Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Kumpulan Puisi karya Sutarno Priyomarsono

Dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern, nama Sutarno Priyomarsono mungkin tak sering menghiasi headline atau disebut dalam keramaian panggung sastra. Namun justru dari ruang hening itulah puisinya tumbuh: dari lekuk-lekuk batin yang tak riuh, dari kegelisahan yang dijahit dengan lembut. Lahir pada 7 Oktober 1943 di Surakarta, Jawa Tengah, Sutarno adalah sosok penyair yang menyenandungkan bahasa sunyi menjadi renungan yang menggugah.

Puisi-puisinya pernah mewarnai media sastra ternama seperti Horison dan Sinar Harapan, dua forum penting bagi suara-suara sastra Indonesia dari generasi 60-an dan seterusnya. Muncul di sana bukan sekadar pencapaian, tetapi juga penanda bahwa karya-karyanya memiliki bobot estetik dan pemikiran yang patut diperhitungkan.

Sepenuhnya Puisi

Yang paling mencolok dari karya-karya Sutarno adalah kecermatannya dalam menyusun diksi dan kedalaman reflektif yang ia tawarkan. Ia bukan penyair yang berkoar-koar atau menciptakan ledakan-ladakan retoris. Ia seperti penenun yang sabar—setiap kata, setiap jeda, disusun bukan untuk kehebohan, melainkan untuk mengajak pembaca merenung lebih dalam tentang keberadaan, waktu, dan relasi manusia dengan dunianya.

Sebagai putra Solo—kota yang sarat tradisi dan nuansa batiniah Jawa—Sutarno mewarisi semacam kesadaran estetik yang tidak gegabah. Solo bukan hanya latar geografis, tapi juga semacam irama dalam napas kreatifnya. Kita bisa merasakan getaran mistis dan kontemplatif dalam puisi-puisinya, sesuatu yang jarang ditemukan dalam karya penyair yang terlalu terobsesi dengan aktualitas dan kemarahan sosial belaka.

Namun demikian, bukan berarti Sutarno melupakan realitas. Ia tetap menyinggung kehidupan manusia modern dengan segala kontradiksinya, tetapi ia menyampaikannya dengan cara yang lembut dan menusuk. Ia tidak menggurui, tapi memberi ruang untuk berpikir. Dalam puisinya, ruang kosong pun punya makna. Keheningan bisa lebih nyaring dari teriakan.

Sutarno Priyomarsono adalah contoh penyair yang konsisten menjaga marwah puisi sebagai tempat kontemplasi, bukan sekadar instrumen ekspresi liar. Dalam iklim sastra yang kadang terlalu politis, kadang terlalu estetis, Sutarno mengambil jalan tengah yang elegan: ia menulis karena ia tahu bahwa kata-kata punya kekuatan menyembuhkan, bukan hanya mengkritik.

Sebagai pembaca, kita bisa merasa seperti diajak duduk bersila bersamanya, berbicara pelan-pelan tentang hal-hal yang tak banyak dikatakan—tentang sepi yang tidak kosong, tentang cinta yang tidak sentimental, tentang hidup yang tak selalu harus dimengerti. Inilah kekuatan puisi-puisi Sutarno: ia tak menggelegar, tapi berjejak lama.

Bila sastra adalah perjalanan batin, maka puisi-puisi Sutarno adalah tapak-tapak kecil yang membantu kita menapaki jalan itu dengan lebih hening, namun lebih dalam. Kita butuh penyair-penyair seperti dia—bukan hanya untuk mengingatkan kita tentang keindahan kata, tapi juga tentang pentingnya ruang sunyi dalam hidup yang kian riuh ini.

Sebagai bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa Contoh Puisi karya Sutarno Priyomarsono untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa.

    Kumpulan Puisi karya Sutarno Priyomarsono

© Sepenuhnya. All rights reserved.