Puisi: Balada Sang Perkasa (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Balada Sang Perkasa" karya Diah Hadaning mencerminkan penghargaan yang mendalam terhadap perjuangan, pengorbanan, dan kehadiran abadi sang ...
Balada Sang Perkasa

Bumi langit lembah dan bukit
sepanjang musim terus bersaksi
kehadiranmu sang perkasa
cahaya hidup mahkota jiwa
anak negeri simpan setia
meski sejarah penuh prahara
masih kuingat warna yang susah
siang dan malam menabur gundah
Juni mekar udara menggeletar
Kudengar suaramu dari arah Blitar
Anggun dan mawar.

Bapa, Bapa segala Bapa
kasihnya membalut segala luka
di sini aku terus berdoa.

Mengiring perjalanan kota tua
kudengar langkahmu menandai windu
menghitung angka-angka perjuangan
yang telah banyak bersimpangan
pilar-pilar pernah ditegakkan
masih berdiri bersaksi
sementara pilar lain tak sisakan
selahan buat prasasti
anak-anak pun kini perkasa
selalu menanyakanmu di mana Bapa
jawabku engkau tengah rampungkan tapa.

Bogor, 1996

Analisis Puisi:

Puisi "Balada Sang Perkasa" karya Diah Hadaning merupakan sebuah penghormatan yang dalam terhadap sosok yang disebut sebagai "Sang Perkasa", yang diyakini sebagai figur penting dalam sejarah dan perjuangan.

Pembingkaian Alam dan Kehidupan: Penyair menggambarkan kehadiran Sang Perkasa sebagai cahaya hidup yang melintasi berbagai elemen alam, seperti bumi, langit, lembah, dan bukit. Ini menunjukkan bahwa keberadaannya tidak hanya memengaruhi manusia, tetapi juga menginspirasi dan memberi arti pada alam sekitarnya.

Simbolisme Musim dan Warna: Penyair menggunakan musim dan warna sebagai simbol untuk mengekspresikan perasaan dan suasana hati yang terkait dengan Sang Perkasa. Misalnya, penggunaan kata "Juni mekar" merujuk pada keindahan musim panas yang penuh harapan, sementara warna-warna seperti "warna yang susah" dan "gundah" mencerminkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi.

Penghargaan Terhadap Ayah dan Pemimpin: Dalam puisi ini, Sang Perkasa disebut sebagai "Bapa segala Bapa", menyoroti penghormatan yang mendalam terhadapnya, baik sebagai figur ayah maupun pemimpin. Kasih yang dimilikinya dianggap sebagai obat bagi segala luka, menunjukkan kehangatan dan perlindungan yang diberikan olehnya.

Tema Perjuangan dan Pengorbanan: Melalui penggunaan kata-kata seperti "perjuangan", "simpangan", dan "pilar-pilar", puisi ini menggambarkan perjalanan panjang dan berliku Sang Perkasa dalam memperjuangkan sesuatu yang diyakininya. Pengorbanannya dan dedikasinya tercermin dalam "pilar-pilar" yang masih berdiri sebagai saksi akan perjuangannya.

Kehadiran Abadi dan Doa: Puisi ini menyiratkan bahwa kehadiran Sang Perkasa akan selalu abadi, meskipun mungkin tidak lagi dalam bentuk fisik. Doa-doa yang terus-menerus diucapkan menunjukkan penghormatan dan harapan yang terus dipupuk terhadapnya.

Puisi "Balada Sang Perkasa" karya Diah Hadaning adalah sebuah puisi yang memuja dan menghormati sosok yang disebut sebagai Sang Perkasa, melalui penggambaran alam, warna, dan suasana hati. Puisi ini mencerminkan penghargaan yang mendalam terhadap perjuangan, pengorbanan, dan kehadiran abadi sang pemimpin dalam mempengaruhi kehidupan dan sejarah.

"Puisi: Balada Sang Perkasa (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Balada Sang Perkasa
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.