Oleh Umi Mulyani
Era digital ibarat pedang bermata dua bagi generasi pelajar masa kini. Di satu sisi, smartphone dan media sosial membuka akses ilmu pengetahuan dengan luas, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar materi pelajaran kapan pun dan dimanapun. Namun, disisi lain kemudahan informasi ini juga membawa tantangan besar yang mengancam moral dan perilaku siswa, mudah terdistraksi oleh teknologi, serta paparan konten negatif yang perlahan mengikis nilai moral dan etika siswa. Dalam ajaran Islam, pendidikan akhlak (budi pekerti) diletakkan sebagai posisi utama dan menjadi tujuan paling mendasar dari seluruh proses pendidikan. Menurut Imam Al-Ghazali, dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin, menegaskan bahwa akhlak yang baik adalah buah dari melatih jiwa secara konsisten untuk berbuat baik hingga kebiasaan itu mengakar kuat menjadi karakter pribadi. Menurutnya, pendidikan sejati tidak hanya sekadar penyampaian informasi atau pengetahuan. Pendidikan harus fokus pada pembentukan kepribadian yang utuh dan mencerminkan nilai-nilai luhur serta ketuhanan (ilahiah), pada intinya mengembangkan sisi spiritual dan moral manusia agar setiap individu mampu mengendalikan hawa nafsu, berlaku adil, serta memiliki akhlak mulia (akhlakul karimah) dalam semua aspek kehidupan, termasuk saat berinteraksi di dunia digital.
Di era digital saat ini, banyak siswa lebih sering berinteraksi di dunia maya daripada di lingkungan nyata. Akibatnya, muncul berbagai masalah seperti perundungan daring (cyberbullying), kecanduan gawai, penyebaran hoaks, hingga menurunnya empati sosial. Tanpa dasar moral yang kuat, mereka mudah terpengaruh oleh arus digital yang sering kali berdampak negatif. Di sinilah peran organisasi Rohani Islam (Rohis) menjadi penting. Melalui kegiatan keagamaan yang relevan dengan perkembangan zaman, Rohis membantu siswa menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah seperti kejujuran, amanah, dan kepedulian sosial. Pembinaan spiritual ini menjadi benteng karakter agar generasi muda mampu memanfaatkan teknologi secara bijak tanpa kehilangan nilai moral dan kemanusiaan. Salah satu program kerja Rohis adalah kajian keagamaan yang dikemas dalam bentuk diskusi rutin dan interaktif. Dalam kegiatan ini, siswa diajak mendalami berbagai topik tentang nilai-nilai moral dan spiritual dalam Islam, seperti pentingnya menjaga lisan, menumbuhkan rasa hormat terhadap orang tua, guru dan sesama, serta memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT. Kajian ini tidak hanya menambah wawasan keagamaan, tetapi juga membantu siswa memahami bagaimana menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam bersikap di lingkungan sosial dan dunia digital.
Dalam firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran:104:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Ayat ini menegaskan pentingnya adanya kelompok yang berperan aktif menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat, dalam konteks pendidikan modern diwujudkan melalui kegiatan Rohis di sekolah.
Selain itu, Rohis aktif mengadakan kegiatan sosial yang bertujuan menumbuhkan empati, solidaritas, dan rasa tanggung jawab sosial. Programnya seperti bersih-bersih masjid, penggalangan dana untuk anak yatim, kunjungan ke panti asuhan, serta bantuan bagi anak putus sekolah menjadi media pembelajaran moral yang nyata. Melalui kegiatan tersebut, siswa dilatih untuk memiliki jiwa peduli, dermawan, dan rendah hati. Mereka belajar bahwa berbuat baik tidak hanya diucapkan, tetapi diwujudkan melalui tindakan nyata yang membawa manfaat bagi orang lain.
Rohis juga menunjukkan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital melalui pendekatan pembinaan yang bersifat hybrid. Teknologi tidak lagi dianggap ancaman, platform populer seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Spotify diubah menjadi media edukatif yang menyenangkan dijadikan sarana efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Islam kepada siswa Generasi Z. Rohis mengadakan kajian mingguan yang dapat diikuti oleh siswa secara daring melalui Live Instagram. Di TikTok, mereka membagikan video pendek seputar etika bermedia sosial, seperti pentingnya tabayyun (memeriksa kebenaran informasi) dan menjaga sopan santun dalam berkomentar. Sedangkan melalui YouTube, Rohis mengelola podcast yang membahas isu moral, spiritual, dan gaya hidup Islami di kalangan remaja modern serta meluncurkan seri animasi bertema kisah sahabat Nabi untuk menanamkan
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menjadi pedoman moral dalam berinteraksi di dunia maya, mendorong siswa untuk bijak dalam berkomentar, menyebarkan kebenaran, dan menjauhi ujaran kebencian. Dengan demikian, dakwah digital Rohis bukan sekadar aktivitas teknologi, tetapi juga manifestasi nyata dari nilai-nilai akhlak Rasulullah SAW.
Tak hanya itu, Rohis juga mengadakan workshop literasi digital yang membekali siswa dengan kemampuan untuk mengenali berita palsu, memahami etika berkomunikasi di dunia maya, serta menciptakan konten positif yang menginspirasi. Pendekatan ini terbukti efektif karena mampu mengubah persepsi siswa terhadap teknologi dari sesuatu yang menjerumuskan menjadi sarana dakwah dan pembinaan karakter. Melalui berbagai kegiatan tersebut, Rohis berhasil menumbuhkan kesadaran bahwa akhlak mulia bukan hanya diwujudkan di dunia nyata, tetapi juga harus hadir di dunia digital. Dengan demikian, siswa dapat menjadi generasi yang cerdas, beretika, dan berakhlak di tengah tantangan modernitas.
Program unggulan lainnya adalah “Rohis Content Creator Academy”, yang melatih siswa menjadi kreator konten positif. Melalui pelatihan menggunakan aplikasi seperti Canva, Photoshop, dan CorelDraw, siswa diajak membuat infografis tentang nilai amanah, vlog kegiatan sosial, atau video inspiratif bertema akhlakul karimah. Tujuannya sederhana namun kuat: mengubah siswa dari sekadar konsumen pasif menjadi influencer akhlak yang menyebarkan kebaikan di media sosial. Selain aktivitas digital, Rohis tetap menumbuhkan kesadaran spiritual dan sosial melalui kegiatan nyata seperti mentoring pribadi dan bakti sosial. Bimbingan ini membuat siswa yang sebelumnya individualistis menjadi lebih peduli dan aktif di masyarakat. Misalnya, saat terjadi bencana alam, Rohis menginisiasi program penggalangan dana yang tidak hanya menumbuhkan empati, tetapi juga memperkuat semangat gotong royong lintas tingkatan sekolah.
Sebagai hasil dari berbagai program yang dijalankan, anggota Rohis menunjukkan perubahan perilaku yang nyata. Mereka mampu menolak ajakan untuk membuat konten negatif, terbiasa memeriksa kebenaran berita sebelum membagikannya, dan menjadi teladan positif di dunia maya. Oleh karena itu, pembinaan yang dilakukan Rohis tidak hanya membentuk karakter religius, tetapi juga menumbuhkan ketahanan moral di dunia digital. Dengan demikian, Rohis berkontribusi dalam membentuk generasi muda yang cerdas, beretika, dan berakhlak mulia di tengah tantangan era digital.
Biodata Penulis:
Umi Mulyani saat ini aktif sebagai mahasiswi di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.