Taufiq Ismail, seorang sastrawan Angkatan '66 yang dikenal sebagai penyair, kolumnis, dan aktivis, lahir di Bukittinggi pada 25 Juni 1935 dan dibesarkan di Pekalongan. Ia adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya, K.H. Abdul Gaffar Ismail, seorang ulama Muhammadiyah terkemuka asal Banuhampu, Agam, dan ibunya, Sitti Nur Muhammad Nur, berasal dari Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Latar belakang keluarga yang religius ini membentuk karakter Taufiq sebagai seorang penyair dengan sentuhan keagamaan yang kuat dalam karyanya.
Pendidikan formal Taufiq dimulai di Sekolah Rakyat Muhammadiyah Ngupasan, Yogyakarta, dan berlanjut hingga SMA Negeri Pekalongan yang ditamatkannya pada tahun 1956. Ia sempat menjadi siswa pertukaran pelajar di White Fish Bay High School, Milwaukee, Wisconsin, AS, pada tahun 1957.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia, Bogor, hingga memperoleh gelar dokter hewan pada tahun 1963. Taufiq juga menempuh pendidikan non-gelar di School of Letters International Writing Program, University of Iowa, dan di American University in Cairo.
Perjalanan Karier dan Aktivisme
Taufiq Ismail dikenal tidak hanya sebagai penyair, tetapi juga sebagai aktivis dan pengajar. Semasa kuliah, ia aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pengalaman organisasinya ini memberinya bekal untuk terus berkiprah dalam berbagai organisasi kemasyarakatan. Ia pernah menjadi asisten dosen di almamaternya dan mengajar di beberapa sekolah di Bogor, termasuk di SMA Regina Pacis. Namun, keterlibatannya dalam Manifesto Kebudayaan membuatnya dipecat dari Institut Pertanian Bogor dan gagal melanjutkan studi ke Amerika Serikat.
Pada tahun 1966, bersama sejumlah tokoh lainnya, Taufiq mendirikan majalah sastra Horison, yang kemudian menjadi salah satu media penting dalam dunia sastra Indonesia. Selain itu, ia ikut mendirikan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan pernah menjabat sebagai Direktur Taman Ismail Marzuki (TIM) serta Rektor Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ).
Karya Sastra dan Penghargaan
Sebagai penyair, Taufiq Ismail memulai kariernya dengan menulis puisi-puisi demonstrasi yang terkumpul dalam buku Tirani dan Benteng (1966). Puisinya yang berjudul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia menjadi salah satu karya penting yang merefleksikan kritiknya terhadap situasi sosial-politik Indonesia. Karya-karya lainnya meliputi Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, dan Prahara Budaya. Banyak puisinya yang dinyanyikan oleh kelompok musik Bimbo, Chrisye, Ahmad Albar, dan penyanyi lainnya, menjadikan karyanya lebih dikenal luas oleh masyarakat.
Taufiq sering diundang untuk membaca puisinya di berbagai festival dan acara sastra di dalam dan luar negeri. Ia telah tampil di lebih dari 24 kota di Asia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika sejak tahun 1970. Bagi Taufiq, puisi baru memperoleh “tubuh yang lengkap” jika dibaca di depan publik.
Di sepanjang kariernya, Taufiq Ismail telah menerima berbagai penghargaan, seperti Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970), SEA Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), dan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (2003). Penghargaan ini mengukuhkan posisinya sebagai salah satu penyair besar Indonesia yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia sastra dan kebudayaan.
Kritik dan Kontroversi
Meski Taufiq Ismail dihormati sebagai sastrawan, ia tidak lepas dari kontroversi. Kritikus sastra Saut Situmorang pernah menuduhnya melakukan plagiarisme atas puisi "Be the Best of Whatever You Are" karya penyair Amerika, Douglas Malloch. Tuduhan ini sempat menjadi polemik dalam dunia sastra Indonesia.
Taufiq Ismail adalah sosok penyair, aktivis, dan intelektual yang konsisten menyuarakan kritik sosial melalui karya-karyanya. Dengan latar belakang keluarga yang religius, pendidikan yang luas, dan pengalaman aktivisme yang kuat, ia tidak hanya menjadi saksi tetapi juga pelaku aktif dalam berbagai perubahan sosial di Indonesia. Melalui puisi, Taufiq Ismail terus menjaga semangat moral bangsa, mengingatkan kita akan pentingnya kejujuran, keberanian, dan keteguhan dalam menghadapi tantangan zaman.
Sebagai bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa Contoh Puisi karya Taufiq Ismail untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa.