Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Revitalisasi Geopolitik dan Geostrategis Indonesia untuk Menyongsong Masa Depan Negara

Posisi strategis Indonesia menyimpan peluang besar. Yuk simak urgensi revitalisasi geopolitik dan geostrategi untuk menghadapi tantangan global.

Oleh Muhammad Bentras Ardhiansyah

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan posisi yang sangat strategis di antara dua benua dan dua samudra. Secara geografis, hal ini berarti Indonesia bukan hanya pusat perdagangan internasional, tetapi juga Kawasan atau wilayah yang mempunyai nilai geopolitik dan geostrategis yang sangat tinggi. Revitalisasi geopolitik dan geostrategi merupakan kebutuhan utama dalam konteks global yang selalu mengalami perkembangan, serta berkat kemajuan teknologi dan ekonomi yang pesat, untuk memastikan negara Indonesia dapat sepenuhnya memanfaatkan potensinya , agar bisa mencapai masa depan negara yang lebih matang dan sejahtera.

Revitalisasi Geopolitik dan Geostrategis Indonesia untuk Menyongsong Masa Depan Negara

Secara geopolitik, negara Indonesia itu dikenal dengan konsep Wawasan Nusantara, yang memiliki arti yaitu suatu pandangan yang menegaskan bahwa seluruh wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah udara merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Namun, dalam perkembangan global saat ini, konsep tersebut harus terus diperbarui kembali dan diperkuat agar tetap relevan menghadapi tantangan zaman. Tantangan tersebut mulai dari persaingan kekuatan besar di kawasan Indo-Pasifik, isu keamanan maritim, ancaman siber atau segala bentuk bahaya ataupun serangan yang terjadi melalui dunia digital dan juga internet, hingga perubahan iklim yang berdampak pada keamanan manusia. Revitalisasi geopolitik berarti menguatkan pemahaman dan konsep implementasi tentang kebijakan nasional yang berorientasi atau berfokus pada pengelolaan ruang secara optimal, adil, dan berkelanjutan, terutama pada wilayah-wilayah yang strategis seperti perbatasan dan jalur laut penting lainya.

Indonesia memiliki potensi geostrategis. Sekitar 40% populasi dunia tinggal di Indonesia. Selain itu, pembentukan Jalur Komunikasi Laut (SLOC) dan Jalur Perdagangan Laut (SLOT) telah menjadikan Indonesia sebagai hub maritim yang krusial. Potensi ini seharusnya memungkinkan Indonesia menjadi poros maritim dunia yang utama. Namun, untuk mendukung visi tersebut, diperlukan peningkatan di bidang infrastruktur, diplomasi atau kerja sama internasional , dan bahkan di bidang pertahanan. Pembangunan infrastruktur maritim, seperti sistem logistik, armada pelayaran, pemetaan wilayah laut, dan pelabuhan, harus menjadi prioritas utama guna meningkatkan konektivitas nasional dan internasional.

Selain itu, revitalisasi geostrategis Indonesia harus mempertimbangkan kawasan Indo-Pasifik yang saat ini menjadi fokus perhatian global. Kompetensi antarnegara besar, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, menempatkan Indonesia pada posisi yang kompleks di mana Indonesia harus bersikap netral sekaligus cerdas dalam menangani berbagai permasalahan nasional. Dalam konteks ini, diplomasi yang aktif, fleksibel, dan kooperatif sangatlah penting. Indonesia harus mempertahankan posisinya sebagai kekuatan menengah yang mampu bertindak sebagai mediator dan penyeimbang antarnegara melalui ASEAN atau forum internasional lainnya. Upaya diplomasi Indonesia harus memperkuat perekonomian, sumber daya alam, dan keamanan negara.

Dari sudut pandang praktis, revitalisasi geostrategis harus memprioritaskan pengembangan pertahanan maritim, modernisasi komponen-komponen kunci sistem persenjataan (alutsista), dan peningkatan kapabilitas militer manusia. Indonesia membutuhkan sistem pengawasan maritim yang berbasis pada satelit, radar, dan teknologi intelijen modern karena wilayah maritimnya yang luas. Upaya ini krusial untuk mencegah penangkapan ikan, penyelundupan, dan pelanggaran wilayah. Selain itu, bekerja sama dalam bidang keamanan dengan negara-negara tetangga—tanpa bergantung pada kedaulatan—dapat menjadi strategi untuk meningkatkan kapasitas pertahanan kolektif di kawasan.

Revitalisasi geopolitik dan geostrategi tidak terbatas pada diplomasi dan diplomasi; namun juga berdampak pada perekonomian nasional. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar dan signifikan, mulai dari mineral, energi, dan hasil laut hingga keanekaragaman hayati. Namun, karena keterbatasan teknologi dan tata kelola, potensi yang dimiliki ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan strategi jangka panjang berbasis tata kelola sumber daya. Pengembangan industri hilirisasi, persepsi inovasi teknologi, dan pembentukan ekonomi strategis di wilayah perbatasan dan pesisir merupakan faktor penting dalam meningkatkan perekonomian nasional dan memperkuat posisi Indonesia di dunia.

Selain itu, perubahan iklim merupakan ancaman geopolitik baru yang perlu ditanggapi dengan serius. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat sensitif terhadap isu lingkungan, bencana alam, dan laut permukaan. Revitalisasi strategi geostrategis harus memprioritaskan perlindungan lingkungan, strategi mitigasi, dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Pembangunan berkelanjutan harus diintegrasikan dengan tata ruang perencanaan nasional untuk memastikan keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan generasi mendatang.

Pada akhirnya, revitalisasi geopolitik dan geostrategis Indonesia membutuhkan kerja sama antara pemerintah, publik, akademisi, dan sektor swasta. Kesadaran geopolitik harus diperluas dari pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan agar generasi mendatang dapat memanfaatkan posisi strategis Indonesia. Masyarakat juga harus dilibatkan dalam konstruksi, terutama di wilayah perbatasan dan pesisir, agar mereka dapat berperan strategis sebagai pelaku usaha lokal.

Dengan segala potensi dan peluang yang dimilikinya, Indonesia memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi bangsa yang kuat, berwawasan ke depan, dan berpengaruh secara global. Revitalisasi geopolitik dan geostrategis tidak hanya strategis; tetapi juga melibatkan komitmen yang kuat untuk menegakkan cita-cita bangsa, yaitu menjadi bangsa yang mandiri, kuat, dan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan keyakinan diri. Melalui kebijakan yang tepat, sumber daya pengelolaan yang bijaksana, dan diplomasi yang cerdas, Indonesia dapat memantapkan dirinya sebagai kekuatan terdepan di dunia.

Referensi:

  1. Mahan, A. T. (1890). The Influence of Sea Power Upon History, 1660–1783. Boston: Little, Brown and Company.
  2. Spykman, N. J. (1942). America’s Strategy in World Politics: The United States and the Balance of Power. New York: Harcourt.
  3. Lacoste, Y. (2012). Geopolitics: The Geography of International Relations. London: Routledge.
  4. Mansfield, E. D., & Snyder, J. (2005). Electing to Fight: Why Emerging Democracies Go to War. MIT Press.
  5. Menteri Pertahanan Republik Indonesia. (2020). Kebijakan Umum Pertahanan Negara. Jakarta: Kemenhan RI.
  6. Departemen Luar Negeri RI. (2018). Diplomasi Indonesia di Kawasan Indo-Pasifik. Jakarta: Kementerian Luar Negeri.
  7. Setiawan, D. (2021). “Geopolitik Indonesia dalam Perspektif Wawasan Nusantara.” Jurnal Geografi Politik, 9(2), 45–59
  8. Winarno, B. (2019). Dinamika Politik Global. Yogyakarta: CAPS.
  9. Sukma, R. (2011). Indonesia and the Emerging Indo-Pacific Order. Jakarta: CSIS Indonesia.
  10. Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2014). Poros Maritim Dunia. Jakarta: KKP.

Biodata Penulis:

Muhammad Bentras Ardhiansyah saat ini aktif sebagai mahasiswa, Fakultas Sains dan Teknologi, Program Studi Matematika, di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.