Dipa Nusantara Aidit, lebih dikenal sebagai D.N. Aidit, lahir dengan nama Achmad Aidit pada 30 Juli 1923 di Tanjungpandan, Belitung, Hindia Belanda. Ia merupakan salah satu tokoh politik paling berpengaruh di Indonesia pada era 1950-an hingga pertengahan 1960-an, terutama sebagai pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI). Selain dikenal dalam dunia politik, Aidit juga memiliki perhatian besar terhadap dunia sastra dan menuliskan berbagai pemikiran dalam bentuk tulisan dan buku.
Latar Belakang dan Pendidikan
Aidit tumbuh dalam keluarga yang memiliki keterkaitan dengan gerakan politik dan keagamaan. Ayahnya, Abdullah Aidit, adalah seorang tokoh yang aktif dalam pergerakan melawan kolonialisme, sementara ibunya, Mailan, berasal dari keluarga ningrat Belitung. Sejak kecil, Aidit dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki kecintaan terhadap literasi.
Setelah menamatkan pendidikan di HIS Bangka, ia melanjutkan studi ke Jawa dan tinggal di Bandung bersama Isa Anshari, seorang tokoh Islam yang kelak menjadi lawan politiknya. Aidit kemudian pindah ke Jakarta dan aktif dalam dunia pemikiran serta politik. Pada tahun 1940, ia mendirikan perpustakaan "Antara" di daerah Tanah Tinggi, Senen, yang menjadi tempat diskusi dan pertemuan para aktivis.
Keterlibatan dalam Dunia Sastra
Sebagai seorang pemikir dan ideolog, D.N. Aidit banyak menuliskan pemikirannya dalam bentuk artikel, buku, dan esai. Ia dikenal sebagai seorang intelektual Marxis yang memadukan ideologi sosialisme dengan realitas sosial Indonesia. Pemikirannya banyak dituangkan dalam tulisan-tulisan yang tersebar di berbagai publikasi kiri pada masanya.
Selain itu, Aidit juga memiliki hubungan erat dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), sebuah organisasi yang mendukung sastra dan seni yang berpihak kepada rakyat. Lekra mendorong berkembangnya sastra realisme sosialis yang menempatkan kehidupan rakyat kecil sebagai tema utama. Aidit, melalui pengaruhnya di PKI, mendukung penuh gerakan ini, sehingga banyak penulis dan penyair yang berafiliasi dengan Lekra mendapat ruang untuk berkarya.
Peran dalam Politik dan Pengaruh terhadap Sastra
Sebagai Sekretaris Jenderal PKI sejak 1951, Aidit membawa partainya menjadi salah satu kekuatan politik terbesar di Indonesia. Dengan pengaruhnya yang besar, ia mendorong kebijakan-kebijakan yang mendukung kaum buruh dan petani. Kebijakan ini juga tercermin dalam kebijakan kebudayaan PKI yang mendukung sastra dan seni sebagai alat perjuangan kelas.
Melalui berbagai tulisan dan pidatonya, Aidit menegaskan pentingnya sastra sebagai alat propaganda dan perjuangan politik. Ia mendorong para sastrawan untuk menulis karya yang menggambarkan perjuangan rakyat kecil melawan penindasan. Hal ini membuat sastra pada era 1950-an dan 1960-an dipenuhi oleh karya-karya dengan nuansa politik yang kuat.
Akhir Hidup dan Warisan
Setelah terjadinya Peristiwa G30S pada 30 September 1965, Aidit dituduh sebagai dalang utama. Ia kemudian ditangkap oleh militer dan dieksekusi tanpa proses peradilan pada 22 November 1965 di Boyolali, Jawa Tengah. Hingga kini, lokasi makamnya tidak diketahui secara pasti.
Meskipun kiprahnya dalam dunia politik berakhir tragis, pengaruh Aidit dalam dunia sastra dan pemikiran masih dikenang. Pemikirannya tentang sastra realisme sosialis dan perannya dalam mengembangkan Lekra memberikan warna tersendiri dalam sejarah sastra Indonesia. Tulisan-tulisannya tetap menjadi bahan kajian bagi mereka yang ingin memahami peran sastra dalam perjuangan ideologi di Indonesia.
D.N. Aidit bukan hanya seorang politikus, tetapi juga seorang pemikir dan pendukung sastra yang berorientasi pada perjuangan rakyat. Meskipun banyak yang mengingatnya sebagai tokoh kontroversial, pengaruhnya dalam dunia sastra dan kebudayaan tidak dapat diabaikan. Karya-karyanya serta pemikirannya tentang sastra dan politik tetap menjadi bagian penting dari sejarah intelektual Indonesia.
Sebagai bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa Contoh Puisi karya D.N. Aidit untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa.