Oleh Muhammad Abdur Rozaq
Pada perkembangan era globalisasi pada saat ini tentu membawa dampak positif dan juga membawa tantangan teruntuk dunia pendidikan, terutama pada moral siswa. Kasus seperti bullying, kekerasan, perilaku tidak sopan, penyalahgunaan terhadap media sosial, dan juga penurunan etika menunjukan adanya krisis moral di kalangan remaja pada saat ini. Dalam konteks ini, Pendidikan Agama Islam hadir untuk menjadi sarana yang strategis untuk membentuk karakter, akhlak, dan kepribadian peserta didik agar selaras dengan nilai-nilai Islam.
Strategi yang dapat digunakan untuk pencegahan adanya krisis moral pada siswa, yaitu:
1. Penguatan Aqidah
Penguatan aspek aqidah merupakan fundamental dalam pembentukan karakter peserta didik. Aqidah yang tertanam secara kokoh memberikan landasan normatif yang jelas bagi siswa dalam menentukan arah dan pedoman hidup. Pemahaman mengenai batasan halal dan haram, serta kemampuan untuk membedakan perilaku yang benar dan salah, menjadi mekanisme internal kontrol moral yang efektif dalam mencegah terjadinya penyimpangan etis.
2. Pembinaan Akhlak Mulia
Pembinaan akhlak mulia (akhlakul karimah) merupakan inti dari proses pendidikan Islam. Pengembangan akhlak seperti kejujuran, kesantunan, tanggung jawab, dan empati menjadi komponen utama dalam membentuk karakter moral peserta didik. Melalui proses pembelajaran yang terstruktur, nilai-nilai ini diinternalisasikan sehingga mampu memperkokoh integritas moral serta meningkatkan sensitivitas etis siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pembiasaan Ibadah
Pembiasaan pelaksanaan ibadah, seperti shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan berdoa, berfungsi sebagai sarana pembentukan kontrol diri dan kesadaran spiritual. Aktivitas ibadah yang dilakukan secara konsisten dapat mengembangkan aspek regulasi emosional dan spiritualitas siswa, yang pada akhirnya berkontribusi dalam menekan kecenderungan perilaku negatif.
4. Keteladanan Guru (Uswah Hasanah)
Peran guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya terbatas sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai figur teladan moral (uswah hasanah). Keteladanan yang diwujudkan dalam perilaku guru memiliki pengaruh signifikan terhadap internalisasi nilai-nilai etika pada diri siswa. Hal ini sejalan dengan prinsip keteladanan yang ditunjukkan Rasulullah SAW sebagai model ideal dalam pembentukan akhlak umat.
5. Pembelajaran Kontekstual
Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam Pendidikan Agama Islam memungkinkan siswa memahami relevansi nilai-nilai keagamaan dengan tantangan moral kontemporer. Integrasi materi PAI dengan isu etika digital, pergaulan, penggunaan media sosial, serta persoalan lingkungan menjadi sarana efektif dalam menanamkan nilai Islam secara aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.
6. Pembudayaan Lingkungan Sekolah Islami
Pembudayaan lingkungan sekolah yang bercorak Islami melalui kegiatan seperti shalat berjamaah, kajian rutin, literasi Al-Qur’an, dan pembiasaan salam berfungsi sebagai sistem pendukung dalam pembentukan budaya religius di sekolah. Lingkungan yang religius ini berperan signifikan dalam menciptakan atmosfer yang kondusif bagi perkembangan moral siswa serta dalam mencegah munculnya perilaku menyimpang.
Dengan demikian maka pendidikan Islam sangat penting untuk membentuk moral terhadap siswa terutama pada anak zaman sekarang.
Biodata Penulis:
Muhammad Abdur Rozaq saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid.