Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Penggunaan Kata Eufemisme pada Koran

Yuk pahami lebih dalam penggunaan eufemisme dalam koran! Temukan bagaimana pilihan kata yang lebih halus dapat menjaga kesantunan bahasa.

Oleh Reminda Sarellya Br Ginting

Bahasa memegang peran penting dalam membentuk cara masyarakat memahami berbagai peristiwa di sekitar mereka. Dalam dunia jurnalistik, memilih kata yang tepat bukan hanya soal gaya penulisan, tetapi juga berkaitan dengan tanggung jawab moral serta bagaimana informasi tersebut akan diterima oleh pembaca. Salah satu pilihan bahasa yang sering digunakan media, terutama surat kabar, adalah eufemisme yaitu ungkapan yang dibuat lebih halus untuk menggantikan kata yang dianggap terlalu kasar, sensitif, atau terlalu blak-blakan. Teknik ini cukup sering muncul dalam pemberitaan politik, ekonomi, maupun isu sosial. Penggunaannya memang dapat membantu menjaga kesantunan bahasa dan mencegah munculnya konflik. Namun, jika dipakai secara berlebihan, eufemisme justru dapat menutupi kenyataan yang sebenarnya, menimbulkan bias, dan membuat pembaca sulit memahami fakta yang ingin disampaikan. Karena itu, penting untuk melihat Kembali bagaimana eufemisme digunakan dalam pemberitaan dan mempertimbangkan dampaknya terhadap pemahaman publik.

Penggunaan Kata Eufemisme pada Koran

Penggunaan eufemisme dalam koran sebenarnya memegang peran cukup penting, terutama ketika media harus menyampaikan berita yang sensitif. Dalam banyak situasi seperti pemberitaan tentang kematian, pemutusan hubungan kerja, atau skandal politik pilihan kata yang lebih halus sering kali membuat informasi terasa lebih mudah diterima. Ungkapan seperti “beliau meninggalkan kita” atau “dihentikan sementara” dapat membantu pembaca memahami situasi tanpa merasa tersinggung atau gelisah. Selain itu, bahasa yang lebih lembut juga ikut menjaga citra koran sebagai media yang profesional. Dengan pemilihan kata yang netral dan tidak melebih-lebihkan, koran dapat terlihat lebih objektif dan tidak terkesan mencari sensasi. Dalam dunia jurnalistik, kesan profesional seperti ini sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan publik. Namun, penggunaan eufemisme tetap perlu dilakukan secara bijak. Jika kata-kata halus dipakai berlebihan, informasi yang disampaikan justru bisa menjadi kabur. Pembaca mungkin kehilangan gambaran nyata dari peristiwa yang diberitakan, atau bahkan salah menangkap pesan karena istilah yang terlalu disamarkan. Oleh sebab itu, eufemisme memang bermanfaat untuk menjaga kesopanan bahasa, tetapi harus tetap digunakan secara proporsional agar berita tetap jelas dan tidak menyesatkan.

Secara keseluruhan, penggunaan eufemisme dalam pemberitaan koran memiliki manfaat sekaligus risiko yang perlu dipertimbangkan dengan cermat. Di satu sisi, eufemisme berfungsi untuk menjaga kesopanan bahasa, meredam ketegangan, dan membantu media menyampaikan isu sensitive tanpa menyinggung pembaca. Pilihan kata yang lebih halus juga mendukung citra profesional koran dan menjaga kepercayaan publik terhadap objektivitas mereka. Namun, di sisi lain, penggunaan eufemisme yang berlebihan dapat mengaburkan fakta, menimbulkan bias, serta mengurangi kejelasan informasi yang seharusnya disampaikan secara jujur dan terbuka. Karena itu, keseimbangan menjadi hal yang penting: eufemisme tetap dapat digunakan, tetapi harus diterapkan secara hati-hati agar berita tetap sopan, jelas, dan tidak menyesatkan.

Reminda Sarellya Br Ginting

Biodata Penulis:

Reminda Sarellya Br Ginting, lahir pada tahun 2007, saat ini aktif sebagai mahasiswi di Universitas Mulawarman, Fakultas Farmasi. Penulis bisa disapa di Instagram @remindaginting

© Sepenuhnya. All rights reserved.