Oleh Cahya Ramadina Mahmudah
Di era digital, akses informasi kesehatan melalui internet dan media sosial semakin mudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Namun, tidak semua informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Disinformasi tentang obat, vaksin, dan suplemen justru menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat. Dalam situasi ini, literasi ilmiah menjadi sangat penting agar masyarakat mampu memahami informasi yang berbasis bukti (evidence-based). Kementerian Kesehatan RI (2023) mencatat bahwa rendahnya literasi kesehatan dan farmasi mengakibatkan masyarakat rentan terhadap hoaks obat serta praktik pengobatan yang tidak rasional.
Literasi ilmiah di bidang farmasi mencakup pemahaman tentang cara kerja obat, dosis yang tepat, efek samping, dan kemampuan mengidentifikasi sumber informasi yang valid. Masyarakat yang memiliki literasi ilmiah yang baik akan melakukan pengobatan secara rasional dan tidak mudah terpengaruh oleh disinformasi seperti klaim "obat herbal penyembuh semua penyakit" atau narasi "vaksin berbahaya". Rachmawati & Setiawan (2021) dalam Jurnal Farmasi Klinik Indonesia mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan kesulitan memahami label obat dan informasi yang disampaikan di apotek. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya edukasi dari tenaga kefarmasian.
Apoteker tidak hanya berfungsi sebagai penyedia obat, melainkan juga sebagai edukator yang membantu masyarakat memahami penggunaan obat secara aman dan rasional. Berdasarkan laporan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI, 2022), kegiatan edukasi publik seperti Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penggunaan obat tanpa resep dokter.
Literasi ilmiah di bidang farmasi memiliki peran penting dalam membantu masyarakat menjadi lebih kritis dan bijaksana dalam menyikapi informasi kesehatan yang mereka terima. Ketika masyarakat memahami dasar-dasar ilmiah tentang cara kerja obat dan vaksin, mereka akan lebih mampu melindungi diri dari informasi yang menyesatkan dan berbahaya. Untuk mewujudkan hal ini, dibutuhkan kerja sama yang erat antara tenaga kesehatan, institusi pendidikan, pemerintah, dan media massa dalam upaya memperkuat literasi ilmiah farmasi sebagai bagian dari peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
Biodata Penulis:
Cahya Ramadina Mahmudah, lahir pada tanggal 13 September 2006 di Bontang, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Mulawarman, Program Studi Farmasi.