Puisi: Gemercik Gerimis di Retak Nisan (Karya Iwan Simatupang)

Puisi "Gemercik Gerimis di Retak Nisan" karya Iwan Simatupang menghadirkan gambaran tentang perjuangan dan kehilangan dalam kehidupan, melalui ...
Gemercik Gerimis di Retak Nisan

Pada satu kemarau berkepanjangan
Di kerajaan padang hanya padang
Bersabda baginda satu hari:

Dari semua degup dan warna berlalu
Satu harus utuh selalu:
Lembut dan putih dari domba

Rakyat gembala segera gali sumur
Peras air dari lumpur
Penyiram hijau padang-padang

Tapi kemarau kian kering kian kering
Bilangan gembala kian hening kian hening
Domba kian kurus kian haus

Pada suatu hari gembala terakhir meninggal
Di sumur-sumur tak setitik air pun tinggal
Baginda dan domba hanya di padang tandus kering

Kini baginda tukar singgasana dengan seruling
Domba demi domba beliau iring
Cari hijau cari penjuru

Tapi kemarau kian kering kian kering
Bilangan gembala kian hening kian hening
Akhirnya hanya baginda yang tinggal

Di satu subuh bercuaca sangsai
Sampai baginda di satu pantai
Tanpa domba tanpa mahkota

Berakhir kini kasih dari singgasana kekeringan
Pada mula dari satu kebasahan
Sedang kemarau kian gerah, kian gerah

Di pantai ada kini nisan dari gembala bangsawan
Yang dalam menunggui kemarau berkepanjangan
- Kian retak kian retak

Akhirnya mengguntur guruh satu senja
Bawa berita dari kemarau mencerah
- gerimis sehembus hanya jatuh

Di jauhan, segumpal mendung iseng berlalu...

Sumber: Ziarah Malam (1993)

Analisis Puisi:

Puisi "Gemercik Gerimis di Retak Nisan" karya Iwan Simatupang adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran tentang perjuangan dan kehilangan dalam kehidupan, melalui metafora kemarau yang panjang dan berkepanjangan.

Metafora Kemarau: Kemarau yang panjang dan berkepanjangan dalam puisi ini menjadi metafora dari masa-masa sulit dan penuh tantangan dalam kehidupan. Kemarau menggambarkan kekeringan, kekosongan, dan kehilangan yang dirasakan oleh karakter-karakter dalam puisi.

Simbolisme Domba dan Gembala: Domba dalam puisi ini melambangkan kepolosan, kebaikan, dan kesucian. Gembala merupakan figur yang bertanggung jawab atas domba-domba tersebut, dan kematiannya menandai kehilangan dan kehampaan yang mendalam.

Perjuangan dan Kehilangan: Puisi ini menggambarkan perjuangan yang dilakukan untuk mencari air di tengah kemarau yang melanda. Namun, upaya tersebut sia-sia karena kemarau semakin parah, menyebabkan keheningan dan kehilangan yang mendalam, bahkan hingga kematian gembala.

Perubahan Nasib: Perubahan nasib terjadi ketika sang baginda menjadi gembala setelah kehilangan gembala-gembalanya. Ini menggambarkan perubahan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan yang tidak terduga.

Kehidupan dan Kematian: Puisi ini merenungkan tentang kehidupan dan kematian, serta siklus alam yang tak terelakkan. Retaknya nisan gembala menggambarkan kerapuhan dan keterbatasan manusia di hadapan takdir dan waktu.

Harapan dan Kebangkitan: Meskipun kemarau yang panjang dan kehilangan yang mendalam, puisi ini menyiratkan harapan akan datangnya hujan dengan gambaran gerimis di akhir, yang merupakan tanda akan perubahan dan kebangkitan.

Puisi "Gemercik Gerimis di Retak Nisan" adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran tentang perjuangan, kehilangan, dan harapan dalam kehidupan. Dengan menggunakan metafora kemarau dan simbolisme domba dan gembala, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang sifat manusia, siklus kehidupan, dan kekuatan harapan di tengah kegelapan dan kekosongan.


Iwan Simatupang
Puisi: Gemercik Gerimis di Retak Nisan
Karya: Iwan Simatupang

Biodata Iwan Simatupang:
  • Iwan Simatupang (Iwan Maratua Dongan Simatupang) lahir pada tanggal 18 Januari 1928 di Sibolga, Sumatera Utara.
  • Iwan Simatupang meninggal dunia pada tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.