Puisi: Teluk Benoa (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Teluk Benoa" karya Wayan Jengki Sunarta menggambarkan perjuangan untuk menjaga lingkungan alam dan menentang proyek reklamasi yang merusak ...
Teluk Benoa
kepada investor serakah

jika suatu saat aku mati
aku tak perlu kuburan
bakar mayatku dan tebar abuku
di laut tempat aku bisa bercanda
dengan ikan-ikan cahaya,
kepiting, ganggang, ubur-ubur,
dan segala penghuni niskala

namun, jika kau paksa mengubur laut
daerah istirahku nanti
jika kau paksa bikin pulau buatan
bersiaplah aku akan terus gentayangan
di saku kemejamu, di meja kasinomu,
di apartemen, di hotel, di restaurant,
di kolam renang, di villa,
di segala tetek bengek yang kau puja

puahhh…aku akan terus meniupkan mantra
dari jiwa-jiwa nelayan dan pelaut teraniaya
dari jiwa-jiwa kaum jelata yang kau tipu
dari jiwa-jiwa pasrah ibu bumi
aku akan menghisap ubun-ubunmu
dari semestaku

maka, dengan mudah pula bagiku
menenggelamkan daratan buatanmu
sekali hisap hancur pesta poramu
musnah serakahmu

hutan-hutan bakau
berkerumun dalam jiwaku
dan kau hanya sepercik debu
yang sekejap sirna
disapu waktu.
2015

Sumber: Montase (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Teluk Benoa" karya Wayan Jengki Sunarta menghadirkan gambaran tentang konflik lingkungan dan ekologi yang terjadi di Teluk Benoa, Bali.

Perlambangan Laut sebagai Tempat Istirahat Abadi: Penyair menggambarkan keinginannya untuk dimakamkan di laut, yang merupakan tempat yang ia pandang sebagai tempat damai untuk beristirahat abadi. Laut dianggap sebagai rumah bagi berbagai bentuk kehidupan, dari ikan hingga ubur-ubur, yang memperkuat hubungan manusia dengan alam.

Protes terhadap Reklamasi Teluk Benoa: Puisi ini mengekspresikan penolakan terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa, yang dianggap akan merusak ekosistem laut dan mengancam keberlangsungan hidup para nelayan dan pelaut. Penyair menunjukkan sikap kerasnya terhadap upaya manusia untuk mengubah alam secara drastis demi kepentingan ekonomi.

Ancaman terhadap Pengkhianat Lingkungan: Penyair mengancam bahwa jika pengkhianat lingkungan memaksakan pembangunan pulau buatan atau proyek reklamasi, maka dia akan terus mengganggu mereka dari alam gaib. Hal ini menyoroti kesadaran akan dampak lingkungan dan perlawanan terhadap tindakan yang merusak alam.

Keberpihakan terhadap Alam: Puisi ini mencerminkan keberpihakan penyair terhadap alam dan keberlangsungan ekosistem laut. Ia menunjukkan bahwa kekuatan alam jauh lebih besar daripada upaya manusia untuk memanipulasinya, dan menggambarkan bahwa alam akan membalas tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya.

Kritik terhadap Ketamakan dan Ketidakpedulian: Penyair mengkritik sikap serakah dan tidak peduli manusia terhadap lingkungan, yang mengorbankan keberlanjutan alam demi keuntungan pribadi. Puisi ini mengingatkan pembaca akan pentingnya menjaga dan menghormati alam, serta konsekuensi negatif dari tindakan manusia yang merusak.

Puisi "Teluk Benoa" karya Wayan Jengki Sunarta adalah karya yang menggambarkan perjuangan untuk menjaga lingkungan alam dan menentang proyek reklamasi yang merusak di Teluk Benoa. Melalui puisi ini, penyair menyuarakan keprihatinan terhadap keberlanjutan lingkungan dan menegaskan pentingnya menghormati dan menjaga alam bagi keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem yang lebih luas.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Teluk Benoa
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.