Puisi: Ballade Kucing dan Otolet (Karya Iwan Simatupang)

Puisi "Ballade Kucing dan Otolet" karya Iwan Simatupang menghadirkan gambaran tentang kehidupan kota dan kekerasan yang terjadi di dalamnya, ...
Ballade Kucing dan Otolet

Di jalan ada bangke
Kucing digilas otolet

Darah
Ngeong tak sudah
Selebihnya:
Langit biru
Dan manusia buru-buru

Otolet makin rame
Di tuhan punya jalan

Bangke makin rata
Di aspal panas

Penumpang gigimas
Bercanda

Di Surga
Kucing pangku supir kaya
Dan cekik
Tuhan.

Sumber: Ziarah Malam (1993)

Analisis Puisi:

Puisi "Ballade Kucing dan Otolet" karya Iwan Simatupang adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran tentang kehidupan kota dan kekerasan yang terjadi di dalamnya, melalui penggambaran singkat tentang peristiwa tragis yang melibatkan kucing dan otolet.

Gambaran Kehidupan Kota: Puisi ini memberikan gambaran kehidupan kota yang keras dan cepat, di mana kejadian tragis seperti kucing digilas otolet menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Penyair menggunakan gambaran kucing dan otolet sebagai simbol dari kehidupan yang rapuh dan tak berdaya di tengah kebisingan dan kegelapan kota.

Kekerasan dan Kematian: Puisi ini menciptakan gambaran yang penuh dengan kekerasan dan kematian, melalui penggambaran kucing yang digilas otolet dan bangke yang menjadi rata di aspal panas. Kekerasan ini menjadi cerminan dari kehidupan yang keras dan tanpa belas kasihan di tengah kesibukan kota.

Ironi dan Kritik Sosial: Penyair menggunakan ironi untuk menyoroti ketidakpedulian manusia terhadap kehidupan lain, seperti kucing yang menjadi korban di tengah kesibukan manusia yang buru-buru. Puisi ini juga bisa diinterpretasikan sebagai kritik terhadap modernitas yang sering kali mengorbankan kehidupan dan alam.

Imajinasi dan Realitas: Dengan memasukkan elemen surgawi di akhir puisi, penyair menawarkan sebuah kontras antara realitas kehidupan kota yang keras dan keinginan akan keadilan dan kebaikan yang ada di alam surga. Namun, ironisnya, kekerasan masih terjadi bahkan di surga, melalui gambaran kucing yang memeluk supir kaya dan mencoba untuk mencekik Tuhan.

Puisi "Ballade Kucing dan Otolet" adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran tentang kehidupan kota yang keras dan kekerasan yang terjadi di dalamnya. Dengan menggunakan gambaran kucing dan otolet sebagai simbol, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kekerasan dan ketidakadilan yang ada di dunia modern, serta impian akan keadilan dan kebaikan yang masih tersisa.

Iwan Simatupang
Puisi: Ballade Kucing dan Otolet
Karya: Iwan Simatupang

Biodata Iwan Simatupang:
  • Iwan Simatupang (Iwan Maratua Dongan Simatupang) lahir pada tanggal 18 Januari 1928 di Sibolga, Sumatera Utara.
  • Iwan Simatupang meninggal dunia pada tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.