Doa Seorang Ibu
Di Tengah Malam Hening
Di tengah malam yang sunyi,
aku melangkah perlahan menyusuri lorong rumah yang tenggelam dalam gelap.
Hanya seberkas cahaya nyala lilin kecil yang bergetar—
menarik pandanganku dan memanggil langkahku mendekat.
Aku berjalan hati-hati,
setiap tapak seperti dituntun oleh rasa yang tak terucap.
Dan di sana, dalam cahaya redup yang lirih,
kulihat ibu bersimpuh, lututnya menyentuh lantai dingin,
kedua tangannya terangkat ke langit,
menggenggam harap yang begitu dalam.
Hati ini tersentuh, luluh,
melihat wajahnya yang dipenuhi doa,
suara yang tak bersuara,
namun menggema dalam seluruh ruang jiwa.
Di tengah malam sunyi itu,
aku menyaksikan cinta paling murni
doa seorang ibu
yang tak pernah lelah meminta kebaikan untuk anaknya.
2025
Analisis Puisi:
Puisi “Doa Seorang Ibu di Tengah Malam Hening” adalah penggalan potret paling lembut sekaligus paling mendalam tentang cinta seorang ibu. Melalui suasana malam yang sunyi dan cahaya lilin yang temaram, penyair menghadirkan momen yang sangat personal: doa yang naik lirih dari seorang ibu yang bersimpuh, memanjatkan harapan untuk anaknya. Puisi ini tidak hanya menyentuh sisi emosional, tetapi juga menunjukkan kekuatan spiritual dan kasih sayang yang tak pernah padam.
Tema
Tema utama puisi ini adalah cinta dan pengorbanan seorang ibu, terutama yang diwujudkan melalui doa dan ketulusan hati. Tema tambahan yang mengiringinya adalah keheningan spiritual, ketulusan, dan rasa hormat anak kepada ibunya.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang pada tengah malam melihat ibunya sedang berdoa dengan penuh ketulusan. Ia berjalan dalam suasana rumah yang gelap dan sunyi, hanya dipandu cahaya lilin yang bergetar. Ketika mendekat, ia menyaksikan ibunya bersimpuh, tangan terangkat, wajah dipenuhi kesungguhan doa yang tak bersuara namun bergema begitu kuat dalam jiwa.
Momen itu menggugah hati si anak, membuatnya merasakan betapa besar cinta seorang ibu, yang bahkan dalam keheningan malam masih memanjatkan kebaikan bagi buah hatinya.
Makna Tersirat
Puisi ini menyimpan beberapa makna tersirat:
- Doa ibu adalah kekuatan yang tak terlihat, namun sangat nyata bagi kehidupan seorang anak.
- Kasih seorang ibu tidak menuntut balasan, ia hanya memberi dan terus memberi dalam diam.
- Keheningan malam menjadi saksi cinta paling tulus, saat semua tertidur, seorang ibu tetap berjaga demi kebaikan keluarganya.
- Seorang anak sering kali baru menyadari besarnya cinta ibu ketika melihat pengorbanan sunyi yang dilakukan tanpa disadari.
- Spiritualitas dan kasih sayang sering bertemu dalam ruang yang sangat hening, jauh dari hiruk pikuk dunia.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini bersifat:
- Hening dan kontemplatif — tercipta dari gambaran malam yang gelap dan lorong sunyi.
- Lembut dan melankolis — melalui citraan cahaya lilin yang bergetar dan langkah yang pelan.
- Sakral dan menyentuh — pada bagian ketika ibu terlihat bersimpuh dan berdoa dengan ketulusan penuh.
- Emosional — terutama ketika tokoh lirik merasakan doanya menggema dalam jiwa.
Suasana keseluruhan mengarah pada keharuan yang mendalam.
Amanat / Pesan
Beberapa pesan yang dapat dipetik dari puisi ini:
- Hargailah ibu selagi ia masih ada, karena dalam setiap doanya tersimpan cinta yang tak tergantikan.
- Kasih ibu sering hadir dalam bentuk-bentuk sunyi, namun memiliki kekuatan luar biasa.
- Doa adalah wujud cinta paling murni, terutama dari seorang ibu untuk anaknya.
- Seorang anak sebaiknya menyadari dan menghormati pengorbanan ibunya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
- Keheningan bisa menjadi ruang perjumpaan antara cinta, harapan, dan spiritualitas.
Imaji
Puisi ini memuat imaji yang sangat kuat, di antaranya:
Imaji Visual
- “tengah malam yang sunyi”
- “lorong rumah yang tenggelam dalam gelap”
- “seberkas cahaya nyala lilin kecil yang bergetar”
- ibu yang “bersimpuh” dengan tangan terangkat
Imaji ini membuat pembaca seperti sedang melihat adegan sakral di depan mata.
Imaji Perasaan
- “hati ini tersentuh, luluh”
- doa yang “menggema dalam seluruh ruang jiwa”
Imaji emosional ini memperdalam efek haru.
Majas
Beberapa majas yang dapat ditemukan dalam puisi:
Personifikasi
- “cahaya lilin kecil yang bergetar—menarik pandanganku” → Lilin digambarkan seperti makhluk hidup yang mampu memanggil.
Metafora
- “suara yang tak bersuara, namun menggema dalam seluruh ruang jiwa” → Doa ibu digambarkan sebagai suara batin yang memiliki kekuatan spiritual.
Hiperbola
- “cinta paling murni” → Menekankan ketulusan yang luar biasa dari seorang ibu.
Simbolisme
- Lilin → simbol harapan, penerang doa
- Malam → simbol keheningan, kedalaman batin
- Posisi bersimpuh → simbol kerendahan hati dan ketulusan doa
Puisi “Doa Seorang Ibu di Tengah Malam Hening” adalah penghormatan yang indah untuk sosok ibu—sosok yang tidak hanya merawat secara fisik, tetapi juga menjaga dengan doa. Melalui suasana yang hening dan penuh simbol, Geovaldus Rivaldo Jehali berhasil menggambarkan cinta ibu sebagai cahaya spiritual yang tidak pernah padam. Puisi ini mengajak kita untuk kembali merenung, menghargai, dan berterima kasih atas cinta sunyi yang diberikan ibu, bahkan ketika kita tidak menyadarinya.
Karya: Geovaldus Rivaldo Jehali
Biodata Geovaldus Rivaldo Jehali:
- Geovaldus Rivaldo Jehali adalah seorang relawan yang aktif di MBG Dapur Merdeka Kupang.