Perang
Kudengar dan kulihat sendiri peperangan paling seru selain
perang diri: kalau kamar bersalin menggoncang nurani,
dan waktu pun serasa diam, tak pernah berganti
kecuali langkah angan
makin menderu suara si sakit menghunjam ulu
lelaki mana mau menipu istri yang sedang berperang:
menambah satu nyawa atau diri jadi korban
dalam perang menjalankan amanah Tuhan
“Ah, itu omong kosong!” bentak dari luar
“Lelakimu adalah citra brutal!”
Kulihat dan kudengar sendiri peperangan paling akbar
ketika seribu tangan saling memburu
angin tak lagi berjarak saat wajah
menggigil tangis bayi pun
menyedak.
Karangkajen, 10 Agustus 1988
Puisi: Perang
Karya: Kuswahyo S.S. Rahardjo