Puisi: Gerimis (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Gerimis" karya Abdul Hadi WM mengeksplorasi tema-tema seperti nostalgia, kehidupan alamiah, dan refleksi atas keberadaan manusia di dalamnya.
Gerimis (1)

Seribu gerimis menuliskan kemarau di kaca jendela
Basah langit yang sampai melepaskan senja
Bersama gemuruh yang dilemparkan jarum jam, kata-kata
bermimpilah bunga-bunga menyusun kenangannya
dari percakapan terik dan hama

"Kau toreh bibirnya yang merkah," kata hama
"Dan kuhisap isi jantungnya yang masih merah"

Gerimis (2)

Kenapa ia tak terkulai
dan masih bertahan juga
Dan bersenyum pada surya
yang mengunyah-ngunyah air matanya

Gerimis (3)

Untukku ingat itu pun senantiasa menyurat
Atau mimpi
Tapi angin masih saja menggigil
mendesakkan pagi

Gerimis (4)

Tuhan, kau hanya kabar dari keluh

Gerimis (5)

Burung-burung pun
asing di sana
karena jarak dan bahasa.

1971

Sumber: Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Gerimis" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah kumpulan puisi yang menggambarkan kehadiran gerimis dalam berbagai konteks emosional dan alamiah. Dengan penggunaan bahasa yang puitis dan simbolisme yang kuat, puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti nostalgia, kehidupan alamiah, dan refleksi atas keberadaan manusia di dalamnya.

Tema Utama

  • Gerimis sebagai Metafora Kehidupan: Puisi ini menggunakan gerimis sebagai metafora untuk berbagai aspek kehidupan. Gerimis tidak hanya menggambarkan fenomena alamiah, tetapi juga digunakan untuk merujuk pada perasaan dan kondisi emosional manusia. Misalnya, dalam "Gerimis (1)", gerimis digambarkan sebagai penulisan kemarau di kaca jendela, menciptakan kontras antara basah dan kering, serta mengingatkan akan kenangan-kenangan yang melekat.
  • Keabadian dan Kehancuran: Puisi ini juga mengeksplorasi tema tentang keabadian dan kehancuran. Gerimis sebagai simbol kehidupan yang berjalan terus meskipun tak terhindarkan akan akhirnya. Hal ini terlihat dalam "Gerimis (2)" di mana gerimis dipertanyakan keberadaannya yang bertahan meskipun diserap oleh matahari yang kuat.
  • Nostalgia dan Kenangan: Puisi-puisi dalam rangkaian "Gerimis" menyoroti tema nostalgia dan kenangan yang mendalam. Penggunaan bahasa yang indah seperti "mimpilah bunga-bunga menyusun kenangannya" mengundang pembaca untuk merenungkan tentang keindahan dan kerapuhan kenangan yang disampaikan.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Simbolisme: Abdul Hadi WM menggunakan simbolisme yang kuat dalam puisi ini untuk menggambarkan emosi dan alamiah. Contohnya, "jarum jam" dalam "Gerimis (1)" dapat diartikan sebagai simbol berjalannya waktu yang terus bergerak, serta "surya yang mengunyah-ngunyah air matanya" dalam "Gerimis (2)" menggambarkan siklus alam dan keberlangsungan kehidupan.
  • Imaji: Puisi ini kaya akan gambaran visual yang mengesankan, seperti "basah langit" dan "gemuruh yang dilemparkan", yang menghidupkan suasana alam dan memberikan kedalaman pada tema-tema yang dijelajahi.

Interpretasi dan Makna

  • Penerimaan Alam: Puisi "Gerimis" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang penerimaan terhadap alam dan siklus kehidupan yang tak terelakkan. Meskipun penuh dengan kerumitan dan tantangan, alam tetap mengalir dengan keindahannya yang tak terbantahkan.
  • Refleksi Diri: Melalui metafora gerimis, puisi ini juga mengundang pembaca untuk melakukan refleksi atas diri sendiri dan hubungannya dengan alam sekitar. Hal ini tercermin dalam pertanyaan dan penyampaian emosi dalam setiap bagian puisi.
Puisi "Gerimis" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya yang menggambarkan dengan indahnya hubungan antara manusia, alam, dan kenangan. Dengan penggunaan bahasa yang puitis, simbolisme yang kuat, dan penggambaran visual yang kaya, puisi ini berhasil menyampaikan pesan tentang kehidupan, keabadian, dan keindahan di tengah kerapuhan kenangan manusia. Melalui pemahaman ini, pembaca diajak untuk merenungkan makna yang lebih dalam dari setiap tetes gerimis yang jatuh di kehidupan mereka sendiri.

Puisi: Gerimis
Puisi: Gerimis
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.