Puisi: Manusia Pertama di Angkasa Luar (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Manusia Pertama di Angkasa Luar" karya Subagio Sastrowardoyo mengangkat tema perjalanan manusia ke angkasa luar dan pengaruhnya terhadap ...
Manusia Pertama di Angkasa Luar

Beritakan kepada dunia
Bahwa aku telah sampai pada tepi
Darimana aku tak mungkin lagi kembali
Aku kini melayang di tengah ruang
Di mana tak berpisah malam dan siang
Hanya lautan yang hampa di lingkung cemerlang bintang
Bumi telah tenggelam dan langit makin jauh mengawang
Jagat begitu tenang. Tidak lapar
Hanya rindu kepada istri, kepada anak, kepada ibuku di rumah
Makin jauh, makin kasih hati kepada mereka yang berpisah
Apa yang kukenang? Masa kanak waktu tidur dekat ibu
Dengan membawa dongeng dalam mimpi tentang bota
Dan raksasa, peri dan bidari. Aku teringat
Kepada buku cerita yang terlipat dalam lemari
Aku teringat kepada bunga mawar dari Elisa
Yang terselip dalam surat yang membisikkan cintanya kepadaku
Yang mesra. Dia kini tentu berada di jendela
Dengan Alex dan Leo, - itu anak-anak berandal yang kucinta -
Memandangi langit dengan sia. Hendak menangkap
Sekelumit dari pesawatku, seleret dari
Perlawatanku di langit tak berberita
Masihkah langit mendung di bumi seperti waktu
Kutinggalkan kemarin dulu?
Apa yang kucita-cita? Tak ada lagi cita-cita
Sebab semua telah terbang bersama kereta
ruang ke jagat tak berhuni. Tetapi
ada barangkali. Berilah aku satu kata puisi
daripada seribu rumus ilmu yang penuh janji
yang menyebabkan aku terlontar kini jauh dari bumi
yang kukasih. Angkasa ini bisu. Angkasa ini sepi
Tetapi aku telah sampai pada tepi
Darimana aku tak mungkin lagi kembali
Ciumku kepada istriku, kepada anak dan ibuku
Dan salam kepada mereka yang kepadaku mengenang.
Jagat begitu dalam, jagat begitu diam.
Aku makin jauh, makin jauh
Dari bumi yang kukasih. Hati makin sepi
Makin gemuruh.

Bunda,
Jangan membiarkan aku sendiri.

Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Manusia Pertama di Angkasa Luar" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang mengangkat tema perjalanan manusia ke angkasa luar dan pengaruhnya terhadap perasaan dan pemikiran individu.

Latar Waktu dan Tempat: Puisi ini merujuk pada pengalaman manusia pertama yang mencapai angkasa luar. Puisi ini mungkin ditulis pada masa ketika eksplorasi angkasa baru dimulai dan menjadi isu yang penting.

Tokoh Utama: Tokoh utama dalam puisi ini adalah seorang astronot atau manusia pertama yang melakukan perjalanan ke angkasa luar. Ia merenungkan pengalaman luar biasa ini dan efeknya terhadap perasaan dan pemikirannya.

Konflik Internal: Puisi ini menggambarkan konflik internal yang dialami oleh tokoh utama. Meskipun ia berada di luar angkasa, yang menjadi latar belakang yang tenang dan sunyi, ia merasa terpisah dari rumah dan orang-orang yang ia cintai. Ia merindukan hubungan dengan istri, anak, dan ibunya.

Nostalgia dan Rasa Rindu: Tokoh utama merasa nostalgia dan rasa rindu yang mendalam kepada bumi dan orang-orang yang ia tinggalkan. Ia merenungkan kenangan masa kecilnya dan saat-saat bahagia dengan keluarganya. Rasa rindu ini membuatnya merasa sepi dan gemuruh di hatinya.

Perbandingan Antarangkasa dan Bumi: Puisi ini menciptakan perbandingan antara ruang angkasa yang sunyi dan tenang dengan bumi yang hidup dan penuh dengan kenangan. Ini menciptakan kontras yang kuat antara kedua tempat tersebut.

Permohonan kepada "Bunda": Puisi ini diakhiri dengan permohonan tokoh utama kepada "Bunda" agar tidak membiarkannya sendiri. Permohonan ini mencerminkan kerinduannya kepada ibunya atau figur yang melambangkan kasih sayang dan perlindungan.

Kesepian dan Keterasingan: Puisi ini menggambarkan perasaan kesepian dan keterasingan yang dialami oleh tokoh utama ketika ia berada di angkasa luar. Meskipun ia telah mencapai pencapaian besar, ia merasa terpisah dari kenyamanan dan hubungan emosional yang dimiliki di bumi.

Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang perasaan seorang astronot yang merindukan bumi dan orang-orang yang ia tinggalkan. Ini juga menggambarkan ketidakpastian dan kesepian yang dapat dialami oleh individu yang menjalani perjalanan jauh ke tempat yang asing. Melalui puisi ini, Subagio Sastrowardoyo menyampaikan pesan tentang pentingnya ikatan emosional dan keberadaan rumah dalam kehidupan manusia.

Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Manusia Pertama di Angkasa Luar
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.