Aceh sedang tidak baik-baik saja.

3 Perbedaan Gaya Kondangan Klaten yang Mengubah Gaya Khas Bekasiku

Penasaran gimana rasanya beralih dari kondangan glamor ala Bekasi ke kondangan adem dan hangat ala Klaten? Yuk jelajahi perbedaannya!

Oleh Muti’ah Azzahra

Menghabiskan nyaris 14 tahun hidup di Bekasi,aku sudah terlanjur meyakini satu dogma tak tertulis: kondangan itu bukan sekadar formalitas, melainkan panggung epik untuk memamerkan seberapa aesthetic dan paripurna diri kita. Aku sudah kenyang lihat penampakan para hadirin yang datang dengan outfit seolah baru turun dari catwalk JFW (Jakarta Fashion Week), make-up wajib tebal biar terlihat on-fleek dan membahana, plus tas tangan mungil yang isinya cuma handphone dan jangan kaget kalau seringnya penampilan tamu undangan justru jauh lebih mewah dan cetar melampaui dekorasi pelaminan Gedung Serbaguna yang biasa-biasa saja itu. Inilah Bekasih, Blora!

Perbedaan Gaya Kondangan Klaten yang Mengubah Gaya Khas Bekasiku

Namun, pemahaman aku yang sudah terpaten tentang estetika kondangan ala Bekasi itu perlahan harus direvisi total. Semua view gila-gilaan tersebut mulai terkikis saat aku migrasi ke Klaten. Di tanah Klaten ini, secara bertahap, gaya fashion show yang dulu aku agung-agungkan itu pelan-pelan tergerus. Vibe yang tadinya serba "harus heboh, harus cetar, harus paling mahal" mendadak digantikan filosofi yang lebih sat-set, mat-matan, tapi rapi. Intinya, "yang penting sopan, nggak aneh-aneh kayak mau syuting FTV, dan nyaman". Begitulah cara sense of fashion Klaten berhasil menaklukkan jiwa hedon kondangan aku yang sudah terkontaminasi Bekasi.

Di sini, aku juga akan memberikan penjelasan 3 perbedaan gaya kondangan Klaten yang sangan sukses mengubahku menjadi manusia baru di lingkungan dan serba tidak mewah.

1. Sederhana tapi Anggun, Tidak Mewah tapi Melelahkan

Seperti yang kita ketahui bahwa Klaten terkenal dengan julukan “Kota Bersinar”, matahari yang menyengat saat siang hari. Saat di Bekasi, pola kondangannya sudah bisa tertulis dimana kalau kita pake baju yang semakin glamor dan berkilau, maka secara otomatis finansial kita juga dianggap lebih baik, bahkan baju berat dan penuh gliter tidak ada pengaruhnya saat panas.

Di klaten aturan mainnya berbeda

Ibu-ibu datang dengan kebaya yang halus warnanya, tidak tebal di badan, dan adem auranya. Tidak ada bahan bajunya yang menyilaukan mata, warnanya yang bisa diterima dengan tamu lain, tapi anehnya semua itu bisa terlihat lebih elegan, tidak seperti pakaianku bikin sakit mata, dan orang melihatnya jadi capek karena bajunya berat.

Dengan kejadian itu lama-lama mengubah kebiasaan berpakaian ku agar tidak mencolok dengan glitter atau bahan yang membuatku gampang gerah, dan kalau tidak kebaya ya pakai saja kemeja itu tidak masalah.

2. Gedung Serbaguna Rame, Bukan Gedung Mewah Harga Fantastis

Yayaya, yang kita tahu aja kalau kondangan di kota metropolitan seperti Bekasi nikahannya di gedung mewah, atau bahkan menyewa hotel untuk acara sakral dengan full AC, dan lampu gantungan yang terlihat mahal yang kesenggol beuh, bikin dompet meringis. Bahkan datang kondangan aja serasa tamu di drakor karena semuanya tertata rapi, campuran wangi parfum, bahkan di konsep sesuai keinginan pengantin.

Eits, tapi pas aku di Klaten?

Semua berbeda 180 derajat dong.

Gedung serbaguna yang dipakai. Bahkan kadang bisa aja nyewa aula desa untuk tempat nikahannya. Terkadang aula sendiri paginya dipakai buat acara PKK, sorenya dipakai acara remaja desa, malamnya buat acara pengajian. Ya benarkan jadi gedung serbaguna. AC? Belum tentu ada nih tapi yang pasti ada ya kipas angin hitam gede di setiap sudut ruangan. Meski begitu, yang sering aku melihat tamu undangan yang datang ga protes dan semangat bahkan terlihat kekeluargaan yang kental.

3. Makanan Prasmanan Sesukanya, atau Piring Terbang Legendaris

Nah, ini sudut pandangku yang paling gong! Yang aku tau kalo di Bekasi kita tunggu pengantin datang, terus salaman naik ke panggung foto sambil cepika-cepiki dan ambil makanan sendiri dengan banyak pilihan menu, kayak aneka daging, berbagai minuman, jajanan kecil bahkan dessert mungil yang menggoda yang bikin kita ga tahan upload ke sosmed. 

Eh di Klaten beda nih.

Piring terbang yang diantar dari pihak cateringnya. Jadi pas kita datang, sudah disambut sama pihak keluarga yang jadi among tamu, dan di setiap meja ada banyak gelas isinya teh yang sudah tersedia. Kita duduk sambil nunggu pengantin datang dan pihak catering anter makanan yang pertama isinya makanan pembuka kayak sosis solo, terus dilanjut sop matahari, setelah habis makan sop matahari kita tunggu pengantin selesai sama tradisi khas jawanya, dan kita diantar makanan berat yang disusul sama dessert sebagai penutup. Kelihatannya tertata ya, tapi itu faktanya gais.

Setelah menceritakan sedikit kisah perbandingan antara kehidupanku di Bekasi dan di Klaten terutama bagian kondangan, jujur saja jelas ada perbedaan yang sangat bisa bahwa di Klaten mengajarkan bahwa kondangan dengan gaya yang adem, enak dilihat, kesannya lebih ringan, berbeda dengan Bekasi dengan khas kota metropolitannya. Jika ditanya lebih enakan gaya kondangan yang Bekasi atau Klaten, ya aku bakalan jawab campuran, karena dimanapun tempatnya kita sebagai tamu hanya menyesuaikan saja, agar tidak terlihat aneh.

© Sepenuhnya. All rights reserved.