Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Obatnya Anak Kos itu Pulang

Anak kos, waktunya recharge energi! Pulang ke rumah bukan cuma soal makanan, tapi pelukan dan cerita hangat keluarga.

Oleh Salsabila Niken Halimah

Siapa yang ngga rindu suasana rumah? Tentu hampir semua orang merindukan suasana rumah. Di tengah padatnya jadwal harian, ditengah huru-hara yang selalu menerjang, ada satu tempat yang selalu terlintas setelah kita melakukan aktivitas yang melelahkan. Tempat itu adalah rumah, tempat untuk kita recharge energy

Tidak semua rumah memiliki bangunan yang megah, mewah, dan berisikan barang-barang mahal. Tapi kehadiran dari orang-orang tersayang yang ada di dalamnya itulah yang terpenting. Lalu gimana bisa obat milik anak kos itu pulang?

Obatnya Anak Kos itu Pulang

Bagi anak kos, pulang itu termasuk salah satu kebutuhan vital. 

Perbandingan Rumah vs Kos

Hidup di kos itu terasa sangat berbeda dengan hidup di rumah. Di kos kita harus mengerjakan semua hal sendirian. Mulai dari bangun tidur, memasak, menyuci, membersihkan kamar, bahkan mendengarkan musik sendirian. Sementara saat di rumah, semua terasa mudah, dibangunkan tidur oleh ibu, makanan yang selalu tersedia, membersihkan rumah bersama-sama, mendengarkan musik dan berita pun bersama-sama. 

Kejadian-kejadian lucu yang sering terjadi di rumah selalu menyisakan banyak cerita. Misalnya ayah yang selalu mengatakan, “Sana, bantu ibumu!” padahal dia kan suaminya, harusnya dia yang membantu ibu. Lalu mungkin teriakan ibu yang memaksa untuk melakukan sarapan. Bahkan, aroma-aroma khas yang selalu tercium saat di rumah tidak akan bisa kita copy di kos-kosan. 

Tempat Recharge Energy

Pulang ke rumah bukan hanya sekedar mendapat makanan gratis dan tinggal makan namun juga sedang melakukan investasi bagi kesehatan mental. Karena sebagai anak kos, apalagi mahasiswa, sering kali mengalami tekanan akademik. Tekanan akademik ini juga ditambah dengan rasa kesepian yang terus membeludak. Saat di rumah, kita bisa mendapatkan dukungan emosional. 

Rumah adalah ruang aman yang sesungguhnya. Di rumah kita tidak perlu memakai topeng untuk menutupi kelelahan, kesedihan, maupun kekecewaan. Ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, akan siap membuka tangan mereka untuk memeluk dan mendengarkan keluh kesah yang ada. Hal ini tentu saja terasa seperti sedang mengisi ulang tangki energi. 

Sebuah studi pernah mengungkap bahwa anak kos yang sering pulang cenderung lebih bahagia. Tingkat stres yang dirasakan menurun drastis saat berada di rumah karena ia menyembuhkan lelah fisik dan batin. “Eh asli, dua bulan belum pulang, rasanya kali ini aku bener-bener pengen pulang”, ujar Ilma selaku mahasiswa Fakultas Vokasi di Universitas Brawijaya. Kerinduan ini merupakan salah satu dari sinyal kelelahan batin. Hal ini juga didukung dengan pernyataan lain “Eh, aku lagi batuk. Obatnya pulang ke rumah sih”, kata Salma mahasiswa Pendidikan Ekonomi di Universitas Sebelas Maret. Kutipan ini tentu menggaris bawahi fungsi terapi dari rumah yang bisa membantu proses detoksifikasi pikiran. 

Pulang Bisa Menjadi Pembentukan Karakter

Pulang ke rumah merupakan sebuah bentuk dari pendewasaan. Belajar mengatur jadwal untuk pulang di tengah huru-hara kegiatan yang sedang dikerjakan, belajar mengatur keuangan karena harus berhemat untuk biaya transportasi menuju rumah. Hal ini merupakan proses menuju kedewasaan. Dari hal tersebut, anak kos belajar untuk menghargai arti dari sebuah rumah dan keluarga.

Jadi saat lelah mulai menerjang, ingatlah satu obat yang paling mujarab. Obatnya anak kos itu adalah pulang. 

Biodata Penulis:

Salsabila Niken Halimah saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Ekonomi, FKIP, di UNS.

© Sepenuhnya. All rights reserved.