Puisi: Hujan Gerimis Putih (Karya Syamsu Indra Usman)

Puisi "Hujan Gerimis Putih" mengajak pembaca untuk merenung tentang kebenaran, kepalsuan, eksistensi, dan pencarian makna dalam kehidupan.
Hujan Gerimis Putih (1)

Rerumputan
yang memoleskan
gincu kepalsuan
kini mengucapkan salam
bersabda kepada alam
menyambut dan bertanya
yang teramat panjang
pada semua getar diatas
kehidupan
yang sarat oleh segala
pertanyaan
yang tak lagi menjumpai
semua kebenaran.

Hujan Gerimis Putih (2)

Diri bercermin
pada bulan
jiwa berkaca
pada bintang
sebelum tidur
mengharap mimpi
akan segera datang
adakah
kerja yang tak
menghitung untung.

Malang Kota, 1978

Analisis Puisi:

Puisi "Hujan Gerimis Putih" karya Syamsu Indra Usman menghadirkan gambaran tentang pertanyaan eksistensial dan refleksi diri yang dalam.

Simbolisme Alam: Dalam puisi ini, alam digambarkan sebagai cerminan dari keadaan batin seseorang. Rerumputan yang memoleskan gincu kepalsuan menjadi metafora bagi kehidupan yang terkadang dipenuhi dengan kepalsuan dan kedangkalan. Namun, hujan gerimis putih menampilkan kemurnian dan kesucian alam yang masih menyambut dengan salam dan bertanya pada getar kehidupan.

Pertanyaan Eksistensial: Penekanan pada pertanyaan-pertanyaan panjang yang mencari kebenaran menggambarkan kegelisahan dan pencarian makna dalam kehidupan. Puisi ini mengajukan pertanyaan yang mendalam tentang eksistensi manusia dan makna kehidupan, menyoroti ketidakpastian dan kebingungan yang sering kali dirasakan.

Refleksi Diri dan Spiritualitas: Puisi bagian kedua menyoroti refleksi diri dan spiritualitas. Diri yang bercermin pada bulan dan jiwa yang berkaca pada bintang menggambarkan pencarian jati diri dan hubungan dengan alam semesta. Dalam keheningan sebelum tidur, terdapat harapan bahwa mimpi akan membawa jawaban atau pencerahan atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantui.

Kontras antara Kebenaran dan Kepalsuan: Ada kontras yang kuat antara kebenaran dan kepalsuan yang disajikan dalam puisi ini. Rerumputan yang memoleskan gincu kepalsuan menunjukkan ketidakmurnian dalam kehidupan, sementara hujan gerimis putih mencerminkan kebersihan dan kesucian alam yang menawarkan ketenangan dan kejernihan.

Penutup dengan Pertanyaan Terbuka: Puisi ini ditutup dengan pertanyaan mengenai apakah ada pekerjaan yang tak menghitung untung, menunjukkan keinginan untuk menemukan makna yang lebih dalam di balik tindakan-tindakan atau pencarian dalam kehidupan.

Puisi "Hujan Gerimis Putih" mengajak pembaca untuk merenung tentang kebenaran, kepalsuan, eksistensi, dan pencarian makna dalam kehidupan. Dengan menggunakan gambaran alam dan refleksi diri, penulis menggambarkan kompleksitas manusia dan hubungannya dengan alam semesta.

Puisi
Puisi: Hujan Gerimis Putih
Karya: Syamsu Indra Usman

Biodata Syamsu Indra Usman:
  • Syamsu Indra Usman lahir pada tanggal 12 Oktober 1956 di Lahat, Sumatera Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.