Oleh Aisy Dhiya Salima
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi era digital, pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak untuk menangkal penurunan kualitas moral generasi muda. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan 39,71% anak usia dini sudah menggunakan telepon seluler, sementara survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat 71,3% anak sekolah kecanduan gadget hingga lebih dari 7 jam sehari, menyebabkan isolasi sosial, rendahnya empati, dan melemahnya disiplin. Tantangan ini mengancam Visi Indonesia Emas 2045, di mana bangsa diharapkan memiliki SDM berdaya saing tinggi dengan integritas moral kuat.
Pendidikan karakter merupakan pondasi utama dalam membentuk generasi unggul yang mampu mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. Pada tahun tersebut, Indonesia diharapkan menjadi negara maju dengan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berintegritas, serta memiliki moral yang kuat. Keberhasilan pembangunan bangsa tidak hanya ditentukan oleh aspek ekonomi atau teknologi, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas akhlak, mentalitas, dan karakter masyarakatnya. Karena itu, pendidikan karakter menjadi salah satu kebutuhan paling mendesak dalam menyiapkan generasi masa depan.
Pembentukan karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, disiplin, dan kepedulian sosial harus ditanamkan sejak dini melalui kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dengan karakter yang kuat, generasi 2045 diharapkan mampu menguasai teknologi tanpa kehilangan nilai-nilai moral yang menjadi identitas bangsa.
Pendidikan karakter juga berperan sebagai benteng utama agar generasi muda tidak mudah terbawa arus negatif dari dunia digital, seperti penyalahgunaan gadget, informasi palsu, perilaku konsumtif, serta gaya hidup instan. Melalui pendidikan karakter yang konsisten dan berkelanjutan, Indonesia dapat membentuk sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual.
Pendidikan karakter juga mencakup pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Generasi muda harus dibekali kemampuan untuk memilah informasi yang diterima dari berbagai sumber, terutama di era digital yang penuh dengan informasi hoaks dan berita palsu. Kemampuan ini akan membantu mereka mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak hanya berbicara tentang moral dan etika, tetapi juga tentang penguatan kecerdasan emosional dan intelektual.
Peran guru dan tenaga pendidik sangat vital dalam proses pembangunan karakter. Guru tidak hanya sebagai pengajar materi akademik, tetapi juga sebagai teladan dan pembimbing bagi siswa dalam menjalankan nilai-nilai luhur. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas guru dalam memahami dan menerapkan metode pendidikan karakter menjadi hal yang penting. Penguatan pendidikan karakter juga harus didukung dengan kurikulum yang mampu menyeimbangkan antara pengembangan soft skills dan hard skills. Pendidikan karakter harus terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, bukan hanya sebagai materi tambahan yang dipisahkan.
Lingkungan sekolah yang kondusif dan suportif juga berperan signifikan dalam membentuk karakter siswa. Sekolah harus menjadi tempat yang nyaman untuk belajar sekaligus berlatih nilai-nilai positif seperti kerja sama, toleransi, dan kejujuran. Kegiatan ekstrakurikuler yang mengedepankan pembentukan karakter seperti kepemimpinan, sosial, dan olahraga bisa menjadi sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai moral secara praktis.
Tidak kalah penting, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memegang peranan utama dalam pendidikan karakter. Orang tua harus menjadi contoh nyata dalam menjalankan nilai-nilai baik serta memberikan bimbingan moral yang konsisten sejak anak-anak masih kecil. Sinergi antara orang tua, sekolah, dan masyarakat akan menciptakan ekosistem pendidikan karakter yang kuat dan berdampak luas.
Selain peran keluarga dan sekolah, pemerintah juga memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan kebijakan pendidikan yang menekankan pembentukan karakter. Pemerintah perlu memperkuat regulasi, menyediakan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta memberikan pelatihan berkelanjutan kepada guru agar mampu menerapkan pendidikan karakter secara efektif.
Visi Indonesia Emas 2045 bukan hanya impian semata, melainkan sebuah tujuan yang harus diupayakan dengan kerja keras dan kesungguhan. Pendidikan karakter menjadi kunci pembuka pintu menuju Indonesia yang lebih maju, berkeadaban, dan berdaulat. Ke depannya, pemerintah, dunia pendidikan, dan seluruh elemen masyarakat harus memperkuat komitmen untuk membangun dan melaksanakan pendidikan karakter secara menyeluruh. Dengan demikian, Indonesia dapat menghasilkan generasi emas yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga unggul dalam etika, moral, dan kepemimpinan.
Untuk mendukung upaya ini, diperlukan strategi konkret seperti intensifikasi literasi digital, integrasi pendidikan karakter dalam kegiatan berbasis proyek, pembiasaan budaya sekolah positif, dan kolaborasi dengan komunitas lokal dalam program pengembangan karakter.
Evaluasi pendidikan karakter juga harus dilakukan secara berkelanjutan agar sekolah dapat memahami sejauh mana nilai-nilai moral melekat dalam perilaku siswa dan menyesuaikan metode pendidikan sesuai kebutuhan zaman.
Dengan fokus pada pendidikan karakter, Indonesia akan mampu menjawab tantangan zaman sekaligus menjaga nilai-nilai luhur yang menjadi identitas bangsa. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan membawa Indonesia menuju puncak kejayaan pada tahun 2045, ketika bangsa ini memasuki usia seratus tahun kemerdekaan dengan segala potensi yang siap disumbangkan untuk dunia.
Dengan demikian, pendidikan karakter bukan sekadar pelengkap proses belajar, melainkan fondasi utama yang akan menentukan kualitas generasi penerus bangsa dan memastikan bahwa Indonesia Emas 2045 dapat terwujud melalui SDM yang berintegritas, kompeten, dan berkepribadian kuat.
Referensi:
- https://www.orangtuahebat.id/kajian-epidemiologis-kecanduan-gadget
- https://www.instagram.com/p/DFy4z8GhIUW/?hl=en
- Inovasi Pendidikan Berkarakter Menciptakan Generasi Emas 2045 (Sitti Hartinah, Lilis Patimah, Ahmad Faruk, Ferdi Zulkarnain, Budi Murdikawati, Singgih Prastawa, 2024)
- Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Menciptakan Generasi Emas di Revolusi Industri 4.0 (Hasya Febrianty, Nuraini Asriati, Universitas Tanjungpura, 2024)
Biodata Penulis:
Aisy Dhiya Salima saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.