Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Pendidikan Karakter sebagai Jalan Membangun Generasi Beretika dan Berdaya Saing

Mari dukung generasi masa depan Indonesia! Pelajari pentingnya pendidikan karakter untuk membentuk Generasi Emas 2045 yang cerdas dan berintegritas.

Oleh Zidny Amalia

Perkembangan teknologi yang semakin pesat beserta dampak globalisasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Di satu sisi, kemudahan mengakses informasi dan koneksi global memberikan banyak peluang bagi generasi muda untuk berkembang. Namun, di sisi lain, hal ini juga menimbulkan tantangan, terutama dalam menjaga nilai-nilai etika dan moral. Di era digital batas-batas sering kali semakin hilang, sehingga memudahkan penyebaran informasi palsu, berkurangnya empati, serta melemahnya kontrol diri. Akibatnya, muncul generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi terkadang kurang kuat dalam hal karakter.

Indonesia yang bercita-cita mencapai Generasi Emas 2045, perlu memastikan bahwa sumber daya manusia yang dihasilkan tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tetapi juga memiliki integritas moral dan kemampuan untuk bersaing secara global. Untuk itu, penting untuk memperkuat Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Pendidikan karakter bukan sekadar pelengkap kurikulum, tetapi merupakan bagian penting dalam membentuk kepribadian yang utuh, beretika, dan siap menghadapi persaingan dunia.

Garuda

Pendidikan karakter adalah sistem yang menanamkan nilai-nilai moral dan etika kepada manusia agar bisa mempraktikkan hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Berfokus pada penumbuhan etika, moral, dan dasar-dasar tentang sopan santun serta pengetahuan tentang benar dan salah sejak usia dini. Nilai-nilai inti seperti kejujuran (integritas), tanggung jawab, disiplin, dan ketaatan beragama harus diterapkan secara konsisten.

Integritas merupakan hal yang sangat penting bagi generasi penerus bangsa. Masyarakat yang maju didasari oleh kepercayaan, dan kepercayaan dapat tumbuh jika setiap individu menjunjung tinggi integritas. Generasi yang memiliki karakter kuat cenderung menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, tangguh, dan mampu membuat keputusan yang adil serta bermanfaat bagi bangsa.

Di Indonesia, pendidikan karakter dilakukan secara menyeluruh melalui penggunaan Kurikulum Merdeka, terutama dalam konsep Profil Pelajar Pancasila yang mencakup enam dimensi utama: Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia; Berkebhinekaan Global; Mandiri; Bergotong Royong; Bernalar Kritis dan Kreatif.

Keenam dimensi ini tidak hanya membentuk nilai-nilai di dalam diri seseorang, tetapi juga membangun kemampuan untuk hidup dan berinteraksi di tengah masyarakat. Misalnya, nilai gotong royong menunjukkan semangat kerja sama dan saling bantu, yang merupakan bagian dari budaya lokal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan sosial. Selain itu, nilai Bernalar Kritis dan Kreatif membantu seseorang lebih siap menghadapi tantangan di masa kini.

Daya saing suatu bangsa tidak hanya diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencakup aspek kognitif, tetapi juga dari kualitas sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dan berinovasi. Pada era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh kemampuan mereka beradaptasi, berinovasi, serta menguasai hard skill dan soft skill. Karena itu, pendidikan karakter memegang peran penting dalam membentuk keterampilan non-teknis yang makin dibutuhkan dunia kerja.

Disiplin yang diajarkan melalui pendidikan karakter terlihat dari kemampuan mengatur waktu dan menjaga konsistensi dalam melakukan tugas. Nilai rasa hormat dan empati membantu seseorang untuk bekerja dengan baik dalam lingkungan yang beragam. Jiwa kepemimpinan juga dapat berkembang dari karakter yang kuat, sehingga seseorang mampu untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik serta mengambil keputusan secara bijak.

Dengan memberikan keterampilan emosional dan sosial yang kuat, pendidikan karakter membentuk individu yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih siap untuk bersaing di tingkat global.

Implementasi pendidikan karakter yang efektif tidak bisa tercapai tanpa menghadapi tantangan. Pengaruh negatif media digital dan nilai-nilai asing yang bertentangan dengan Pancasila memerlukan pendekatan yang sesuai dengan konteks dan mampu beradaptasi. Penguatan karakter di era digital juga harus sesuai dengan budaya dan media yang biasa digunakan oleh setiap individu.

Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan karakter sangat bergantung pada tiga komponen utama, yaitu:

  1. Keluarga: Keluarga harus menjadi teladan dan memberikan dasar moral yang kuat.
  2. Sekolah: Memiliki peran besar melalui guru yang mengintegrasikan nilai karakter dalam pembelajaran dan menjadi contoh sikap positif.
  3. Masyarakat: Masyarakat perlu menyediakan lingkungan yang mampu menjaga dan memperkuat nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh keluarga dan sekolah.

Konsistensi dan keberlanjutan dalam program sangat penting. Implementasi pendidikan karakter harus dilakukan secara sistematis dan terencana. Dengan cara ini, kasus pelanggaran etika bisa dikurangi dan prestasi akademik seseorang dapat meningkat secara signifikan.

Kesimpulan

Pendidikan karakter adalah investasi dalam jangka panjang yang sangat penting. Ini merupakan cara utama untuk membentuk generasi yang seimbang antara kecerdasan berpikir dan ketangguhan bermoral. Generasi yang beretika memiliki integritas, menghargai nilai-nilai Pancasila, dan mampu menciptakan lingkungan sosial yang damai. Generasi yang berdaya saing adalah generasi yang disiplin, bertanggung jawab, dan mampu beradaptasi di tengah tantangan global.

Dengan kerjasama yang kuat antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta penerapan yang konsisten dan fleksibel, Indonesia bisa melahirkan Generasi Emas 2045: generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga baik, dan siap memimpin bangsa menuju kemajuan yang adil dan sejahtera. Oleh karena itu, bagi para mahasiswa dan seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan, menjadikan pendidikan karakter sebagai prioritas adalah kewajiban dan tanggung jawab moral bersama.

Referensi:

  1. Agustina, R. S., Fajarani, M. A., Pratama, H. S., Ramadhon, R. A., & Bekti, A. A. (2024). Revolusi mental: Penguatan pendidikan karakter dalam membangun moralitas dan etika yang baik pada Generasi Z. MANDUB: Jurnal Politik, Sosial, Hukum dan Humaniora, 2(1), 01–11.
  2. Hariono, S. Ag. (2025, 15 September). Penguatan Pendidikan Karakter sebagai Jalan Menuju Generasi Emas 2045. Kementerian Agama RI. 
  3. Direktorat SMP Kemendikdasmen. (2025, 7 September). Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Remaja.
  4. Imaniyyah, A. R., Nanda, L. M., Sya'ban, M. M., Lestari, F. W., & Putri, D. W. (2023). Pentingnya pendidikan karakter di sekolah dasar untuk membangun generasi berintegritas. Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pengajaran, 7(1).
  5. Sari, C. K., Maulida, T. N., & Situmorang, Y. M. (2025). Membangun Generasi Berintegritas melalui Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Nasional. Semantik: Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa Dan Budaya, 3(2), 208–217. doi:10.61132/semantik.v3i2.1675
  6. Untan. (2024). Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Menciptakan Generasi Emas di Revolusi Industri 4.0. Jurnal Untan. 

Biodata Penulis:

Zidny Amalia saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN Syarif Hidayaatullah Jakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.