Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Rumah yang Sunyi di Tengah Keramaian Digital: Peran Keluarga dalam Mendampingi Remaja

Yuk pahami pentingnya parenting kolaboratif untuk memperkecil jarak emosional antara orang tua dan remaja di era digital.

Oleh Olmpia Cleo Aray Fatasay

Belakangan ini, suasana rumah tidak selalu sehangat yang dibayangkan. Banyak keluarga yang secara fisik berkumpul di satu tempat, tetapi secara emosional justru terasa berjauhan. Anak sibuk dengan gawainya, orang tua tenggelam dalam pekerjaan atau urusan masing-masing. Percakapan yang terjadi sering kali hanya sebatas hal-hal teknis, seperti jadwal sekolah, tugas, atau kewajiban rumah. Kondisi ini semakin terasa ketika anak memasuki masa remaja.

Rumah yang Sunyi di Tengah Keramaian Digital

Masa remaja merupakan fase yang penuh dengan perubahan, baik dari segi emosi, cara berpikir, maupun cara memandang lingkungan sekitar. Remaja mulai mempertanyakan banyak hal, termasuk aturan di rumah dan nilai-nilai yang selama ini mereka terima. Di satu sisi, mereka ingin lebih mandiri, tetapi di sisi lain masih membutuhkan perhatian dan pengakuan dari orang tua. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi dengan baik, remaja cenderung memilih menarik diri dan menyimpan perasaannya sendiri. Banyak permasalahan siswa di sekolah berakar dari dinamika keluarga. Tidak sedikit siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan akademik yang baik, namun mengalami kesulitan dalam mengelola emosi, motivasi belajar, dan relasi sosial. Setelah ditelusuri lebih jauh, masalah tersebut sering berkaitan dengan kurangnya komunikasi yang hangat di rumah. Anak merasa tidak cukup didengar, sementara orang tua merasa sudah melakukan yang terbaik.

Di era digital saat ini, gawai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan remaja. Penggunaan gawai yang berlebihan sering dipandang sebagai masalah utama, padahal gawai sering kali hanya menjadi “tempat pelarian”. Remaja menggunakan gawai untuk mengalihkan perhatian dari perasaan tidak nyaman yang mereka rasakan, seperti tekanan akademik, konflik dengan teman sebaya, atau perasaan tidak dipahami oleh keluarga. Tanpa pendampingan yang tepat, kondisi ini dapat semakin memperlebar jarak emosional antara anak dan orang tua. Banyak orang tua sebenarnya memiliki keinginan besar untuk mendampingi anak, tetapi masih merasa ragu tentang cara yang tepat. Ada orang tua yang terlalu protektif, sementara yang lain justru memberi kebebasan tanpa pendampingan yang cukup. Perbedaan pola pengasuhan ini sering kali memengaruhi kondisi emosional remaja, baik di rumah maupun di sekolah. Situasi tersebut menjadi salah satu alasan pentingnya adanya ruang dialog antara orang tua dan pihak sekolah agar pendampingan terhadap remaja dapat berjalan lebih selaras. Pendekatan bimbingan dan konseling keluarga menekankan bahwa peran orang tua tidak hanya sebatas mengatur dan mengawasi, tetapi juga mendampingi anak secara emosional. Pendampingan ini tidak selalu harus dilakukan melalui nasihat panjang atau aturan yang ketat. Justru, kehadiran orang tua yang mau mendengarkan tanpa menghakimi sering kali menjadi hal yang paling dibutuhkan oleh remaja. Ketika anak merasa aman untuk bercerita, hubungan dalam keluarga akan terbangun dengan lebih sehat.

Konsep parenting kolaboratif menjadi relevan dalam konteks ini. Orang tua dan anak dipandang sebagai dua pihak yang sama-sama belajar dan bertumbuh. Orang tua tidak selalu berada pada posisi yang paling benar, sementara anak tidak selalu berada pada posisi yang harus diatur. Melalui komunikasi dua arah yang terbuka, keluarga dapat menciptakan suasana yang lebih suportif dan saling memahami.

Dalam praktiknya, membangun pola pengasuhan yang kolaboratif tentu tidak mudah. Orang tua sering kali terbiasa dengan pola pengasuhan lama yang menempatkan anak sebagai pihak yang harus patuh. Di sisi lain, remaja juga belum tentu mampu mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan proses belajar yang berkelanjutan, baik bagi orang tua maupun anak, agar hubungan dalam keluarga dapat berkembang secara positif. Dalam proses pendampingan yang dilakukan melalui pendekatan bimbingan dan konseling keluarga, terlihat bahwa orang tua juga membutuhkan dukungan dan pemahaman. Tidak semua orang tua siap secara emosional menghadapi perubahan sikap anak remajanya. Oleh karena itu, pendekatan yang bersifat kolaboratif menjadi penting, di mana orang tua tidak diposisikan sebagai pihak yang disalahkan, melainkan sebagai mitra yang sama-sama belajar. Ketika orang tua merasa dihargai dan didukung, mereka cenderung lebih terbuka untuk melakukan penyesuaian dalam pola pengasuhan. Sekolah, melalui layanan bimbingan dan konseling, memiliki peran strategis dalam membantu keluarga menghadapi tantangan ini. Guru BK dapat menjadi penghubung antara orang tua dan siswa, sekaligus memberikan edukasi mengenai perkembangan remaja dan pola komunikasi yang sehat dalam keluarga. Dengan adanya kerja sama antara sekolah dan keluarga, pendampingan terhadap remaja dapat dilakukan secara lebih menyeluruh.

Pada akhirnya, keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Ketika rumah mampu menjadi ruang yang aman untuk berbagi cerita dan perasaan, remaja akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan di luar rumah. Pendampingan yang dilakukan dengan empati dan kerja sama akan membantu remaja tumbuh menjadi individu yang lebih matang secara emosional dan sosial.

Program berbasis keluarga yang dilakukan di sekolah memiliki peran strategis dalam membantu menjembatani kesenjangan komunikasi antara orang tua dan remaja. Meskipun bentuk kegiatannya beragam, esensi dari program tersebut adalah membangun kesadaran bersama bahwa keberhasilan perkembangan remaja tidak hanya ditentukan oleh sekolah, tetapi juga oleh kualitas hubungan dalam keluarga. Dengan adanya kolaborasi yang berkelanjutan, keluarga dan sekolah dapat saling melengkapi dalam mendampingi remaja menghadapi tantangan perkembangan.

Biodata Penulis:

Olmpia Cleo Aray Fatasay saat ini aktif sebagai mahasiswa, Bimbingan dan Konseling, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.