Oleh Khabibatus Syufiyah
Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital, generasi muda Indonesia menghadapi tantangan moral yang semakin kompleks seperti krisis etika, kehilangan adab, banyaknya perundungan, dan gaya hidup instan adalah masalah yang tidak dapat diabaikan. Dalam situasi seperti ini, pesantren memiliki peran strategis dalam membentuk karakter generasi muda berdasarkan nilai-nilai Islam. Pesantren bukan hanya tempat untuk belajar agama, tetapi juga tempat untuk membangun moral yang kuat. Sistem pendidikan pesantren menekankan peningkatan pengetahuan, pengembangan iman, dan praktik perilaku moral dalam kehidupan sehari-hari. Selain belajar di kelas, santri juga dididik melalui kehidupan sosial yang penuh dengan prinsip disiplin, kesederhanaan, tanggung jawab, dan kepedulian sosial.
Salah satu kekuatan utama pesantren terletak pada keteladanan kiai dan ustaz. Dalam tradisi pesantren, figur pendidik tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai teladan moral bagi santri. Santri menunjukkan nilai-nilai seperti kejujuran, tawadhu', kesabaran, dan keikhlasan melalui sikap dan perilaku mereka setiap hari. Dengan metode pendidikan seperti ini, pesantren berhasil menanamkan prinsip moral secara mendalam. Karakteristik sosial santri juga dibentuk di kehidupan pesantren yang berbasis komunitas. Hidup bersama di satu tempat mengajarkan siswa untuk menghormati satu sama lain, bekerja sama, dan bijak menyelesaikan konflik. Kepekaan sosial santri dibentuk oleh kebiasaan sehari-hari seperti musyawarah, gotong royong, dan ta'awun (tolong-menolong). Nilai-nilai inilah yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda di dunia yang semakin individualis.
Di era digital, pesantren juga dituntut untuk beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya. Banyak pesantren kini mulai mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran, seperti penggunaan media digital, literasi teknologi, dan pengembangan keterampilan abad ke-21. Kemampuan pesantren untuk memanfaatkan teknologi secara moral dan bertanggung jawab membedakannya dari institusi pendidikan lainnya. Untuk menghindari dampak buruk dunia digital, seperti penyalahgunaan media sosial atau penghancuran nilai kemanusiaan, siswa dididik dengan kesadaran moral.
Pesantren juga berperan penting dalam menanamkan prinsip moderasi agama. Santri dididik untuk memahami Islam secara inklusif, toleran, dan rahmatan lil'alamin melalui kajian keislaman yang menyeluruh dan berimbang. Jenis pendidikan ini sangat penting untuk membentuk generasi muda yang tidak mudah terpengaruh oleh ideologi ekstremis atau intoleran. Dengan demikian, pesantren juga membantu menjaga keseimbangan sosial dan keutuhan bangsa. Pesantren terus bertahan sebagai benteng moral generasi muda di tengah berbagai tantangan zaman. Untuk berhasil, dia terus menerapkan nilai-nilai Islam yang humanis, kontekstual, dan aplikatif. Penduduk yang tinggal di pesantren tidak hanya menghasilkan generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi mereka juga memberikan pendidikan moral dan emosional.
Oleh karena itu, peran pesantren harus terus didukung oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia akademik. Dengan dukungan yang memadai, pesantren dapat terus berkembang menjadi lembaga pendidikan Islam yang mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan nilai moral dan spiritualnya. Ini menunjukkan bahwa pesantren berfungsi sebagai pilar moral yang kokoh untuk masa depan generasi muda Indonesia.
Biodata Penulis:
Khabibatus Syufiyah saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Prodi PAI.