Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Topeng Kata Menyembunyikan Pedas di Balik Manis

Ayo kenali "Topeng Kata"! Pelajari cara menyampaikan informasi sensitif dengan bijak, empati, dan tetap membuat orang merasa aman.

Oleh Jesica Clara Oktavia Tua Marpaung

Sering kali kata-kata lebih dari sekadar omongan, melainkan sebagai tameng perlindungan. Terkadang omongan yang terdengar sangat manis, justru memiliki makna terselubung yang sangat pedas. Saya sering menemukan hal ini, baik pas ngobrol sehari-hari, sama teman, atau waktu praktik di dunia farmasi.

Topeng Kata Menyembunyikan Pedas di Balik Manis

Sebagai mahasiswa Farmasi, saya sendiri menyadari kalau omongan itu penting, terlebih lagi kalau harus jelasin hal yang sensitif ke pasien. Simpelnya kaya efek samping obat. Jika disampaikan dengan transparan atau dengan menggunakan bahasa medis, pasien bisa langsung merasa khawatir dan takut. Makanya saya sering kali lebih milih buat gunain kata yang lebih halus bagi pasien tapi tidak mengurangi makna dari maksud yang saya sampaikan, contohnya "mual sementara" atau "sedikit rasa nyeri". Bukan berarti menyembunyikan hal sensitif, tapi supaya pasien tetap ngerti tanpa perlu ngerasa takut.

Cara ini juga buat komunikasi jadi lebih mudah dan pasien merasa lebih aman dan percaya sama kita.

Terlalu banyak bahasa manis untuk menyembunyikan realita, menimbulkan arti berbeda, bahkan sering kali mengajak menutup mata. "Topeng Kata" begitulah kira-kira, yang awalnya hanya sebuah kata yang diucapkan dan diterima, tapi melupakan bagaimana cara kita mengutarakannya.

Mempelajari tingkatan makna di balik kata menjadi kunci dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan bertanggung jawab, baik dalam farmasi maupun kehidupan sehari-hari. Setiap kata yang saya pilih mengajarkan saya tentang tanggung jawab, empati, dan komunikasi yang bijak.

Biodata Penulis:

Jesica Clara Oktavia Tua Marpaung saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Mulawarman.

© Sepenuhnya. All rights reserved.