Puisi: Di Negeri Amplop (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Di Negeri Amplop" adalah sebuah puisi yang kuat dan kritis yang menyoroti isu korupsi dan manipulasi dalam masyarakat.
Di Negeri Amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya "malu"
Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi "rapi-rapi"
David Coverfil dan Rudini bersembunyi "rendah diri"
Entah, andai Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya.

Amplop-amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur
Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur
Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur
Memutuskan putusan yang tak putus
Membatalkan putusan yang sudah putus.

Amplop-amplop menguasai penguasa
dan mengendalikan orang-orang biasa
amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
mencairkan dan membekukan
mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa nafsu
Orang sakti bisa mati.

Di negeri amplop, amplop-amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja.

Sumber: Pahlawan dan Tikus (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Negeri Amplop" karya Mustofa Bisri adalah sebuah komentar kritis tentang budaya korupsi dan manipulasi di masyarakat atau pemerintahan yang sering diselubungi oleh cara-cara yang merugikan dan tidak etis. Puisi ini menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang metaforis untuk menggambarkan kekacauan dalam sistem yang dikuasai oleh "amplop-amplop."

Budaya Amplop: Puisi ini menggambarkan "amplop-amplop" sebagai simbol korupsi, suap, dan manipulasi. Amplop-amplop ini digambarkan mengatur hal-hal yang tidak teratur, mengubah hal-hal yang teratur, dan bahkan memutuskan atau membatalkan putusan secara sewenang-wenang. Hal ini merujuk pada praktik-praktik ilegal yang sering ditemui dalam masyarakat atau pemerintahan yang memanfaatkan uang atau hadiah sebagai alat untuk memengaruhi kebijakan atau putusan.

Kritik Terhadap Elit dan Pemimpin: Puisi ini juga mengkritik pemimpin atau elit masyarakat yang dikendalikan oleh "amplop-amplop." Mereka digambarkan menjadi tidak jujur, tidak tulus, dan bahkan merubah sifat asli mereka demi keuntungan pribadi. Gambaran seperti Aladin, Samson, dan lainnya adalah representasi figur-figur kuasa yang tergoda oleh korupsi dan ketidakjujuran.

Manipulasi dan Dampaknya: Puisi ini menyoroti bagaimana budaya amplop dapat mempengaruhi masyarakat. Orang-orang bisa menjadi bisu terhadap masalah korupsi dan ketidakadilan, dan nilai-nilai moral bisa terkikis. Dalam budaya amplop, yang seharusnya benar bisa menjadi salah, yang benar-benar bisa menjadi palsu, dan prinsip-prinsip keadilan bisa terinjak-injak.

Tema Kritis dan Pemberontakan: Puisi ini menciptakan nuansa kritis dan pemberontakan terhadap budaya korupsi. Mustofa Bisri menyerukan untuk melawan budaya amplop, mengecam pemimpin dan elit yang terlibat, dan mengingatkan pembaca untuk tetap teguh pada nilai-nilai moral dan keadilan.

Puisi "Di Negeri Amplop" adalah sebuah puisi yang kuat dan kritis yang menyoroti isu korupsi dan manipulasi dalam masyarakat. Puisi ini menggunakan gambaran dan bahasa yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya melawan budaya amplop dan menjaga nilai-nilai moral dan keadilan.

Mustofa Bisri
Puisi: Di Negeri Amplop
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.