Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Sebuah Upaya Membangun Karakter Bangsa

Ayo wujudkan karakter bangsa yang berakhlak mulia dan berintegritas melalui sinergi keluarga, pendidikan, masyarakat, dan kebijakan publik.

Oleh Ratih Tri Cahyani

Pembangunan karakter bangsa merupakan fondasi penting dalam mewujudkan masyarakat yang beradab, berintegritas, dan memiliki daya saing di tengah perkembangan global. Di era modern yang penuh tantangan ini, karakter bangsa tidak hanya ditentukan oleh kondisi sosial-budaya, tetapi juga oleh kualitas sumber daya manusia yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, serta identitas nasional. Karena itu, membangun karakter bangsa harus menjadi agenda strategis yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, mulai dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah.

Sebuah Upaya Membangun Karakter Bangsa

Pertama, keluarga menjadi lingkungan pertama dan utama dalam membentuk karakter seseorang. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, serta rasa hormat terhadap orang lain biasanya ditanamkan sejak masa kanak-kanak melalui interaksi sehari-hari. Orang tua berperan sebagai teladan yang memperlihatkan sikap positif dan perilaku sosial yang baik. Ketegasan dalam menerapkan aturan, komunikasi yang sehat, serta pemahaman tentang batasan moral akan membentuk fondasi yang kuat dalam diri anak. Tanpa peran keluarga yang efektif, pembentukan karakter di luar rumah akan menghadapi hambatan yang lebih kompleks.

Selain keluarga, institusi pendidikan memiliki pengaruh besar dalam membangun karakter bangsa. Sekolah bukan hanya tempat untuk memperoleh pengetahuan akademis, tetapi juga ruang untuk mengembangkan kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual siswa. Kurikulum pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan budaya sekolah dapat membentuk kebiasaan positif seperti sikap kerja keras, gotong royong, toleransi, serta kemandirian. Guru sebagai pendidik dituntut untuk menjadi figur inspiratif yang mampu mengarahkan siswa pada perilaku yang beretika dan bertanggung jawab. Melalui pendidikan karakter yang konsisten, sekolah dapat menjadi pilar penting dalam menghasilkan generasi yang berintegritas.

Ketiga, lingkungan sosial dan budaya juga mempengaruhi karakter bangsa. Masyarakat yang menjunjung nilai kebersamaan, solidaritas, dan toleransi akan memberikan contoh positif bagi generasi muda. Namun, di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi digital, masyarakat harus selektif dalam menerima budaya luar. Penggunaan media sosial yang tidak terkontrol dapat memengaruhi perilaku negatif seperti individualisme, konsumsi berlebihan, dan penyebaran informasi palsu. Karena itu, peningkatan literasi digital menjadi penting agar masyarakat dapat berpikir kritis, bijak, dan bertanggung jawab dalam merespons informasi.

Selanjutnya, pemerintah memiliki peran strategis dalam merumuskan kebijakan yang mendukung pembangunan karakter bangsa. Melalui program pendidikan nasional, penguatan kebijakan etika birokrasi, serta penegakan hukum yang tegas dan adil, pemerintah dapat menciptakan ekosistem sosial yang kondusif bagi perwujudan masyarakat berkarakter. Selain itu, kampanye publik seperti Gerakan Nasional Revolusi Mental menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menanamkan nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong kepada seluruh lapisan masyarakat. Meski demikian, keberhasilan program tersebut sangat bergantung pada konsistensi pelaksanaan serta keterlibatan semua pihak.

Tidak kalah penting, dunia digital dan media massa juga dapat dimanfaatkan untuk membangun karakter bangsa. Konten edukatif, kampanye moral, dan informasi positif dapat tersebar luas melalui platform digital, sehingga memberikan pengaruh konstruktif bagi masyarakat. Edukasi mengenai etika bermedia, keamanan digital, dan budaya literasi harus terus diperkuat agar masyarakat mampu memanfaatkan teknologi secara sehat. Upaya ini bertujuan agar perkembangan digital bukan hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang dalam memperkuat karakter bangsa.

Secara keseluruhan, membangun karakter bangsa membutuhkan kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat. Karakter tidak dapat dibentuk secara instan, tetapi melalui proses panjang yang melibatkan konsistensi pendidikan moral di berbagai lingkungan. Dengan memperkuat peran keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah, dan media, Indonesia dapat mewujudkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia, berintegritas, dan mampu menjaga jati diri bangsa. 

Pendidikan karakter bukan hanya terletak pada tanggung jawab guru agama atau guru budi pekerti, melainkah merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam proses Pendidikan. Dengan begitu diharapkan akan tumbuh keimanan yang selanjutnya membuahkan amal saleh dan akhlaqul karimah atau karakter yang unggul.

Daftar Referensi:

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendikbud.
  2. Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
  3. Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. (2011). Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  4. Samani, M., & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  5. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. (2016). Gerakan Nasional Revolusi Mental. Jakarta: Kemenko PMK.

Biodata Penulis:

Ratih Tri Cahyani saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.