1 komentar
Puisi "Kalah dan Menang" karya Sutan Takdir Alisyahbana. bercerita tentang perjuangan Tentara PETA Blitar.
Dalam novelnya berjudul :Yang Kalah dan Yang Menang". ditulis pula dengan gaya pseudo sastra yang langka menarik. Banyak nama tokoh pejuang dan tempat peristiwa yang disamarkan.
Jenderal legendaris Supriyadi sebagai pemimpin utama pemberontakan. Dengan gagah perwira. Ia berani melawan Bala Tentara Kerajaan Jepang Dai Nippon. Bahkan Ia pernah dikabarkan tewas. Konon dipancung kepalanya dengan samurai. Namun malah sebaliknya. Tim spesialis algojo dr pasukan elit Jepang. Gagal eksekusi Supriyadi. Ternyata justru kepala para algojo itu sendiri yang terpenggal.
Supriyadi meloloskan diri. Kisah ini persis seperti Almasih Yesus Kristus yang bangkit dari kematiannya. Raganya hilang misterius. Jepang bingung dan malu. Kabar itu dirahasiakan hingga sekarang ini. Anehnya Supriyadi pernah pulang ke rumah. Menemui ayah kandungnya. Dan menemui para sahabat karibnya.
Pada saat musuh mengepung dg sistim pagar betis. Peta tidak berdaya. karena kalah persenjataan. habis amunisi n minim pasukan. Shodanco Partohardjono ayah angkatnya. Sebelum tertangkap musuh. Segera membubarkan pasukan. Kepada Supriyadi diperintahkan tidak boleh menyerah. Supaya terus melakukan perang gerilya dengan taktik "pacak baris pendhem" dan "lampah sandhi yuda". Upayakan terus mengobarkan perang revolusi demi meraih kemerdekaan negara Indonesia. Dengan memakai pola taktis n strategis. Kombinasi sistim perang wilayah n perang semesta.
Partohardjono sebagai Sang Pengibar Bendera Merah Putih di Blitar 14 Febuari 1945. Banyak memberi motivasi dg Religi Bushido Jawa. Juga Ki Ageng Kasanbendo sbg guru spiritual. membimbing Supriyadi spy berwatak Teguh Bhirawa Anoraga. Sedangkan Martinus Sukandar yang memberikan bekal ilmu kemiliteran.
Setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Supriyadi selalu menyamar jadi manusia jelata hingga saat ini. Setiap pindah tempat selalu ganti identitas dengan nama samaran. Dan legenda perjuangan itu akan tetap hidup abadi sepanjang masa.
Terima kasih Sang Pujangga Baru. Eyang Sutan Takdir Alisyahbana. Karya sastramu itu sangat mengilhami nun mempesona. Lewat roman sejarah tsb. Engkau rekam misteri sejarah perjuangan revolusi Indonesia.
Puji n doaku ber-semayam-lah dengan damai n bahagia di sorgawi. bersama 7 Pahlawan Revolusi Blitar beserta segenap para pahlawan kusuma bangsa Indonesia
Strategi Terbaru dalam Menghadapi New Normal
Pemerintah telah menerapkan kebiasaan baru ketika new normal dengan melakukan aktivitas. Kebiasaan baru mana tersebut dilakukan di ten...


-
Ibu Pernah aku ditegur Katanya untuk kebaikan Pernah aku dimarah Katanya membaiki kelemahan Pernah aku diminta memban...
-
Marshmello adalah Produser Musik Dansa Elektronik dan sekaligus DJ (Disjoki). Pertama kali dia mendapat pengakuan internasional adalah sete...
-
Serenada Biru (1) Alang-alang dan rumputan bulan mabuk di atasnya. Alang-alang dan rumputan angin membawa bau rambutn...
-
Perjamuan Petang Dua puluh tahun yang lalu ia dilepas ayahnya di gerbang depan rumahnya. “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. ...
-
Sajak Putih Beribu saat dalam kenangan surut perlahan kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh sewaktu detik pun j...
-
Lagu Kerinduan Wajahmu antara batang kelapa langsing menebar senyum dan matamu menjadikan daku burung piaraan semu...
-
Kutilang Burung kutilang di cabang nangka sabrang Kicaunya nyaring menebari muka ladang Kicaunya nyaring menyambut pagi ...
-
Aminah Adalah perempuan jalan di pematang ketika jatuh senjakala. Sawah muda, angin muda tapi langkahnya sangat gontain...
-
Hujan daun kering deras lari dilomba air aiih, apes, rungut bang beca Penjara Madiun, 2 Februari 1963 Puisi: Hujan Karya: Mochtar Lubis Ca...
-
Di Muka Jendela Di sini cemara pun gugur daun. Dan kembali ombak-ombak hancur terbantun. Di sini kemarau pun men...