Dalam sejarah kesusastraan Indonesia, nama Ajip Rosidi terpatri sebagai sosok multidimensional: penyair, prosais, esais, penerbit, akademisi, budayawan, bahkan pendidik lintas benua. Lahir di Jatiwangi, Majalengka, pada 31 Januari 1938, dan wafat di Magelang pada 29 Juli 2020, Ajip Rosidi adalah figur yang tidak hanya menulis, tetapi juga membangun ekosistem sastra dan budaya di negeri ini.
Dikenal sebagai bagian dari Angkatan '66, Ajip sebenarnya sudah berkarya jauh sebelum itu. Karya-karya awalnya muncul di berbagai media terkemuka sejak awal 1950-an, bahkan buku pertamanya, Tahun-Tahun Kematian, terbit ketika usianya baru 17 tahun. Produktivitasnya luar biasa: ratusan judul dalam berbagai genre—puisi, cerpen, novel, esai, kritik, terjemahan, drama, hingga ensiklopedia—mengalir sepanjang hidupnya. Tak hanya dalam bahasa Indonesia, tapi juga dalam bahasa Sunda, yang memperlihatkan dedikasi ganda: pada identitas nasional dan akar lokal.
Ajip adalah sastrawan yang menjembatani antara tradisi dan modernitas. Ia tidak tenggelam dalam romantisme masa lalu, tetapi justru menjadikannya bahan refleksi untuk memperkuat identitas budaya masa kini. Keputusannya mendirikan Pustaka Jaya, Yayasan Kebudayaan Rancagé, dan menyusun Ensiklopedi Sunda adalah bentuk konkret dari misinya membudayakan literasi berbasis lokalitas—langkah yang visioner di tengah arus sentralisasi budaya.
Yang mengagumkan, Ajip adalah otodidak. Ia tidak tamat sekolah menengah, tetapi menjadi dosen bahkan guru besar tamu di berbagai universitas ternama, termasuk di Jepang. Ia membuktikan bahwa integritas, ketekunan, dan kecintaan pada ilmu lebih utama daripada ijazah. Otobiografinya Hidup Tanpa Ijazah bukanlah apologi, melainkan testimoni tentang keberanian intelektual dan kebebasan berpikir.
Namun, yang menjadikan Ajip lebih dari sekadar sastrawan adalah konsistensinya memperjuangkan budaya daerah, terutama Sunda. Dalam dunia yang terus menggusur kearifan lokal atas nama kemajuan, Ajip memilih menjadi benteng. Ia mengangkat sastra daerah ke panggung nasional dan internasional, menunjukkan bahwa nilai-nilai lokal bukan hal remeh, melainkan fondasi kebudayaan bangsa.
Tak berlebihan jika Ajip disebut sebagai penjaga marwah kebudayaan Indonesia. Ia bukan hanya produktif menulis, tapi juga organisatoris, penggerak, dan pengarsip yang tekun. Dari Pantun Sunda hingga terjemahan Yasunari Kawabata, dari Dewan Kesenian Jakarta hingga Hadiah Sastra Rancagé, jejaknya membentang lintas bidang dan generasi.
Karya Tulis
Ajip adalah salah satu penyair Indonesia yang cukup produktif. Ada ratusan buku yang menjadi bukti akan keberadaan dan karya-karyanya. Berikut beberapa di antaranya:
- Tahun-Tahun Kematian (kumpulan cerpen, 1955)
- Ketemu di Jalan (kumpulan puisi bersama SM Ardan dan Sobron Aidit, 1956)
- Pesta (kumpulan puisi, 1956)
- Di Tengah Keluarga (kumpulan cerpen, 1956)
- Sebuah Rumah buat Hari Tua (kumpulan cerpen, 1957)
- Perjalanan Pengantin (roman, 1958, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh H. Chambert-Loir, 1976; Kroatia, 1978, dan Jepang oleh T. Kasuya, 1991)
- Cari Muatan (kumpulan puisi, 1959)
- Membicarakan Cerita Pendek Indonesia (1959)
- Surat Cinta Enday Rasidin (kumpulan puisi, 1960)
- Pertemuan Kembali (kumpulan cerpen, 1961)
- Tjiung Wanara (saduran, Cetakan ke-1 Gunung Agung, 1961; Cetakan ke-2 Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda, 1973, Cetakan ke-3 Gunung Agung, 1968)
- Mundinglaja di Kusumah (Cerita Pantun Sunda, Tiara, Bandung, 1961)
- Sangkuriang Kesiangan (saduran, 1961)
- Kapankah Kesusasteraan Indonesia lahir? (1964; cetak ulang yang direvisi, 1985)
- Janté Arkidam jeung Salikur Sajak Lianna (kumpulan puisi, bahasa Sunda, 1967)
- Roro Mendut (saduran 1968)
- Jeram (kumpulan puisi, 1970);
- Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia (1969)
- Candra Kirana (drama, 1969)
- Masyitoh (saduran, 1969)
- Ular dan Kabut (kumpulan puisi, 1973);
- Sajak-Sajak Anak Matahari (kumpulan puisi, 1979, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh T. Indoh, dan dimuat dalam majalah Fune dan Shin Nihon Bungaku (1981)
- Badak Pamalang (saduran, 1975)
- Manusia Sunda (1984)
- Lutung Kasarung (saduran, 1958); diterbitkan kembali dengan judul Purbasari Aju Wangi (1962).
- Anak Tanah Air (novel, 1985, terjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Funachi Megumi, 1989)
- Penari-Penari Jepang (kumpulan cerita pendek karya Yasunari Kawabata, diterjemahkan bersama Matsuoka Kunio, 1985)
- Negeri Salju (novel karya Yasunari Kawabata diterjemahkan bersama Matsuoka Kunio, 1987)
- Nama dan Makna (kumpulan puisi, 1988)
- Sunda Shigishi hi no yume (terjemahan bahasa Jepang dari pilihan keempat kumpulan cerita pendek oleh T. Kasuya 1988)
- Sejarah Sastra Indonesia (kritik, edisi ke-2, 1988)
- Puisi Indonesia Modern, Sebuah Pengantar (kritik, 1988)
- Terkenang Topeng Cirebon (kumpulan puisi, 1993)
- Sastera dan Budaya: Kedaerahan dalam Keindonesiaan (1995)
- Mimpi Masasilam (kumpulan cerpen, 2000, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang)
- Masa Depan Budaya Daerah (2004)
- Pantun Anak Ayam. (kumpulan puisi, 2006)
- Korupsi dan Kebudayaan (2006)
- Hidup Tanpa Ijazah, Yang Terekam dalam Kenangan (otobiografi, 2008)
- Ensiklopédi Sunda (2000)
Penghargaan
- Hadiah Sastra Nasional 1955–1956 untuk puisi (diberikan tahun 1957) dan 1957–1958 untuk prosa (diberikan tahun 1960).
- Hadiah Seni dari Pemerintah RI 1993.
- Kun Santo Zui Ho Sho ("Bintang Jasa Khazanah Suci, Sinar Emas dengan Selempang Leher") dari pemerintah Jepang sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang dinilai sangat bermanfaat bagi hubungan Indonesia-Jepang 1999.
- Anugerah Hamengku Buwono IX 2008 untuk berbagai sumbangan positifnya bagi masyarakat Indonesia di bidang sastra dan budaya.
- Doktor Honoris Causa (HC) untuk program studi Budaya Fakultas Sastra dari Universitas Padjadjaran.
- Bintang Mahaputera Pratama (2020).
Kini, setelah kepergiannya, kita diwarisi ratusan karya, puluhan lembaga, dan satu keteladanan: bahwa kesusastraan bukan hanya soal estetika, tetapi juga perjuangan. Ajip Rosidi adalah cermin bahwa menjadi sastrawan sejati berarti juga menjadi pejuang kebudayaan.
Sebagai bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa Contoh Puisi Karya Ajip Rosidi untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa.