Puisi: Pantun Burung Pipit (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Pantun Burung Pipit" Ajip Rosidi mengekspresikan perasaan kehilangan dan keinginan agar seseorang yang dicintai kembali.
Pantun Burung Pipit


Burung pipit terbang melayang
turun minum di dalam paya
paya dinaung pohon kelapa;
Terasa sempit hidupku sekarang
engkau tinggalkan tak berdaya
meraba-raba hilang cahaya.

Burung bangau pulang ke sarang
pohon asam di atas atap
ditunggu anak sudah dahaga;
Hanya engkau pemberi terang
bagi hidupku dalam gelap
agar selamat dari neraka.

Batang kelapa sangat tinggi
beruk meloncat sekali jadi
buah menimpa pedagang sayur;
Aku mengharap kau kasihani
hati menangis tiada henti
sia-sia ingin kau tegur.


Sumber: Pantun Anak Ayam (2006)

Analisis Puisi:
Puisi "Pantun Burung Pipit" adalah salah satu karya sastra dari sastrawan dan budayawan Indonesia, Ajip Rosidi. Dalam puisi ini, Ajip Rosidi menggunakan bentuk pantun tradisional Indonesia untuk menggambarkan kehidupan dan perasaan seorang individu yang merasa sendirian dan rindu.

Penggunaan Bentuk Pantun: Pantun adalah bentuk puisi yang umumnya terdiri dari empat baris dan sering digunakan dalam sastra Indonesia. Dalam puisi "Pantun Burung Pipit," Ajip Rosidi menggunakan bentuk pantun untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan tegas dan sederhana. Bentuk ini juga memberikan kerangka berulang yang memperkuat tema dan pesan dalam puisi.

Perasaan Kesepian dan Kerinduan: Puisi ini menggambarkan perasaan kesepian dan kerinduan yang mendalam. Burung pipit dan burung bangau dalam puisi tersebut bisa diartikan sebagai simbol perasaan individu dalam puisi ini. Ketika burung pipit terbang melayang dan tidak kembali, terdapat rasa kehilangan dan kesepian yang mendalam. Keberadaan burung bangau yang pulang ke sarangnya menggambarkan perasaan keinginan agar seseorang kembali atau hadir dalam hidupnya.

Simbolisme Batang Kelapa: Di baris terakhir puisi, "Batang kelapa sangat tinggi, beruk meloncat sekali jadi, buah menimpa pedagang sayur," batang kelapa menjadi simbol tantangan atau rintangan yang harus dihadapi dalam kehidupan. Buah kelapa yang menimpa pedagang sayur bisa diartikan sebagai peristiwa tak terduga atau kesulitan yang datang begitu saja dan mengubah arah hidup seseorang.

Pesan dan Makna: Puisi ini menyiratkan pesan tentang kerinduan, kesepian, dan ketidakpastian dalam hidup. Terdapat perasaan kehilangan dan keinginan agar seseorang yang dicintai kembali. Tantangan hidup juga disampaikan melalui gambaran buah kelapa yang menimpa pedagang sayur.

Puisi "Pantun Burung Pipit" karya Ajip Rosidi adalah karya sastra yang menggunakan bentuk pantun tradisional Indonesia untuk menggambarkan perasaan kesepian, kerinduan, dan ketidakpastian dalam hidup. Puisi ini mengekspresikan perasaan kehilangan dan keinginan agar seseorang yang dicintai kembali. Simbolisme batang kelapa dan gambaran buah kelapa yang menimpa pedagang sayur menyiratkan pesan tentang tantangan dalam kehidupan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Pantun Burung Pipit
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.