Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Tarbiyah Jinsiyah: Membekali Generasi Muda dengan Pemahaman yang Benar tentang Seksualitas

Yuk, lindungi generasi muda! Pelajari pentingnya Tarbiyah Jinsiyah untuk remaja dan anak agar tumbuh cerdas, bertanggung jawab, dan aman.

Di tengah arus informasi yang deras dan perubahan sosial yang cepat, remaja dan anak-anak rentan terpapar informasi yang salah atau menyesatkan tentang seksualitas. Hal ini dapat menyebabkan perilaku berisiko, seperti seks bebas, pernikahan dini, dan kekerasan seksual. Untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif tersebut, berbagai upaya dilakukan untuk memberikan tarbiyah jinsiyah atau pendidikan seksualitas yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Upaya harus dijalankan oleh berbagai badan akademis, baik sekolah maupun pondok pesantren. Bahkan orang tua pun wajib untuk membekali anak anak tentang Tarbiyah Jinsiyah.

Tarbiyah Jinsiyah

Mengapa Tarbiyah Jinsiyah Penting untuk Remaja dan Anak-Anak?

Tarbiyah jinsiyah bukan hanya tentang organ reproduksi atau hubungan seksual. Lebih dari itu, tarbiyah jinsiyah bertujuan untuk:

  1. Memberikan Pemahaman yang Benar: Membekali remaja dan anak-anak dengan pemahaman yang benar dan komprehensif tentang seksualitas, termasuk aspek biologis, psikologis, sosial, dan agama (WHO, 2018). Pemahaman ini mencakup perubahan fisik dan emosional yang terjadi selama masa pubertas, serta pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
  2. Mencegah Perilaku Berisiko: Mencegah perilaku berisiko yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti seks bebas, pernikahan dini, dan kekerasan seksual (BKKBN, 2017). Tarbiyah jinsiyah membantu remaja dan anak-anak untuk membuat keputusan yang bijak dan bertanggung jawab tentang seksualitas mereka.
  3. Membangun Karakter: Membangun karakter yang bertanggung jawab, jujur, dan saling menghormati dalam berhubungan dengan lawan jenis (Al-Ghazali, 1909). Pendidikan Islam menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan orang lain, serta menghindari perbuatan yang dilarang oleh agama.
  4. Melindungi Diri: Memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk melindungi diri dari pelecehan dan eksploitasi seksual (Komnas Perempuan, 2020). Tarbiyah jinsiyah mengajarkan remaja dan anak-anak tentang hak-hak mereka, cara mengidentifikasi situasi berbahaya, dan cara meminta bantuan jika mengalami kekerasan seksual.

Sosialisasi Tarbiyah Jinsiyah

Program sosialisasi tarbiyah jinsiyah dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain:

  1. Penyuluhan: Mengadakan penyuluhan di pondok pesantren dan majelis yang membahas tentang topik-topik seksualitas yang relevan dengan usia remaja dan anak-anak. Materi penyuluhan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anak dan remaja, serta disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami.
  2. Pelatihan: Memberikan pelatihan kepada para guru, tokoh agama, dan tokoh masyarakat tentang tarbiyah jinsiyah. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam memberikan pendidikan seksualitas kepada remaja dan anak-anak.
  3. Pendampingan: Melakukan pendampingan kepada remaja dan anak-anak yang memiliki masalah atau pertanyaan tentang seksualitas. Pendampingan dilakukan oleh tenaga profesional yang terlatih, seperti psikolog dan konselor.
  4. Kampanye: Mengadakan kampanye melalui media sosial dan media cetak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tarbiyah jinsiyah. Kampanye ini bertujuan untuk mengubah stigma negatif tentang seksualitas dan mendorong orang tua untuk terbuka membicarakan topik ini dengan anak-anak mereka.

Dampak Positif

Program sosialisasi tarbiyah jinsiyah dapat memberikan dampak positif bagi remaja dan anak-anak, antara lain:

  1. Peningkatan Pengetahuan: Remaja dan anak-anak memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang seksualitas, termasuk kesehatan reproduksi, pencegahan penyakit menular seksual, dan hak-hak mereka.
  2. Perubahan Sikap: Remaja dan anak-anak memiliki sikap yang lebih positif dan bertanggung jawab tentang seksualitas. Mereka lebih sadar tentang risiko perilaku berisiko dan lebih mampu membuat keputusan yang bijak.
  3. Penurunan Kasus Kekerasan Seksual: Terjadi penurunan kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak dan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa tarbiyah jinsiyah efektif dalam melindungi generasi muda dari kejahatan seksual.

Tantangan dan Solusi

  1. Stigma: Stigma negatif tentang seksualitas masih kuat di sebagian masyarakat. Hal ini membuat sulit untuk membicarakan topik ini secara terbuka dan jujur.
  2. Kurangnya Sumber Daya: Sumber daya yang tersedia untuk program tarbiyah jinsiyah masih terbatas. Hal ini mempengaruhi kualitas dan jangkauan program.
  3. Keterlibatan Orang Tua: Keterlibatan orang tua dalam program tarbiyah jinsiyah masih rendah. Banyak orang tua yang merasa tidak nyaman atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk membicarakan topik ini dengan anak-anak mereka.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan:

  1. Peningkatan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tarbiyah jinsiyah melalui kampanye dan edukasi.
  2. Peningkatan Sumber Daya: Meningkatkan sumber daya yang tersedia untuk program tarbiyah jinsiyah, termasuk dana, tenaga ahli, dan materi pembelajaran.
  3. Pelibatan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam program tarbiyah jinsiyah melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan mereka secara aktif, seperti seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.

Tarbiyah jinsiyah merupakan investasi penting untuk masa depan generasi muda. Program sosialisasi tarbiyah jinsiyah merupakan contoh baik tentang bagaimana pendidikan seksualitas dapat diberikan secara efektif dan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Dengan memberikan pemahaman yang benar tentang seksualitas, kita dapat melindungi generasi muda dari perilaku berisiko dan membangun karakter yang bertanggung jawab.

Referensi:

  1. Al-Ghazali. (1909). Ihya Ulumuddin. Kairo: Maktabah At-Tijariyah Al-Kubra.
  2. BKKBN. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta: BKKBN.
  3. Komnas Perempuan. (2020). Catatan Tahunan (CATAHU) Kekerasan Terhadap Perempuan. Jakarta: Komnas Perempuan.
  4. WHO. (2018). Comprehensive Sexuality Education: Advancing Health and Well Being throught Education. Geneva: WHO.
Dewi Khoirun Nisa'

Biodata Penulis:

Dewi Khoirun Nisa', lahir di Pekalongan, aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan dakwah. Perjalanan membawanya ke berbagai kota seperti Kediri, Wonosobo, dan Kendal, sebelum akhirnya berlabuh di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan hingga sekarang merupakan mahasiswi aktif di universitas tersebut. Pada tahun 2025, ia berhasil meraih sertifikasi CPPS sebagai Profesional Public Speaker. Ia percaya bahwa ilmu adalah kunci untuk membuka diri dan berkontribusi bag masyarakat. Ikuti kegiatanya di Instagram @iam_dewikhn

© Sepenuhnya. All rights reserved.