Oleh Nabila
Sawit hanyalah satu kecamatan kecil di Boyolali, Jawa Tengah. Tapi jangan buru-buru menyepelekannya sebagai wilayah “lewat doang”. Sawit bukan kawasan industri bising penuh cerobong dan truk tanah. Sawit identik dengan hamparan hijau, persawahan, dan desa-desa yang masih terasa pelan napasnya. Mayoritas warganya hidup dari sektor pertanian, membuat udara Sawit terasa lebih jujur dan segar.
Kawasan yang relatif “sepi pabrik” ini menyimpan beberapa destinasi wisata menarik. Bukan jenis wisata yang penuh wahana modern dan mall megah. Lebih ke perpaduan antara sejarah, air jernih, dan fantasi pantai ala-ala. Cocok untuk kamu yang bosan dengan tujuan liburan yang itu-itu saja.
Mbah Gajah di Tengah Sawah
| Sumber: Kompasiana.com |
Destinasi pertama ada Monumen Gempa 2006 di Desa Cepoko Sawit. Warga biasanya menyebutnya dengan nama akrab: Mbah Gajah. Disebut begitu karena di dalam museumnya ada arca gajah putih yang cukup mencolok. Lokasinya sangat unik, berada tepat di tengah sawah yang hijau mengelilingi. Untuk mencapainya, pengunjung harus berjalan lewat jalan setapak di antara petak-petak padi.
Begitu sampai di area monumen, suasananya langsung berubah lebih khidmat. Di sekeliling museum, terdapat batu-batu yang biasa digunakan pengunjung sebagai terapi pijat alami. Di dalamnya tersimpan puing-puing sisa gempa yang ditata rapi, seolah menjadi saksi bisu peristiwa 27 Mei 2006. Monumen ini dibangun untuk mengenang gempa Yogyakarta yang mengguncang ribuan hidup. Menariknya lagi, tidak ada harga tiket masuk di sini. Alias, gratis.
Di satu sisi, Mbah Gajah adalah tempat wisata. Di sisi lain, ia juga ruang belajar sunyi tentang bencana dan ketangguhan. Datang ke sini, kamu tidak hanya mendapatkan foto estetik di tengah sawah. Kamu juga diajak mengingat bahwa di balik pembangunan dan cerita modern, ada luka yang pernah tercatat di tanah ini.
Umbul Kerajaan di Depan Kecamatan
| Sumber: Travel Kompas |
Kalau tadi soal sejarah dan gempa, sekarang waktunya pindah ke air. Persis di depan Kantor Kecamatan Sawit, berdiri Umbul Tirtomulyo. Dari luar, mungkin terlihat seperti pemandian biasa. Tapi begitu masuk, suasana “kerajaan Jawa” langsung terasa dari desain bangunannya. Ornamen-ornamen unik menghiasi area, membuat tempat ini seperti set lokasi film kolosal versi hemat.
Air di Umbul Tirtomulyo terkenal sangat jernih. Jenis kejernihan yang membuatmu langsung ingin nyebur tanpa banyak mikir. Umbul ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 sampai 22.00 WIB. Cukup lapang buat yang suka berenang pagi atau nongkrong malam. Harga tiket masuknya juga sangat bersahabat, hanya sekitar Rp5.000 saja. Dengan tarif segitu, kamu sudah dapat suasana segar, dekorasi klasik, dan kolam yang fotogenik.
Tidak heran kalau Umbul Tirtomulyo sering dipakai sebagai latar foto prewedding. Nuansanya indah, “aesthetic”, dan punya karakter, bukan sekadar kolam umum standar. Buat yang ingin berwisata tanpa pergi jauh, cukup melipir sedikit dari kantor kecamatan saja. Cocok untuk warga sekitar yang ingin menyegarkan kepala setelah mengurus administrasi yang melelahkan.
Pantai Tanpa Laut di Gombang
| Sumber: Suara Merdeka |
Kalau kamu tipe yang kangen pantai tapi dompet menjerit, Sawit menyiapkan solusinya. Di Desa Gombang, ada Bale Rantjah, sebuah kolam renang yang didesain ala pantai. Di sini, kamu akan menemukan mini pulau di dekat kolam. Rasanya seperti main ke pesisir, tapi versi tanpa ombak dan tanpa perjalanan jauh.
Jam bukanya cukup fleksibel. Senin sampai Kamis, Bale Rantjah buka pukul 09.00 hingga 18.00 WIB. Jumat agak siang, pukul 10.00 sampai 18.00 WIB. Sementara Sabtu, Minggu, dan hari libur dibuka dari pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Pilihan kolamnya beragam, mulai dari dangkal, sedang, hingga dalam. Gradasi warna air yang terlihat alami menambah ilusi seolah-olah kamu sedang liburan di pantai sungguhan.
Untuk anak-anak, tempat ini jelas surga kecil. Ada kolam khusus dengan wahana salju buatan yang disemprotkan ke kolam. Selain itu, tersedia papan seluncur, perahu, dan ember tumpah yang siap memancing teriakan bahagia. Kalau masih kurang menantang, ada flying fox dengan tarif sekitar Rp25.000. Harga tiket masuk area utamanya sekitar Rp35.000. Tidak murah-meriah seperti umbul, tapi sebanding dengan fasilitas yang ditawarkan.
Sawit, Healing ala Daerah Subur
Tiga destinasi tadi mungkin tidak akan kamu temukan di daftar “10 besar wisata paling viral”. Justru itu nilai tambahnya. Sawit menawarkan paket lengkap: sejarah gempa di tengah sawah, umbul bergaya kerajaan di depan kantor kecamatan, dan pantai imajiner di desa Gombang. Semua itu berdiri di atas latar belakang wilayah hijau dan subur yang tidak dikepung pabrik.
Buat yang sedang bosan dengan wisata kota penuh beton dan antrean panjang, Sawit bisa jadi alternatif. Kamu bisa mengawali hari dengan refleksi di Mbah Gajah. Lanjut berenang santai di Umbul Tirtomulyo. Ditutup dengan bermain air dan foto-foto di Bale Rantjah. Semua masih dalam satu kecamatan yang tenang dan relatif ramah kantong.
Pada akhirnya, rekomendasi wisata bukan soal sejauh apa kamu pergi. Tapi seberapa dekat kamu bisa merasakan cerita dari tempat yang kamu datangi. Sawit mungkin hanya satu nama kecil di peta Jawa Tengah. Namun lewat monumen, umbul, dan kolam ala pantai, ia pelan-pelan menunjukkan bahwa daerah nonindustri pun punya cara sendiri untuk memanjakan siapa saja yang singgah.
Biodata Penulis:
Nabila saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Ekonomi, di UNS. Penulis bisa disapa di Instagram @laa.blla