Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Kumpulan Puisi karya Hamzah al-Fansuri

Hamzah al-Fansuri, seorang ulama sufi dan sastrawan yang hidup pada abad ke-16, merupakan figur penting dalam sejarah sastra Melayu. Disebut sebagai Sang Pemula Puisi Indonesia oleh A. Teeuw dan dijuluki sebagai Bapak Sastra Melayu oleh Abdul Hadi W. M., Hamzah Fansuri dikenal karena karya-karyanya yang berpengaruh dan inovatif.

Asal Usul dan Kehidupan

Asal usul Hamzah Fansuri masih menjadi bahan spekulasi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia berasal dari Barus (sekarang Sumatera Utara), sementara yang lain mengklaim bahwa ia lahir di Ayutthaya, ibu kota lama kerajaan Siam. Nama 'Fansuri' sendiri berasal dari arabisasi kata Pancur, sebuah kota kecil di pesisir Barat Tapanuli Tengah, dekat kota bersejarah Barus. Pada zaman Kerajaan Aceh Darussalam, kampung Fansur terkenal sebagai pusat pendidikan Islam di bagian Aceh Selatan.

Keberadaan makam Hamzah Fansuri pun hingga kini belum dapat dipastikan. Beberapa pendapat menyatakan makamnya berada di Desa Oboh, Kecamatan Runding, Kota Subulussalam, Aceh Selatan; sementara yang lain berpendapat bahwa makamnya terletak di Desa Ujung Pancu, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Pada Seminar Hamzah Fansuri yang diadakan oleh Departemen Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata RI pada 2007, Claude Guillot dan Ludvik Kalus mengungkapkan adanya nisan di Pemakaman Bab Ma'la di Mekah dengan nama Syaikh Hamzah bin Abdullah al-Fansuri, yang wafat pada 9 Rajab 933 hijriah (11 April 1527 masehi). Kepastian lokasi makam Hamzah Fansuri masih membutuhkan studi lebih lanjut.

Karya dan Kontribusi dalam Sastra

Hamzah Fansuri dikenal sebagai pencipta genre syair dalam sastra Melayu. Syair-syairnya terdiri dari 13-21 bait, dengan setiap bait terdiri dari empat baris berima a-a-a-a. Pada umumnya, setiap baris terdiri dari empat kata, meskipun ada pengecualian. Syair-syairnya banyak terpengaruh oleh puisi Arab dan Persia, seperti rubaiyat karya Umar Khayyam, namun dengan perbedaan pada rima. Rima rubaiyat adalah a-a-b-a, sementara Hamzah Fansuri menggunakan a-a-a-a.

Tema dalam setiap syairnya membahas berbagai aspek tasawuf yang dianut oleh sang penyair. Hamzah Fansuri memperkenalkan individualitas dalam sastra Melayu lama, sebuah inovasi yang signifikan. Dia juga memperkenalkan bentuk puisi baru untuk mengekspresikan diri dan tidak segan meminjam kata-kata dari bahasa Arab dan Persia dalam puisinya, menunjukkan penggunaan bahasa yang kreatif.

Daftar Syair

Beberapa karya terkenal Hamzah Fansuri antara lain:
  • Syair Burung Unggas
  • Syair Dagang
  • Syair Perahu
  • Syair Si Burung Pipit
  • Syair Si Burung Pungguk
  • Syair Sidang Fakir

Penghargaan dan Warisan

Atas kontribusinya dalam bidang sastra dan tasawuf, Hamzah Fansuri dianugerahi Bintang Budaya Parama Dharma pada 12 Agustus 2013, yang diserahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara penganugerahan Bintang Maha Putera dan Tanda Jasa di Istana Negara RI.

Puisi Hamzah Fansuri

Hamzah Fansuri tidak hanya dikenang sebagai ulama sufi yang berpengaruh, tetapi juga sebagai seorang penyair yang memperkaya dan memperbaharui tradisi sastra Melayu. Karyanya yang mendalam dan inovatif tetap menjadi inspirasi bagi generasi sastra dan kebudayaan berikutnya.

Sebagai bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa Contoh Puisi karya Hamzah al-Fansuri untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa.

    Kumpulan Puisi karya Hamzah al-Fansuri

© Sepenuhnya. All rights reserved.