Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Peran Konselor: Penjaga Harmoni Keluarga di Tengah Badai Perubahan

Konflik keluarga bukan tanda kegagalan, tapi sinyal untuk berubah. Yuk baca bagaimana konselor keluarga membantu menavigasi dinamika rumah tangga.

Oleh Titis Ratna Ayu

Pernahkah Anda merasa bahwa keluarga adalah fondasi hidup kita, tapi kadang-kadang fondasi itu retak-retak karena masalah sehari-hari? Dari konflik anak remaja yang bandel, hingga pasangan yang mulai renggang setelah bertahun-tahun bersama, keluarga bukanlah sesuatu yang statis. Ia berkembang, berubah, dan kadang butuh bantuan luar untuk tetap kuat. Di sinilah peran konselor dalam layanan bimbingan dan konseling keluarga menjadi sangat krusial. Menurut pendapat saya, konselor bukan sekadar "pembicara" yang mendengarkan keluhan, tapi lebih seperti navigator yang membantu keluarga menavigasi gelombang kehidupan.

Keluarga: Dinamika yang Selalu Berkembang

Sebelum masuk ke peran konselor, mari pahami dulu bagaimana keluarga berkembang. Teori Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) yang dikembangkan oleh Evelyn Duvall pada tahun 1950-an menjelaskan bahwa keluarga melewati tahapan-tahapan seperti pernikahan awal, kelahiran anak, remaja, hingga pensiun. Setiap tahapan ini membawa tantangan unik: misalnya, saat anak masuk remaja, keluarga sering menghadapi rebeli dan identitas diri yang bergolak. Teori ini menekankan bahwa keluarga yang sehat harus beradaptasi dengan perubahan ini, atau risiko stagnasi dan konflik akan muncul.

Keluarga

Saya percaya, dalam era digital saat ini, tantangan ini semakin kompleks. Keluarga modern sering dihadapkan pada tekanan kerja, media sosial yang mempengaruhi anak-anak, atau bahkan pandemi yang memaksa kita isolasi. Tanpa bantuan, keluarga bisa terjebak dalam pola negatif, seperti komunikasi yang buruk atau emosi yang terpendam. Di sinilah konselor masuk sebagai "penjaga pintu" yang membantu keluarga melintasi tahapan ini dengan lebih mulus.

Peran Konselor Lebih dari Sekadar Pendengar

Opini saya adalah bahwa konselor dalam layanan bimbingan dan konseling keluarga adalah pilar pendukung yang aktif, bukan pasif. Mereka tidak hanya mendengarkan masalah, tapi juga memberikan alat untuk mengatasi masalah tersebut. Mari kita dukung ini dengan teori lain: Teori Sistem Keluarga (Family Systems Theory) oleh Murray Bowen. Teori ini melihat keluarga sebagai sistem interdependen, di mana satu anggota yang bermasalah bisa mempengaruhi seluruh keluarga. Misalnya, jika seorang ayah stres karena pekerjaan, itu bisa memicu anak menjadi lebih agresif atau istri merasa terabaikan

Konselor, berdasarkan teori ini, bertugas mengidentifikasi pola sistemik tersebut. Mereka membantu keluarga melihat "peta" hubungan mereka, seperti bagaimana komunikasi yang buruk bisa berputar-putar seperti lingkaran setan. Dalam praktiknya, konselor bisa menggunakan teknik seperti terapi keluarga, di mana semua anggota duduk bersama untuk membahas masalah. Saya yakin ini efektif karena keluarga belajar saling mendukung, bukan saling menyalahkan.

Selain itu, konselor juga berperan sebagai pendidik. Dengan dukungan Teori Perkembangan Keluarga Erikson, yang menekankan tahapan psikososial individu (seperti kepercayaan vs. ketidakpercayaan pada anak kecil), konselor membantu keluarga memahami bagaimana perkembangan pribadi anggota keluarga mempengaruhi dinamika keluarga. Misalnya, seorang ibu yang mengalami krisis tengah usia (menurut Erikson, tahap generativitas vs. stagnasi) bisa membuat rumah tangga tegang. Konselor memberikan saran praktis, seperti latihan komunikasi atau strategi parenting, untuk mencegah masalah membesar.

Mengapa Konselor Penting di Era Modern?

Dalam pandangan saya, peran konselor semakin vital karena keluarga sekarang lebih terisolasi. Dulu, keluarga besar atau tetangga bisa membantu, tapi sekarang kita sering bergantung pada layanan profesional. Konselor juga harus adaptif: mereka bisa menggunakan teknologi, seperti konseling online, untuk membantu keluarga yang tinggal jauh.

Namun, saya juga percaya konselor harus etis dan netral. Mereka bukan hakim, tapi fasilitator. Jika konselor terlalu memihak satu pihak, itu bisa memperburuk masalah, seperti yang diperingatkan oleh teori sistem keluarga.

Jadi, peran konselor dalam layanan bimbingan dan konseling keluarga adalah investasi jangka panjang untuk kebahagiaan keluarga. Dengan dukungan teori seperti Siklus Hidup Keluarga dan Sistem Keluarga, konselor membantu keluarga beradaptasi, berkomunikasi, dan tumbuh bersama. Jika keluarga Anda sedang goyah, jangan ragu mencari bantuan konselor. Ingat, keluarga yang kuat dimulai dari langkah kecil untuk berubah.

© Sepenuhnya. All rights reserved.