memiliki peranan penting dalam membentuk karakter mahasiswa di era teknologi. Melalui nilai-nilai moral, spiritual, dan etika yang diajarkan, mahasiswa dapat mempertahankan integritas diri meskipun hidup di tengah arus digital yang cepat berubah. Teknologi memberikan tantangan sekaligus peluang, namun pendidikan Islam memastikan bahwa jiwa mahasiswa tetap terarah, bersih, dan beradab. Nilai amanah, adab, ihsan, dan tabayyun menjadi panduan penting bagi mahasiswa untuk tetap beretika dan beradab dalam aktivitas digital. Integrasi nilai moral dengan literasi digital mampu menciptakan generasi mahasiswa yang cerdas secara teknologi dan matang secara spiritual.
Dengan merawat jiwa digital berlandaskan nilai pendidikan Islam, mahasiswa dapat berkembang sebagai pribadi yang berintegritas dan mampu menghadapi tantangan dunia digital dengan penuh hikmah, tanggung jawab, dan akhlak yang baik.
Referensi:
- Fauzan, M. (2022). Integrasi teknologi dan pendidikan nilai dalam pembelajaran Islam. Prenada Media.
- Hakim, R. (2022). Digital behavior and youth character formation. Remaja Rosdakarya.
- Mahfudz, A. (2023). Pembelajaran Islam di era disrupsi teknologi. Deepublish.
- Moleong, L. J. (2021). Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
- Rahmawati, L. (2023). Digital literacy and moral development in higher education. Literasi Nusantara.
- Suryadi, T. (2024). Nilai-nilai pendidikan Islam untuk generasi milenial. Kencana.
Biodata Penulis:
Novia Firzanah saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.