Puisi: Bersampan dengan Pecahan Kapal (Karya Heru Joni Putra)

Puisi: Bersampan dengan Pecahan Kapal Karya: Heru Joni Putra
Bersampan dengan Pecahan Kapal


Badrul Mustafa memasuki setiap pasar,
Hondoh-posoh sendirian,
Dari senin sampai minggu,
Ia simak lagu penolong teman seiring,
Tingkah-bertingkah si penjual buah
Bersama penjual pakaian dalam,
“Belilah di sini, oi sanak saudara,
Beli pisang pepaya atau semangka,
Tapi bungkusnya, oi sanak saudara,
Bungkusnya mestilah beli
Pada kawan sebelah….”

Dan ia dengar dendang si anak tukang rabab
Berperihal nasib yang akan datang,
“Oi hujan oi, kalau basah ya basahkan saja,
Jangan dipisahkan pula bunga dari tangkainya,
Oi malang oi, kalau datang ya datanglah saja,
Jangan disudahkan pula kami lima bersaudara….”

Badrul Mustafa memasuki setiap pasar,
Garebeh-tebeh seorangan,
Dari pagi sampai sore,

Ia tidak mencari sepatu kulit buaya,
Topi moris, atau baju kemeja
Dengan kancing terlepas di atasnya,
Seperti yang dipakai bandar judi pacu kuda,

Dan tidak juga mencari gincu merah delima,
Anting-anting dari tempurung kelapa,
Atau pengharum dari bunga cirit ayam
Seperti yang dipakai biduan bersuami tiga.

Seorang Badrul Mustafa
Cuma mencari benang sehelai,

Tapi meski dapat olehnya benang sehelai,
Yang kata orang, bisa dipakai untuk
Mengikatkan pengana ke badan,
Atau untuk membawa pulang
Si adinda yang sudah lama pergi berjalan,

Seorang Badrul Mustafa
Hanya akan pakai itu benang sehelai
Untuk mengiringi Nyonya Janda
Berjoged aduhai sampai malam usai.


Limau Manih, 2015

Puisi: Bersampan dengan Pecahan Kapal
Puisi: Bersampan dengan Pecahan Kapal
Karya: Heru Joni Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.