Puisi: Gerimis Panjang Malam Tua (Karya Munawar Syamsuddin)

Puisi "Gerimis Panjang Malam Tua Sepanjang Jalan-Jalan Yogya" menggambarkan perasaan ketidakpastian, kehilangan, dan penyesalan dalam sebuah malam.
Gerimis Panjang Malam Tua
Sepanjang Jalan-Jalan Yogya


Gerimis panjang malam tua sepanjang jalan-jalan Yogya
segalanya hanya basah menyeret kereta gundah
adakah akan padam bara api dalam sekam yang kelam
yang tampak diam dan diam-diam engkau bakarkan
tatkala malam itu kita saling kehabisan kata dan kemungkinan
adakah sirna segala makna dan kenangan impian kemesraan
untuk bertaut hati sebagai perahu putus tali tonggak pantai
terbantun-bantun pusaran tak bisa rapat dengan daratan

Gerimis sepanjang malam kuta sejauh lengang kota
udara basah mengucuri daun-daun trembesi berjalan jauh
dan mati
ada cericit burung alit dan renta dari langit muram durja
cericit burung tua tak dipedulikan betina sarangnya teritis
angin menepis tanpa arah sesaat terjawab lolongan anjing
menjauh
menggema di relung kuta kuyup berlumut dukana tak
bersambut
kelam hilang di buritan nanap kabur di kejauhan
sepasang tepian kuta kenangan sepanjang jalan percintaan
tenggelam
kini hanya gerimis berkepanjangan sendiri dan kesepian

Gerimis renyah sebaiknya aku betah di rumah namun tak
terusir gelisah
kaca arloji basah gemetarnya jarum-jarum kian tua sejauh
gemuruh dingin
mengibaskan mahkota memutih lampu-lampu merkuri
gemetar kabut
mobil menyipratkan genangan lampu bara mengambang
aspal tenggelam terjebak di tikungan
masih juga sayup ada suara gamelan di balik kisi-kisi terkunci
toko-toko cina berjajar mengunci kerahasiaannya tak satu pun
terbuka
O! Di ujung hidup kain putih bergelantungan kabut cendana
keluarga duka di perantauan sementara aku kehabisan

Gerimis menyusut cakrawala berat jejak berlumpur kenangan
gerimis berdekatan sesayup atap malioboro sejauh kota
tenggelam cakar-cakar
perunggu kotaku terengah meredup
seperti menyembunyikan keganjilan di mana-mana wasangka
meraba-raba
tapak-tapak kuda sangsi bernapas salju terjulai
tapak-tapak gelisah menyeret kereta lentera satu
seret beban tertatih-tatih napas sais letih
ke manakah perjalanan tersua warung lelap
lagu dan gamelan lepas dari jauh, sayup-sayup radio kepagian

Gerimis sepanjang malam luka sejauh tak tidur tak terjaga
terserap langit rimbun desau angin cemara luruh
boulevard menguncikan kota di ufuk fajar tanpa rona
dinding kampus biru menatap gunung berbercak lampu
penghabisan
gerimis sepanjang gumam rindu tiada kepastian waktu
menghela jarum degubnya mencari terminal rohku
bagai usiaku terkapar dijaring malam dan siang
terkapar bayang-bayang itu
hanya kesangsian waktu kuduga matahari angan-angan
cahayanya yang memesona tak kuasa membujuk gerimis usai
dengan puisi tua aku mungkin bisa menorehkan rindu
adalah gerimis bernyanyian sepanjang sia-sia waktu
adalah penyesalan meluncur lembah cinta yang indah
yang aku abaikan demi berburuan darah dan daging
sekuntum sumber mencahari jalan sungai ke muara abadi
dan terus kususuri gerimis menjauh
sepanjang malam tua sepanjang jalan-jalan penyesalan juga
sepanjang luka-luka yang membuka


1979

Analisis Puisi:
Puisi "Gerimis Panjang Malam Tua Sepanjang Jalan-Jalan Yogya" karya Munawar Syamsuddin adalah karya sastra yang menggambarkan suasana melankolis dan perasaan nostalgia.

Latar dan Suasana: Puisi ini menghadirkan latar malam yang hujan di kota Yogya. Gerimis panjang menciptakan suasana yang mencekam dan suram sepanjang jalan-jalan yang dulu indah. Latar ini mencerminkan suasana hati penyair dan tema nostalgia yang mendalam.

Ketidakpastian dan Kehilangan: Puisi ini mencerminkan perasaan ketidakpastian dan kehilangan. Penyair merasa kebingungan dan mencari arti dari pengalaman masa lalu yang terasa hilang dan tak terjangkau lagi. Dia merasa seperti kehilangan makna dan kenangan.

Imaji: Penyair menggunakan gambaran visual yang kuat dalam puisi ini. Misalnya, gambaran debu, hujan, dan malam yang suram menciptakan kesan visual tentang suasana Yogya yang dulu indah namun kini berubah.

Simbolisme: Gerimis dalam puisi ini dapat dianggap sebagai simbol ketidakpastian dan perubahan dalam kehidupan. Hal itu juga bisa mencerminkan perasaan sepi dan kekosongan yang dirasakan oleh penyair.

Nostalgia: Puisi ini penuh dengan perasaan nostalgia terhadap masa lalu yang tak dapat kembali. Penyair merenungkan tentang kenangan masa lalu yang penuh kebahagiaan dan keindahan, tetapi sekarang hanya tinggal dalam ingatan.

Penyesalan dan Pergulatan Batin: Penyair merasa penyesalan atas pilihan dan tindakan masa lalu yang mungkin tidak benar. Dia juga menggambarkan pergulatan batin dalam mencari makna hidup dan menghadapi masa depan yang tak pasti.

Tema Cinta dan Kepergian: Puisi ini menggambarkan tema cinta yang ditinggalkan dan perasaan kepergian. Terdapat rindu terhadap hubungan yang telah berakhir dan kerinduan untuk dapat menemukan kembali makna hidup.

Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang suasana melankolis dan nostalgia yang mendalam. Penyair dengan indahnya menggambarkan perasaan ketidakpastian, kehilangan, dan penyesalan dalam sebuah malam yang hujan di kota Yogya yang pernah indah.

Puisi Gerimis Panjang Malam Tua Sepanjang Jalan-jalan Yogya
Puisi: Gerimis Panjang Malam Tua
Karya: Munawar Syamsuddin
© Sepenuhnya. All rights reserved.