Ir. Soekarno (EYD: Sukarno) lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Hindia Belanda. Ia dikenal sebagai negarawan, orator ulung, dan Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat sejak 1945 hingga 1967. Soekarno berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menjadi salah satu pencetus Pancasila, yang hingga kini menjadi dasar negara Indonesia.
Masa Muda dan Pendidikan
Soekarno adalah putra dari Raden Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Masa kecilnya dihabiskan di Mojokerto, di mana ia menamatkan Sekolah Dasar Bumiputera. Kemudian, ia melanjutkan ke Sekolah Dasar Belanda dan berhasil lulus pada usia 14 tahun. Setelah itu, Soekarno bersekolah di Hogere Burger School (HBS) di Surabaya, di mana ia tinggal bersama H.O.S. Tjokroaminoto, seorang pemimpin Sarekat Islam yang sangat berpengaruh pada pemikiran politiknya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di HBS, Soekarno melanjutkan studinya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung) dan meraih gelar insinyur pada tahun 1925. Semasa kuliah, ia semakin aktif dalam dunia politik dan mulai menyebarkan ide-ide nasionalisme serta perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Perjuangan Kemerdekaan dan Pendirian Pancasila
Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927 dengan tujuan utama mencapai kemerdekaan Indonesia. Akibat aktivitas politiknya yang dianggap membahayakan pemerintah kolonial, ia beberapa kali ditangkap dan diasingkan oleh Belanda, termasuk ke Ende (Flores) dan Bengkulu.
Pada 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Soekarno memperkenalkan konsep Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Lima prinsip yang ia gagas—Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan Sosial—kemudian menjadi ideologi resmi negara.
Proklamasi Kemerdekaan dan Kepemimpinan
Pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sehari setelahnya, ia diangkat sebagai Presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai pemimpin negara, Soekarno menghadapi berbagai tantangan, termasuk agresi militer Belanda yang berupaya merebut kembali Indonesia.
Pada era demokrasi terpimpin (1959–1965), Soekarno semakin memperkuat perannya sebagai pemimpin bangsa. Ia berusaha menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan menggagas Gerakan Non-Blok. Selain itu, ia juga aktif dalam Konferensi Asia-Afrika (1955) yang memperkuat solidaritas negara-negara berkembang.
Akhir Kepemimpinan dan Wafatnya
Pada tahun 1965, situasi politik Indonesia mengalami ketegangan akibat peristiwa Gerakan 30 September (G30S). Soekarno kehilangan dukungan militer dan akhirnya, melalui Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), kekuasaannya secara bertahap beralih ke Jenderal Soeharto. Pada 1967, Soekarno resmi lengser dari jabatannya sebagai presiden.
Soekarno wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta akibat komplikasi penyakit ginjal. Ia dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Hingga kini, ia dikenang sebagai Bapak Proklamator Indonesia dan pemimpin besar yang membawa bangsa ini menuju kemerdekaan.
Warisan dan Pengaruh
Sebagai tokoh revolusioner, Soekarno meninggalkan warisan besar bagi Indonesia. Konsep nasionalismenya, ajaran Marhaenisme, serta pemikiran politiknya masih menjadi referensi dalam berbagai diskusi kebangsaan. Monumen dan museum yang didedikasikan untuknya tersebar di berbagai tempat, termasuk Istana Kepresidenan dan Museum Bung Karno di Blitar.
Soekarno tidak hanya dikenang sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai sosok visioner yang memiliki impian besar bagi Indonesia. Perjuangannya dalam membangun identitas bangsa dan memperjuangkan kedaulatan nasional menjadikannya salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Sebagai bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa Contoh Puisi karya Bung Karno untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa.