Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Pendidikan Islam di Tengah Arus Digitalisasi: Apa yang Harus Kita Siapkan?

Yuk jelajahi pentingnya literasi dan etika digital dalam pembelajaran PAI agar generasi muda mampu menggunakan teknologi.

Oleh Dini Sekar Arum

Perkembangan teknologi digital telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk cara masyarakat belajar dan mengakses informasi. Aktivitas yang dulu dilakukan melalui tatap muka, seperti mengikuti kajian atau belajar di kelas, kini banyak berpindah ke layar gawai. Membaca Al-Qur’an melalui aplikasi, mengikuti kajian di YouTube, hingga belajar PAI melalui Google Classroom sudah menjadi bagian dari keseharian generasi muda. Perubahan ini tentu membawa peluang besar, tetapi juga tantangan yang perlu disiapkan oleh guru, siswa, dan orang tua. Di sinilah Pendidikan Islam dituntut untuk beradaptasi agar tetap relevan dengan kebutuhan zaman.

Pendidikan Islam di Tengah Arus Digitalisasi

Salah satu hal utama yang perlu diperhatikan adalah literasi digital. Generasi saat ini belajar agama dengan cara yang sangat berbeda dari generasi terdahulu. Mereka mencari informasi melalui internet dan media sosial, menonton video penjelasan ustadz, bahkan menghafal Al-Qur’an menggunakan aplikasi audio interaktif. Karena itu, guru PAI, orang tua, dan lembaga pendidikan harus memiliki kemampuan literasi digital yang baik. Literasi digital tidak hanya berarti bisa menggunakan perangkat, tetapi juga memahami bagaimana memilih sumber yang terpercaya, memilah informasi keagamaan yang akurat, serta bersikap kritis dalam menghadapi beragam konten digital.

Di era yang serba cepat ini, kemampuan menggunakan teknologi juga harus dibarengi dengan etika digital. Kemajuan teknologi memang memberi banyak manfaat, namun juga membuka peluang munculnya hoaks keagamaan, ujaran kebencian, dan konten yang bertentangan dengan nilai adab Islam. Peserta didik perlu dibimbing untuk memiliki akhlak digital: memverifikasi informasi sebelum berbagi, menggunakan bahasa yang santun, menghormati perbedaan, serta menghindari perdebatan yang tidak bermanfaat. Dengan begitu, mereka bukan hanya cakap teknologi, tetapi juga bijak dalam penggunaannya.

Dalam konteks pendidikan, guru PAI memiliki peran yang semakin strategis. Guru tidak lagi hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga fasilitator yang membantu siswa belajar secara mandiri dan kritis. Pemanfaatan media pembelajaran digital seperti video edukatif, infografis, kelas daring, podcast kajian, hingga aplikasi interaktif dapat membuat pembelajaran PAI lebih menarik, relevan, dan dekat dengan keseharian siswa. Guru yang kreatif dalam memanfaatkan teknologi akan lebih mudah menjangkau siswa dan membangun pengalaman belajar yang lebih bermakna.

Meski teknologi terus berkembang, nilai-nilai Islam tetap harus menjadi dasar dalam setiap proses pembelajaran. Digitalisasi hanyalah alat. Tujuan akhirnya tetap sama, yaitu membentuk manusia yang berakhlak, cerdas, dan bermanfaat. Nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kesederhanaan, dan sikap saling menghormati harus tetap ditekankan, bahkan semakin diperkuat di tengah perubahan zaman.

Untuk memastikan Pendidikan Islam tetap kokoh di era digital, kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat dibutuhkan. Orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi dan membimbing penggunaan gawai di rumah. Sekolah perlu menciptakan lingkungan digital yang aman dan mendukung proses belajar. Sementara masyarakat dapat mendorong budaya literasi digital, dakwah yang positif, dan diskusi keagamaan yang sehat. Ketiganya menjadi fondasi utama agar generasi Muslim tumbuh sebagai pengguna teknologi yang cerdas sekaligus berakhlak.

Digitalisasi bukan ancaman justru peluang besar bagi Pendidikan Islam untuk menjangkau lebih banyak generasi muda dengan cara yang lebih dekat dengan kehidupan mereka. Namun, peluang itu hanya dapat dimanfaatkan jika semua pihak mempersiapkan diri dengan baik. Di tengah derasnya arus teknologi, Pendidikan Islam memiliki tugas mulia: memastikan kemajuan zaman tetap sejalan dengan kemantapan iman dan akhlak. Dengan persiapan yang tepat, keduanya dapat berjalan harmonis dalam membentuk generasi Muslim yang unggul.

Biodata Penulis:

Dini Sekar Arum, lahir pada tanggal 11 Februari 2005 di Pekalongan, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.