Puisi: Adakah Kau Seperti Ibuku (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Adakah Kau Seperti Ibuku" karya Mustafa Ismail menggambarkan harapan dan kerinduan seseorang terhadap pasangan hidupnya.
Adakah Kau Seperti Ibuku


Tiba-tiba saja kau menjadi ibu yang setiap saat menjagaku 
tidur, 
memperjelas mimpi-mimpiku 
dan bunga di kelopak bibirmu mengembang bagai senja yang mengembangkan bulan terindah bagi malam

Tapi adakah besok tetap menjadi hari-hari yang lembut 
sebagaimana ibu senantiasa menjagaku, mengkuatirkanku bila 
terlambat pulang, dan menina-bobokan bila aku lelah

Adakah sebuah rumah di dalam hatimu yang akan membuatku 
selalu tentram, sebagaimana ibu menyambutku dengan hangat 
setiap bangun pagi atau pulang dari rantau

Adakah sebuah laut di kelopak matamu yang bening 
selalu terharu terhadap kesulitan dan kesusahanku

Adakah kau seperti ibuku, yang selalu saja gelisah terhadap 
hari-hariku 
karena cuaca begitu saja berubah, dan waktu bagai gergaji 
tiap saat siap memotong tiang-tiang rumah kita.

Batang, 25 Juli 1997

Analisis Puisi:
Puisi "Adakah Kau Seperti Ibuku" karya Mustafa Ismail menggambarkan harapan dan kerinduan seseorang terhadap pasangan hidupnya. Berikut adalah analisis beberapa elemen kunci dalam puisi ini:

Imaji Kehadiran Ibu: Penggunaan kata-kata seperti "ibu," "mengkuatirkan," dan "menjaga" membawa citra kehadiran ibu yang hangat dan melindungi. Ibu digambarkan sebagai figur yang penuh perhatian dan kelembutan.

Perbandingan dengan Senja: Pemilihan kata "senja" dalam menggambarkan kelopak bibir dan senyum bunga memberikan kontras antara kehangatan ibu dan keindahan senja. Ini menciptakan perpaduan rasa kelembutan dan kecantikan yang ingin diungkapkan oleh penulis.

Pertanyaan sebagai Gaya Bahasa: Puisi ini dikonstruksi dalam bentuk pertanyaan yang mengundang pembaca untuk merenung dan memahami lebih dalam makna di balik setiap barisnya. Gaya bahasa ini mengundang refleksi dan interaksi emosional dengan pembaca.

Rumah di Hatimu sebagai Simbol: Rumah dalam hati menjadi simbol keamanan dan kenyamanan, menggambarkan harapan untuk menemukan tempat yang tenang dan stabil dalam hubungan. Pertanyaan tersebut menciptakan gambaran tentang keberlanjutan dan kebahagiaan.

Laut di Kelopak Matamu: Metafora "laut di kelopak matamu yang bening" menggambarkan kepekaan dan kelembutan dalam meresapi perasaan serta kesulitan orang yang dicintai. Laut di sini mewakili kedalaman dan keikhlasan dalam melihat keadaan.

Gergaji dan Tiang-tiang Rumah sebagai Metafora Waktu: Pemakaian metafora gergaji dan tiang-tiang rumah menggambarkan keberlanjutan waktu dan harapan untuk membangun hubungan yang langgeng. Waktu diibaratkan sebagai gergaji yang siap memotong, menekankan urgensi untuk membuat fondasi yang kuat.

Puisi ini menciptakan citra kehangatan, harapan, dan ketidakpastian dalam mencari hubungan yang mendalam dan berarti. Mustafa Ismail dengan indah menggambarkan perasaan rindu dan harapan akan menemukan kehidupan yang penuh kelembutan dan kebahagiaan, sebagaimana yang dirasakan oleh ibunya. Puisi ini memanfaatkan bahasa metaforis dan pertanyaan retoris untuk mengajak pembaca merenung tentang makna hubungan dan kehangatan.

Puisi
Puisi: Adakah Kau Seperti Ibuku
Karya: Mustafa Ismail
© Sepenuhnya. All rights reserved.