Ramadhan K.H., atau Ramadhan Karta Hadimadja, adalah salah satu sastrawan Indonesia yang memiliki kontribusi besar dalam dunia sastra dan jurnalistik. Ia lahir pada 16 Maret 1927 di Bandung, Jawa Barat, dan meninggal dunia tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-79 pada 16 Maret 2006 di Cape Town, Afrika Selatan, setelah berjuang melawan kanker prostat. Dikenal sebagai sastrawan Angkatan 66, Ramadhan K.H. banyak menulis puisi, cerpen, novel, serta biografi tokoh-tokoh penting di Indonesia.
Latar Belakang dan Kehidupan Awal
Ramadhan K.H., yang akrab disapa Kang Atun, adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Ayahnya, Raden Edjeh Kartahadimadja, adalah seorang Patih Kabupaten Bandung pada masa Hindia Belanda. Namun, pernikahan orang tuanya tidak bertahan lama, dan ibunya, Saidah, harus kembali ke kampung halamannya setelah bercerai. Pengalaman ini membentuk pandangan Ramadhan terhadap kehidupan dan memberinya empati mendalam terhadap penderitaan kaum perempuan.
Di masa kecilnya, Ramadhan dibesarkan di Cianjur dan menempuh pendidikan di SMP Sukabumi pada masa pendudukan Jepang. Ia kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di Bogor pada 1943. Pada 1948, ia masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) tetapi tidak menyelesaikan studinya. Ia lalu melanjutkan kuliah di Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN), namun kembali tidak menamatkannya karena lebih tertarik pada dunia jurnalistik dan sastra.
Karier di Dunia Jurnalistik dan Sastra
Ramadhan K.H. mengawali karier jurnalistiknya sebagai wartawan di kantor berita Antara selama 13 tahun. Ia juga pernah menjadi redaktur di beberapa majalah seperti Kisah, Mingguan Siasat, dan Mingguan Siasat Baru. Namun, ia akhirnya meninggalkan dunia jurnalistik karena tidak tahan dengan praktik korupsi yang merajalela pada saat itu.
Sebagai seorang sastrawan, Ramadhan K.H. menulis berbagai karya sastra yang hingga kini masih dikenang. Salah satu kumpulan puisinya yang terkenal adalah Priangan Si Djelita (1956), yang ditulis setelah ia kembali dari perjalanan di Eropa pada 1954. Buku ini dianggap sebagai salah satu puncak prestasinya dalam dunia sastra Indonesia. Sastrawan Sapardi Djoko Damono menilai bahwa Priangan Si Djelita adalah salah satu buku puisi terbaik yang pernah diterbitkan di Indonesia.
Selain menulis puisi, Ramadhan juga dikenal sebagai penulis novel dan biografi. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Kuantar ke Gerbang, sebuah biografi yang mengisahkan kisah cinta Inggit Garnasih dan Soekarno. Buku ini mendapatkan perhatian besar dan menjadi salah satu referensi penting dalam memahami kehidupan Soekarno dari sudut pandang orang terdekatnya.
Menulis Biografi Soeharto
Pada tahun 1982, Ramadhan K.H. mendapatkan tugas besar untuk menulis biografi Presiden Soeharto. Awalnya, ia menolak karena merasa tidak menguasai budaya Jawa, tetapi akhirnya menerima tugas tersebut. Proses penulisan biografi ini cukup unik, karena Ramadhan hanya bertemu dengan Soeharto dua kali secara langsung. Sisanya, ia mengajukan pertanyaan melalui rekaman yang kemudian dijawab oleh Soeharto.
Namun, pengalaman ini tidak selalu menyenangkan bagi Ramadhan. Ia merasa tertekan selama proses penulisan karena takut melakukan kesalahan atau menulis sesuatu yang dapat membahayakan dirinya. Bahkan, setelah buku tersebut selesai, ia mengalami kesulitan dalam menagih honorarium dari Soeharto, yang akhirnya hanya memberinya sebuah mobil Honda Accord.
Kehidupan Pribadi dan Tahun-Tahun Terakhir
Ramadhan menikah dua kali dalam hidupnya. Istri pertamanya, Pruistin Atmadjasaputra atau Tines, adalah seorang diplomat. Setelah Tines meninggal dunia pada 1990, Ramadhan menikah kembali dengan Salfrida Nasution, seorang sahabat istrinya yang juga seorang diplomat. Ramadhan banyak mengikuti istrinya tinggal di luar negeri, termasuk di Los Angeles, Paris, Jenewa, dan Bonn.
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Ramadhan kembali menekuni hobi melukis, terutama pemandangan pegunungan di Cape Town, tempat ia menghabiskan masa-masa senjanya. Ia meninggal dunia pada 16 Maret 2006 dan meninggalkan dua anak dari pernikahan pertamanya, Gilang Ramadhan dan Gumilang, serta lima cucu.
Penghargaan dan Warisan Sastra
Sebagai seorang sastrawan produktif, Ramadhan K.H. mendapatkan berbagai penghargaan sepanjang kariernya. Pada tahun 1993, ia menerima "Hadiah Sastra ASEAN" (Southeast Asia Write Award) sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam dunia sastra. Pada tahun 2001, ia diangkat sebagai anggota kehormatan Perhimpunan Sejarahwan Indonesia dan juga menjadi anggota Akademi Jakarta.
Karya-karyanya tidak hanya menjadi warisan bagi dunia sastra Indonesia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para penulis muda. Gaya penulisan Ramadhan yang jujur dan mendalam membuatnya tetap relevan hingga kini.
Ramadhan K.H. adalah salah satu sastrawan dan jurnalis Indonesia yang memiliki perjalanan hidup penuh warna. Dari masa kecilnya yang penuh tantangan, karier jurnalistik yang berani, hingga kiprahnya sebagai penulis biografi, ia telah meninggalkan jejak yang tidak mudah dilupakan. Dengan berbagai karya sastra dan biografi yang telah ia hasilkan, Ramadhan K.H. tetap menjadi salah satu figur penting dalam sejarah sastra Indonesia.
Sebagai bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa Contoh Puisi karya Ramadhan K.H. untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa.