Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Sebelum Kau Menyesal di Hari Selanjutnya

Biarkan hati beristirahat sejenak. Mari belajar melihat nikmat yang sering terlupa dan kembali menguatkan hati dengan mendekat kepada Allah.

Oleh Chayatu Riski

Pernahkah kamu berhenti sejenak, menarik napas pelan, lalu bertanya pada diri sendiri: “Apa sebenarnya yang sedang aku cari?” Kita sering sibuk mengejar sesuatu yang belum kita miliki, sampai lupa bahwa apa yang sudah ada di genggaman pun tidak selalu kita syukuri. Kita merasa hidup kurang ini, kurang itu, kurang bahagia, kurang dihargai, kurang diperhatikan. Padahal jika kita melihat lebih jauh, ada banyak sekali orang yang diam-diam berharap bisa berada di posisi kita sekarang.

Sebelum Kau Menyesal di Hari Selanjutnya

Namun kenyataannya, semakin banyak nikmat yang datang, semakin mudah pula hati merasa kurang. Kita lupa bahwa rasa cukup bukan berasal dari banyaknya rezeki, tapi dari lapangnya hati untuk menerima. Dan di titik itulah, kita sering kali kehilangan satu hal paling penting: rida kepada kehendak Allah.

Sering kita berkata “Aku sudah berusaha”, “Aku sudah berdoa”, “Aku sudah sabar”, tetapi masih saja ada perasaan mengganjal di dalam dada. Seolah Allah belum memberi sesuai yang kita minta. Padahal mungkin bukan doa kita yang belum dijawab, tapi hati kita yang belum sepenuhnya rela. Kita ingin hidup berjalan sesuai rencana, tapi lupa bahwa rencana Allah selalu lebih baik, jauh lebih indah, bahkan ketika kita belum melihat keindahannya hari ini.

Ridha bukan berarti berhenti berusaha, bukan pula memaksa diri untuk selalu tersenyum. Ridha adalah ketika kita berkata dalam hati, “Ya Allah, jika ini jalan-Mu, aku terima. Karena Engkau lebih tahu apa yang terbaik untukku.”

Dan ketika rida hadir, syukur pun ikut tumbuh. Kita mulai menyadari bahwa hari-hari yang terasa biasa ternyata dipenuhi nikmat yang luar biasa. Nikmat kesehatan yang sering disepelekan, nikmat kesempatan untuk memperbaiki diri, nikmat masih diberi umur, nikmat masih diberi waktu untuk kembali kepada-Nya. Semua itu bisa saja hilang kapan saja, tanpa peringatan. Tetapi Allah, dengan begitu banyak cinta-Nya, masih memilih untuk membiarkan kita merasakan semuanya hari ini.

Namun ingatlah, nikmat tidak selamanya menetap. Ada saatnya Allah mengambil apa yang dulu tidak pernah kita anggap penting. Dan saat itu terjadi, barulah kita menangis, menyesal, memohon agar waktu bisa diputar kembali. Tetapi hidup tidak berjalan mundur. Yang bisa kita lakukan hanya satu: belajar bersyukur sebelum semuanya terlambat.

Bersyukurlah dengan cara yang membuatmu bahagia bukan dengan standar orang lain. Nikmati prosesmu, perjuanganmu, bahkan kegagalanmu. Karena semuanya adalah bagian dari cerita hidup yang Allah tulis khusus untukmu. Setiap luka ada hikmahnya, setiap tangis ada gantinya, dan setiap kehilangan ada tujuan yang Allah rahasiakan untuk kebaikanmu.

Dan meski kita sering lalai, sering mengeluh, sering membandingkan hidup kita dengan orang lain, Allah tetap menjadi Tuhan yang Maha Baik. Dia tidak pernah menutup pintu kembali, meski kita sendiri yang berulang kali menjauh. Dia tidak pernah bosan mendengar doa yang sama setiap malam. Dia tidak pernah lelah mengampuni, bahkan ketika kita sendiri sering lelah menaati.

Maka kembalilah kepada-Nya. Rayulah ampunan-Nya dengan doa yang tulus. Ketuklah pintu-Nya dengan hati yang lembut. Mintalah keridaan-Nya, karena keridaan itulah yang akan menguatkanmu di saat semua terasa berat. Jangan menunggu hidupmu remuk dulu untuk kembali kepada Allah. Jangan menunggu kehilangan besar untuk mulai bersyukur. Jangan menunggu penyesalan datang untuk menyadari betapa berharganya hari ini.

Sebelum tulisan ini menjadi tamparan untuk kalian, semoga terlebih dahulu menjadi tamparan untuk diriku sendiri. Karena nasihat paling jujur adalah nasihat yang juga menusuk hati penulisnya.

Baarakallaahfiikum.

Semoga Allah lembutkan hati kita, teguhkan langkah kita, dan lapangkan dada kita untuk menerima segala kehendak-Nya dengan penuh cinta.

Biodata Penulis:

Chayatu Riski saat ini aktif sebagai mahasiswa sekaligus Santri di Pondok Pesantren Fathimah Albatul >> PP Nurul Ummah Rowolaku Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.