Oleh Marsya Abrar Zakiah Putri
Sebagai bagian dari generasi muda yang hidup pada era perkembangan teknologi yang begitu cepat dan dinamika global yang semakin kompleks, saya melihat bahwa pembahasan mengenai sinergi antara geopolitik dan pendidikan karakter merupakan topik yang sangat penting dan relevan. Judul artikel ini menurut saya mencerminkan kenyataan bahwa dua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dalam upaya memperkuat integrasi nasional, terutama ketika Indonesia sedang berproses menuju visi besar Indonesia Emas 2045. Saya memandang bahwa masa depan bangsa tidak hanya ditentukan oleh kekuatan fisik dan ekonomi semata, tetapi terutama oleh kualitas sumber daya manusia yang disiapkan melalui pendidikan karakter yang kuat dan wawasan geopolitik yang matang.
Dalam pandangan saya, geopolitik Indonesia memiliki arti yang sangat strategis. Dengan posisi negara yang berada di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia tidak hanya menjadi jalur penting perdagangan dunia, tetapi juga wilayah yang memiliki potensi konflik dan perebutan pengaruh. Kondisi ini membuat pemahaman geopolitik menjadi sangat penting agar masyarakat Indonesia menyadari posisi negaranya, potensi ancaman yang mungkin muncul, serta peluang besar yang dapat dimaksimalkan. Kesadaran geopolitik yang baik akan membantu masyarakat lebih bijak dalam menyikapi isu-isu kebangsaan dan lebih peka terhadap rapuhnya integrasi nasional apabila tidak dijaga dengan baik.
Namun bagi saya, pemahaman geopolitik saja tidak cukup. Itulah mengapa pendidikan karakter memiliki peran vital. Pendidikan karakter adalah proses panjang yang tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi juga moral, etika, dan sikap. Dalam era digital seperti sekarang, tantangan karakter semakin sulit karena generasi muda hidup di tengah arus informasi yang tidak terbatas. Toleransi, empati, kejujuran, dan disiplin menjadi nilai yang kini semakin diuji oleh polarisasi media sosial, penyebaran hoaks, dan meningkatnya ujaran kebencian. Saya percaya bahwa pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila harus diperkuat, tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Menurut saya, sinergi antara geopolitik dan pendidikan karakter adalah kunci utama dalam menjaga integrasi nasional. Keduanya saling melengkapi: geopolitik memberikan arah strategis bagi bangsa, sementara pendidikan karakter membentuk manusia Indonesia yang siap menghadapi tantangan global secara moral dan emosional. Jika generasi muda memiliki wawasan geopolitik yang kuat namun karakter yang lemah, mereka berpotensi mudah dipengaruhi, terprovokasi, atau terjebak dalam konflik identitas. Sebaliknya, karakter yang kuat tanpa pemahaman geopolitik bisa membuat generasi muda kehilangan arah dalam berkontribusi bagi bangsa.
Saya memandang bahwa integrasi nasional adalah fondasi yang harus selalu dijaga. Indonesia adalah negara yang sangat beragam, baik dari segi suku, agama, budaya, dan bahasa. Keragaman ini merupakan kekuatan, tetapi juga bisa menjadi titik rawan apabila tidak diikat dengan nilai persatuan. Menurut saya, sinergi geopolitik dan pendidikan karakter membantu memperkuat integrasi nasional karena generasi muda diarahkan untuk memahami kondisi negaranya sekaligus dibekali nilai moral agar tidak mudah terpecah belah. Dengan pemahaman geopolitik, kita menyadari pentingnya menjaga keutuhan wilayah dan kedaulatan bangsa. Dengan pendidikan karakter, kita belajar menghargai perbedaan dan mengutamakan persatuan.
Sebagai pelajar, saya merasa bahwa kontribusi saya dalam menjaga integrasi nasional dapat dimulai dari hal-hal kecil seperti menjaga tutur kata, bijak dalam menggunakan media sosial, serta menolak segala bentuk provokasi dan intoleransi. Saya juga percaya bahwa generasi muda harus meningkatkan rasa ingin tahu terhadap isu-isu geopolitik, seperti konflik internasional, pergeseran kekuatan global, dan ancaman keamanan nasional. Semua itu penting agar kita tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga mampu berpikir kritis dan mempertimbangkan dampaknya terhadap persatuan bangsa.
Saya menilai bahwa visi Indonesia Emas 2045 bukan hanya harapan besar, tetapi target realistis yang dapat dicapai jika bangsa ini mampu memperkuat kedua aspek tersebut. Menurut saya, masa depan Indonesia tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada kualitas karakter masyarakatnya. Jika generasi muda memiliki karakter unggul dan pemahaman geopolitik yang baik, Indonesia akan memiliki fondasi kuat untuk menghadapi perubahan dunia yang cepat dan seringkali tidak terduga. Dengan demikian, saya berpendapat bahwa judul artikel ini bukan hanya relevan, tetapi juga sangat penting untuk terus dikaji dan diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan bangsa.
Referensi:
- Badan Riset dan Inovasi Nasional. (2023). “Membangun SDM Unggul Menuju Indonesia Emas 2045.” Artikel Populer BRIN.
- Kemendikbud RI. (2022). “Pendidikan Karakter dan Tantangan Era Digital.” Portal Rumah Belajar.
- Liputan6. (2024). “Wawasan Nusantara dan Peran Pemuda dalam Menjaga Integrasi Nasional.”
- Kompas. (2023). “Peluang dan Tantangan Indonesia dalam Peta Geopolitik Global.”
- Tempo. (2024). “Generasi Muda dan Penguatan Karakter Kebangsaan di Era Teknologi.”
Biodata Penulis:
Marsya Abrar Zakiah Putri saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi, di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.