Postingan

Puisi: Bersayap Cabik

Bersayap Cabik kaukah kupu-kupu itu yang kulihat kemarin - sepanjang petang - sebentar hinggap di pohonku kini terbang lelah saya…

Puisi: Di Sebuah Tikungan (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Di Sebuah Tikungan di sebuah tikungan saat subuh geliat burung-burung mulai cari alamat  kembara kembali aku pun bangkit mengik…

Puisi: Kubaca Tubuhmu (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Kubaca Tubuhmu tapi sebenarnya kau tak pernah pergi meski kota telah mengurung dirimu karena akan selalu kubaca tubuhmu b…

Puisi: Tentang Ibrahim

Tentang Ibrahim kapakmu menari dan terbang di antara kepala terbuat batu lalu kami bersihkan agar tak ada lagi sesembahan kau…

Puisi: Terlalu Banyak Sudah (Karya Irvan Riana Agustian)

Terlalu Banyak Sudah Banyak sudah Buat aku terluka hati Banyak rasa Buatmu aku berikan Selalu saja kau buat aku luka Tak pernah ka…

Puisi: Adaninggar 2 (Karya Gunawan Maryanto)

Adaninggar 2 minggu berhenti dan aku jatuh cinta lagi, adaninggar pada tali kentular yang berpusar menjelang kematianmu setel…

Puisi: Bantala Rengka (Karya Gunawan Maryanto)

Bantala Rengka Agustus Di antara tanah retak dan angin kering Pada kelopak bunga-bunga randu : ada yang terus memanggil namamu …

Puisi: Durung (Karya Mardi Luhung)

Durung "Apa kau kelak akan merindukan aku?" begitu bisik si jagal pada sapi yang akan dijagalnya. Bisik sendirian. Bisik yang…

Puisi: Semua Telah Melihat (Karya Mardi Luhung)

Semua Telah Melihat Padang luas yang meluas. Padang luas yang penuh mata. Ke mana pun melangkah selalu ada yang mengikut. Dan paham a…

Puisi: Ketika (Karya Mardi Luhung)

Ketika Ketika ayahku wafat: dibakar. Dan ketika ibuku yang wafat: dikubur. Dan abu ayahku disebar ke laut. Sedangkan, nisan ibuku ada di …

Puisi: Seiringan (Karya Mardi Luhung)

Seiringan Kepada penyulam tua seseorang bertanya: ”Mengapa sulamanmu begitu rumit. Sampai-sampai imajinasiku tak mampu memasukinya.…

Puisi: Merah Delima (Karya Mardi Luhung)

Merah Delima Setiap aku tepekur. Setiap itu pula kau membayang. Kau yang dekat tapi jauh. Jauh tapi rasanya tak henti-henti mengelus. M…

Puisi: Rumah Siput (Karya Mardi Luhung)

Rumah Siput (: Yudhi, Sanie, Wijang, dan Indah) Aku mengangankan sebuah prosa. Yang ceritanya begini: Setelah mati, mungkin aku menja…

Puisi: Beranda (Karya Mardi Luhung)

Beranda Di beranda kau mengiris dadamu. Membukanya. Dan merogoh hatimu yang begitu tersembunyi. Begitu seperti permainan dadu yang mesti…

Puisi: Samsunghyeol (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Samsunghyeol Goyah dan bergaung dalam hujan, Bayanganmu menggenangi tiga liang kelahiran. Di ujung hujan, benih merekah. Cahaya demam…

Puisi: Api Sita (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Api Sita Lebur jasadku ke dalam nyala! Sita memekik. Sebelum ambruk ke sebalik semak asap yang menjulang. Hawa panas dan gemertak b…

Puisi: Leher (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Leher Tidur. Tinggalkan aku mabuk bersama akar dan tempayak, suara yang menembus jangat bumi dan mengerat batu lahat riwayatmu yang dipahat d…

Puisi: Kaligrafi (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Kaligrafi (I) Jalan setapak hutan bambu seekor ular menyelinap ke balik batu (II)   Dihadang gunung, angin meliuk pohonan runduk …
© Sepenuhnya. All rights reserved.